Pertumbuhan Investor Kripto di Indonesia dan Tantangan Literasi Aset Digital

waktu baca 3 minutes
Kamis, 5 Jun 2025 16:07 1 Redaksi

EKBIS | TD — Jumlah investor aset kripto di Indonesia terus meningkat dengan pesat, menandakan antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap investasi digital ini. Namun, peningkatan jumlah investor tersebut belum diikuti oleh peningkatan literasi masyarakat mengenai aset kripto. Hal ini menciptakan tantangan tersendiri karena banyak investor yang belum sepenuhnya memahami risiko dan mekanisme dari aset digital ini, yang berpotensi meningkatkan kerentanan dalam investasi mereka.

Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025 dan laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa aset kripto kini mulai diakui secara resmi sebagai bagian dari kategori “Lembaga Jasa Keuangan Lain” dalam Data Nasional Keuangan Inklusif (DNKI). Meskipun pengakuan ini merupakan langkah positif bagi ekosistem keuangan nasional, data yang tersedia belum memisahkan kontribusi kripto secara spesifik, sehingga indeks literasi kripto belum tersedia secara terpisah.

Secara nasional, indeks literasi keuangan tercatat sebesar 66,64%, sementara indeks inklusi keuangan mencapai 92,74%. Namun, sektor keuangan nonkonvensional seperti keuangan syariah dan kripto masih dihadapkan pada tantangan literasi yang cukup signifikan. Contohnya, literasi keuangan syariah hanya mencapai 43,42%, yang menunjukkan keterbatasan pemahaman masyarakat terhadap instrumen finansial alternatif.

Calvin Kizana, CEO Tokocrypto, menyoroti bahwa peningkatan jumlah investor harus sejalan dengan peningkatan pemahaman mengenai aset kripto agar para investor bisa membuat keputusan yang tepat serta mengurangi risiko. “Antusiasme masyarakat Indonesia terhadap kripto terus bertumbuh, tetapi edukasi yang memadai sangat penting. Literasi yang rendah dapat meningkatkan risiko, khususnya bagi investor pemula. Oleh karena itu, kami berkomitmen menyediakan edukasi yang inklusif, berkelanjutan, dan mudah diakses untuk seluruh lapisan masyarakat,” jelasnya dilansir Kamis, 5 Juni 2025.

Menurut Calvin, edukasi menjadi fondasi penting agar industri kripto dapat berkembang dengan sehat di Indonesia, terutama apabila teknologi blockchain ingin dimanfaatkan secara optimal untuk kemajuan ekonomi digital. “Untuk menjadikan kripto bagian dari sistem keuangan nasional yang berkelanjutan, literasi harus menjadi prioritas utama. Tokocrypto aktif menggelar program edukasi di komunitas, kampus, dan daerah-daerah agar kesadaran dan pengetahuan terhadap aset digital dapat meningkat,” tambahnya.

Kolaborasi semua pihak

Calvin juga menekankan perlunya kerja sama antara sektor swasta, pemerintah, dan institusi pendidikan untuk membangun ekosistem edukasi kripto yang kuat. “Sinergi antara berbagai pihak penting agar program pelatihan yang relevan dan mudah diakses dapat dikembangkan bersama-sama, sehingga literasi keuangan digital masyarakat dapat meningkat secara signifikan,” ujarnya.

Data terbaru dari OJK mencatat lonjakan signifikan dalam jumlah investor kripto. Pada April 2025, pengguna aset kripto di Indonesia mencapai 14,16 juta orang, naik dari 13,71 juta pada bulan Maret. Nilai transaksi kripto juga meningkat pesat, dari Rp 32,45 triliun menjadi Rp 35,61 triliun pada periode yang sama. Saat ini, ada 1.444 aset kripto yang terdaftar di OJK.

Meskipun inklusi keuangan digital meningkat, data SNLIK mengungkap adanya kesenjangan literasi. Meskipun kelompok usia 18–35 tahun menunjukkan indeks literasi yang relatif tinggi (73–74%), masih belum ada jaminan bahwa pemahaman mereka tentang kripto sudah menyeluruh, apalagi untuk masyarakat di luar kota besar, kelompok usia lanjut, dan mereka dengan latar belakang pendidikan rendah.

Beberapa negara seperti Singapura telah mengambil langkah maju dalam meningkatkan literasi kripto melalui program edukasi yang komprehensif. Universitas terkemuka seperti National University of Singapore (NUS) dan Nanyang Technological University (NTU) menawarkan kursus tentang blockchain dan kripto. Pemerintah Singapura melalui Monetary Authority of Singapore (MAS) juga aktif mengintegrasikan teknologi ini ke dalam sistem pendidikan nasional.

“Indonesia perlu mempelajari pendekatan edukasi kripto yang berhasil di negara lain. Dengan jumlah investor kripto yang terus bertambah, tanggung jawab kita adalah memastikan bahwa pertumbuhan tersebut diimbangi dengan pemahaman mendalam mengenai aset digital,” pungkasnya. (*)

LAINNYA