Refleksi Hari Kartini: Menggali Makna Perjuangan Perempuan di Era Modern

waktu baca 3 minutes
Senin, 21 Apr 2025 12:34 0 Patricia Pawestri

OPINI | TD — 21 April momentum penting bagi bangsa Indonesia. Karena pada hari ini, Raden Ajeng Kartini lahir, kemudian diperingati sebagai Hari Kartini. Di Tangerang, seperti di berbagai daerah di Indonesia, kita sering melihat anak-anak sekolah mengenakan kebaya dan pakaian adat lainnya. Ini adalah tradisi tahunan untuk menghormati Raden Ajeng (RA) Kartini. Pemandangan ini tentu memukau dan menjadi bagian dari kekayaan budaya kita. Namun, di tengah perayaan yang meriah ini, penting untuk merenungkan sejauh mana esensi perjuangan Kartini tercermin dalam kehidupan perempuan Indonesia saat ini.

Kartini tidak hanya berjuang untuk kesetaraan gender dalam pengertian yang sempit. Visinya jauh lebih luas, mencakup hak atas pendidikan yang setara, kebebasan berpikir, dan penghapusan segala bentuk diskriminasi yang membatasi ruang gerak perempuan pada zamannya. Ia adalah suara yang berani di tengah belenggu tradisi patriarki yang kuat.

Sayangnya, kita sering terjebak pada simbol-simbol perayaan, seperti kebaya dan upacara seremonial, tanpa mendalami substansi pemikiran Kartini yang revolusioner. Merayakan tentu tidak salah, tetapi di tahun 2025 ini, di tengah kemajuan teknologi dan informasi yang pesat, tantangan yang dihadapi perempuan mungkin berbeda. Namun, semangat perjuangan untuk kesetaraan dan keadilan tetap relevan.

Cita-Cita Kartini di Era Modern

Mari kita telaah beberapa fenomena terkini dan mengaitkannya dengan cita-cita luhur Kartini. Pertama, meskipun akses pendidikan bagi perempuan telah meningkat dibandingkan era Kartini, kesenjangan masih ada, terutama di daerah terpencil dan di kalangan masyarakat marginal. Era digital juga menghadirkan tantangan baru berupa kesenjangan digital. Di mana tidak semua perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk memanfaatkan teknologi dan informasi. Padahal keduanya sangat penting untuk pengembangan diri dan partisipasi aktif.

Kedua, dalam hal partisipasi perempuan di ruang publik dan kepemimpinan. Kita melihat peningkatan jumlah perempuan yang berkontribusi di berbagai sektor, mulai dari politik hingga bisnis. Namun, representasi perempuan di posisi kepemimpinan masih jauh dari seimbang. Stereotip gender dan budaya patriarki yang masih kuat sering kali menghalangi perempuan untuk mengaktualisasikan potensi mereka. Semangat Kartini yang gigih memperjuangkan kebebasan berpikir dan hak untuk berkarya seharusnya menginspirasi kita untuk menciptakan ruang inklusif bagi partisipasi perempuan di semua aspek kehidupan.

Ketiga, isu kekerasan dan diskriminasi masih menjadi masalah serius di Indonesia. Berita tentang kekerasan berbasis gender, pelecehan seksual, dan diskriminasi di tempat kerja masih sering muncul di media. Cita-cita Kartini tentang penghapusan diskriminasi dan perlakuan adil bagi perempuan belum sepenuhnya terwujud. Peringatan Hari Kartini seharusnya menjadi momentum penting untuk memperkuat komitmen kita dalam memberantas segala bentuk kekerasan dan diskriminasi terhadap perempuan.

Keempat, mengenai pemberdayaan ekonomi perempuan, Kartini memiliki visi tentang kemandirian. Saat ini, banyak perempuan yang sukses sebagai pengusaha dan inovator. Tetapi mereka sering menghadapi tantangan yang lebih besar dibandingkan laki-laki dalam hal akses modal, pelatihan, dan dukungan jaringan. Semangat Kartini seharusnya mendorong kita untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pemberdayaan ekonomi perempuan secara berkelanjutan.

Meneladani Semangat Kartini di Era Kini

Peringatan Hari Kartini di tahun 2025 ini seharusnya tidak hanya menjadi seremoni mengenakan kebaya. Tetapi juga momen untuk merenungkan sejauh mana kita telah mewujudkan cita-cita Kartini. Semangat Kartini adalah semangat keberanian untuk bermimpi besar, berpikir kritis, memperjuangkan keadilan, dan terus bergerak maju. Semangat ini relevan bagi semua, baik perempuan maupun laki-laki.

Di Tangerang dan di seluruh Indonesia, mari kita jadikan Hari Kartini sebagai pengingat dan pendorong untuk terus berjuang demi kesetaraan, keadilan, dan kemajuan perempuan. Mari kita pastikan bahwa setiap perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya, berkarya sesuai potensi, dan hidup bebas dari segala bentuk diskriminasi dan kekerasan. Dengan demikian, perayaan Hari Kartini akan memiliki makna yang lebih dalam dan sesuai dengan visi mulia R.A. Kartini.

 

refleksi hari kartini

Rhomi Ramdani

Penulis: Rhomi Ramdani, Mahasiswa Universitas Pamulang (Unpam)(*)

LAINNYA