TANGERANG | TD – Dua tokoh besar sastra asal Inggris, yakni Thomas Stearns Eliot (TS Eliot) dan Virginia Woolf, merupakan contoh rekanan yang sangat bagus bagi dunia kepenulisan.
Keduanya terkenal karena memiliki hubungan yang erat sebagai sahabat selama dua puluh tahun. Persahabatan keduanya juga memberikan pengaruh besar bagi perkembangan sastra Inggris dan dunia.
TS Eliot dan Virginia Woolf, masing-masing juga merupakan penulis yang modernis, eksperimental, dan inovatif. Keduanya saling menghargai dan saling membantu baik dalam kehidupan pribadi dan karyanya.
Virginia Woolf, yang lahir tahun 1882 di London, terkenal sebagai anak dari seorang penulis dan kritikus sastra, Sir Leslie Stephen. Virginia telah terkenal karena bakatnya sejak usai muda, dan karya-karyanya sering terbit di majalah sastra.
Sedangkan TS Eliot, lahir di tahun 1888 di St Louis di Missouri, dari keluarga kaya dan terpelajar. Eliot menempuh pendidikannya di beberapa universitas terkenal, salah satunya Oxford. Ia menjadi warga negara Inggris pada tahun 1927, setelah sebelumnya pindah ke London pada 1914.
Pertemuan pertama antara Virginia Woolf dengan TS Eliot terjadi pada tahun 1918. Saat itu Virginia bersama suaminya, Leonard Woolf, mengundang TS Eliot untuk makan malam di Hogarth House.
Virginia tertarik dengan puisi-puisi TS Eliot yang diterbitkan menjadi sebuah buku berjudul Prufrock and Other Observations. Dalam diskusi mereka, Virginia menawarkan untuk menerbitkan puisi-puisi Eliot dalam koleksi Poems sebagai publikasi ketiga.
Penawaran tersebut kemudian diterima Eliot pada November 1918. Eliot datang ke kediaman Virginia dan membacakan beberapa karyanya. Pertemuan inilah yang menjadi awal persahabatan dari Virginia dengan Eliot.
Persahabatan keduanya juga melibatkan orang-orang terdekat mereka. Keduanya diketahui dekat hingga akhir hayat Virginia. Bahkan surat-surat antara Eliot dan Virginia diarsipkan dan diterbitkan. Melalui surat-surat tersebut, dapat diketahui pemikiran-pemikiran keduanya mengenai sastra, politik, hingga aspek psikologi dalam kehidupan pribadi mereka.
TS Eliot dan Virginia Woolf dikenal sebagai sepasang sahabat yang saling mengagumi karya-karya sastra masing-masing. Mereka juga saling memberikan kritik, saran, bantuan, dan juga inspirasi.
Selain itu, keduanya pun saling membantu dalam jika terdapat kesulitan dalam hidup. Misalnya, Vriginia memberikan dukungan moral kepada Eliot saat menghadapi pernikahannya dengan Vivien Eliot mengalami masa-masa sulit.
Virginia juga menjadi editor atas karya-karya Eliot. The Waste Land adalah salah satu karya Eliot yang Virginia edit dan terbitkan. Puisi Eliot ini kemudian menjadi salah satu puisi terbaik sepanjang abad ke-20.
Sebaliknya, pengaruh Eliot pun tidak dipungkiri oleh Virginia. Penulisan Mrs Dalloway, To the Lighthouse, dan The Waves adalah karya-karya Virginia yang dipengaruhi oleh diskusi keduanya.
Di samping itu, Eliot juga mengakui peran Virginia yang tidak sedikit dalam puisi-puisinya, di antaranya pada Four Quartets, The Elder Statesman, dan The Cocktail Party.
Dalamnya persahabatan keduanya, bahkan Virginia mengatakan dirinya mirip dengan Eliot. “Tom, dalam beberapa hal, dengan sikapnya yang sensitif dan menyusut, mempunyai sifat pemalu tapi istimewa. Sangat mirip dengan diriku,” kata Virginia, dikutip dari laman sastra lithub.
Pada saat jenazah Virginia ditemukan karena meninggal karena bunuh diri di sungai Ouse, rasa duka Eliot, yang terkesan parah, tercermin dari pengakuan publiknya yang tertulis dalam obituari. “Dengan kematian Virginia Woolf, seluruh pola budaya hancur.”
Eliot secara pribadi juga mengatakan kehilangannya atas keberadaan sahabatnya tersebut, “Bagiku dia seperti anggota keluargaku sendiri, dan juga, kepergiannya sepertinya menandai akhir dari sebuah zaman.”
Little Gidding, salah satu puisi dalam kumpulan puisi Four Quartets disebut-sebut menjadi puisi Eliot dalam mengenangkan kepergian sahabat dekatnya tersebut. Berikut ini adalah terjemahan dari potongan puisi Little Gidding yang penulis temukan.
” …
Midwinter spring is its own season
Sempiternal though sodden towards sundown,
Suspended in time, between pole and tropic.
When the short day is brightest, with frost and fire,
The brief sun flames the ice, on pond and ditches,
In windless cold that is the heart’s heat,
Reflecting in a watery mirror. ”
(TS Eliot, 1942)
(*)