SURVEI | TD — Penyebaran budaya Korea Selatan, yang dikenal dengan istilah Korean Wave, terus menunjukkan pengaruh signifikan secara global, termasuk di Indonesia. Fenomena ini tidak hanya sekadar tren hiburan, tetapi juga berdampak pada pola konsumsi masyarakat lokal.
Sebuah survei terbaru yang dilakukan oleh Jakpat terhadap 1.211 responden mengungkapkan berbagai wawasan menarik mengenai drama Korea (K-drama) di Indonesia, mulai dari preferensi genre hingga minat terhadap produk yang ditampilkan dalam K-drama.
“Fenomena Korean Wave di Indonesia bukanlah sekadar tren sementara, melainkan manifestasi nyata dari soft power Korea Selatan yang berhasil meresap ke berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari hiburan, gaya hidup, hingga konsumsi. Indonesia kini menjadi salah satu pasar terbesar di Asia Tenggara untuk ekspor budaya Korea, dan tren ini diperkirakan akan terus berkembang di masa depan,” ungkap Septiana Widi Sugiastuti, Research Lead di Jakpat dilansir Selasa, 10 Juni 2025.
Genre Favorit dan Aktor yang Menarik Perhatian
Dalam enam bulan terakhir, lebih dari separuh responden (51%) mengaku menonton K-drama, menunjukkan bahwa drama Korea telah menjadi bagian penting dari hiburan sehari-hari masyarakat.
Dari segi genre, drama bertema romansa menduduki posisi teratas dengan persentase tertinggi di kalangan perempuan (79%), jauh lebih tinggi dibandingkan laki-laki (59%). Sementara itu, laki-laki cenderung lebih menyukai genre aksi (59%) dibandingkan perempuan (47%), menunjukkan adanya perbedaan selera yang signifikan antara gender.
Kemampuan akting menjadi alasan utama responden menyukai seorang aktor atau aktris. Meskipun daya tarik visual tetap menjadi faktor penting, bagi perempuan, chemistry antar pemain juga menjadi aspek yang krusial saat menonton K-drama (59%).
K-drama Mendorong Ketertarikan pada Produk
Pengaruh K-drama juga merambah ke dunia konsumsi. Sebanyak 45% responden mengaku tertarik untuk membeli produk yang dipromosikan oleh aktor atau aktris favorit mereka. Produk kosmetik dan perawatan kulit menjadi yang paling menarik perhatian (71%), diikuti oleh makanan dan minuman kemasan (67%).
“Mengintegrasikan elemen K-drama dalam strategi pemasaran melalui product placement adalah cara yang efektif untuk menarik perhatian konsumen Indonesia, terutama Gen Z dan Millennial. Kunci utamanya adalah menciptakan emosi, gaya hidup, dan aspirasi yang sejalan dengan dunia K-drama,” tambah Septiana.
Sensitivitas terhadap Skandal Aktor K-drama
Popularitas aktor dan aktris K-drama tidak selalu menjamin keberlangsungan citra mereka di mata penonton. Gen Z terbukti lebih sensitif terhadap skandal pribadi selebritas. Sebanyak 37% Gen Z menyatakan kehilangan minat jika idola mereka terlibat skandal, dan 22% dari mereka bahkan menyatakan bisa berhenti menonton drama tersebut. Di sisi lain, setengah dari Millennial tetap akan menonton selama kualitas drama tersebut baik.
Skandal yang paling berdampak negatif terhadap reputasi aktor adalah skandal seksual, dengan 81% responden sepakat bahwa kasus seperti pelecehan atau kekerasan seksual sangat memengaruhi pandangan terhadap selebriti tersebut.
“Skandal pribadi aktor dan aktris K-drama dapat sangat memengaruhi loyalitas penonton dan strategi pemasaran. Dalam konteks bisnis, penting bagi merek untuk menyadari bahwa citra publik selebriti sangat fluktuatif,” tutup Septiana. (*)