Seonggok Daging dan Bunga Asoka
Seonggok daging pembungkus tulang segera datang bertandang, “Akulah asmaraloka!”
Kudapan madu menunggunya di barisan para penjamu
Lakon episodik di tahun ini menebar tuduh satu tubuh
Angin November berbisik di tubuh perdu bunga asoka
Alur hidup terlalu muskil bagi para pencandu rum
Mereka bilang, “Setangkai bunga asoka tubuh perawan riang gembira.”
Lalu para penjamu lekas merunduk menutup malu
“Pengar para suami adalah ranjang surgawi,” balas mereka.
Musim hujan tahun lalu,
daging pembungkus tulang telah hilang
Di ujung laut tenggara perahunya karam setelah bunga asoka dipinang
Karawang, 2020
______________
Perigi Buta
Selepas kerbau membajak sawah di waktu dulu
Petani turun dengan cangkul menggaru lumpur
Orang sana bilang, “Dada kotor adalah pria tampan!”
Orang sini bilang, “Melarat itu ya, mereka!”
Pagi hari burung gereja mulai bernyanyi
Sepiring singkong dan teh manis dinikmati petani
Di depan jalan pria berdasi turun dari lamborghini
Menggoda nyai penimba air dalam perigi
Kupu-kupu menari-nari melihat nyai telah pergi
Perigi telah mengering tanpa timbanya mengambil air
Siapa tahu priayi memboyongnya berjanji sehidup semati
Mana tahu kenyataan malah mencaci maki
Perasan lemon di atas makanan anjing
Petani tertawa kala tetangga mulai menggunjing
Mereka bilang, “Batu cuma benalu.”
Mana tahu emas justru menunggu
Karawang, 2020
______________
Pandir Tidak Bodoh
Suatu hari sang pandir belajar filosofi
Mengeja teologi dari seorang darwis jalanan
Para penghafal kalam sufi yang norak; pikirnya
Yang menarikan aksara di sosial media tanpa pedoman
Dahulu para penyair mengajak minum kopi
Memancing logika dalam berbahasa; dialektika
Darwis adalah pencandu rum kalam Tuhan
Bukan si jalang yang bermain kata serba bisa
Begitu ingatnya
Karawang, 2020