Perkembangan Anak di Era Digital: Memahami dan Mencegah Virtual Autism

waktu baca 2 minutes
Jumat, 16 Mei 2025 13:03 0 Patricia Pawestri

KESEHATAN | TD – Di zaman digital saat ini, banyak balita yang sudah akrab dengan perangkat seperti ponsel, tablet, dan televisi. Banyak orang tua yang menggunakan gadget untuk menenangkan anak atau mengisi waktu luang. Namun, kebiasaan ini dapat memicu kondisi Virtual Autism—sebuah gangguan perkembangan akibat paparan layar yang berlebihan pada usia dini.

Bagaimana Virtual Autism Terjadi

Berbeda dengan autisme klasik yang bersifat neurologis atau genetik, Virtual Autism muncul akibat kurangnya stimulasi sosial dan sensorik dari lingkungan nyata. Anak-anak yang terlalu lama terpapar layar dapat menunjukkan gejala yang mirip dengan autisme. Misalnya tidak merespons saat dipanggil, minimnya kontak mata, kesulitan berbicara, dan gangguan dalam interaksi sosial.

Psikiater anak dan remaja, dr. Tjhin Wiguna, Sp.KJ(K), menjelaskan, ”Anak yang mengalami paparan layar berlebihan cenderung tidak mendapatkan stimulasi alami yang seharusnya mereka terima pada masa perkembangan otak yang optimal. Jika kondisi ini terus berlanjut, anak dapat mengalami keterlambatan dalam berbicara dan masalah dalam komunikasi sosial.”

Pernyataan serupa berasal dari Dr. Anne-Lise Ducanda, seorang dokter asal Prancis yang pertama kali memperkenalkan istilah Virtual Autism. Ia mencatat bahwa banyak anak dengan diagnosis autisme menunjukkan perbaikan signifikan setelah gadget tiada dari kehidupan mereka.

Menghindari Virtual Autism

Beruntung, kondisi ini tidak bersifat permanen. Jika terdeteksi lebih awal dan mendapat penanganan dengan cara yang tepat—seperti membatasi waktu layar, meningkatkan interaksi langsung, dan memberikan terapi stimulasi—anak dapat kembali berkembang dengan normal.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan agar anak di bawah usia 2 tahun tidak terpapar layar sama sekali. Sementara, anak usia 2–5 tahun sebaiknya tidak lebih dari satu jam per hari, dan harus didampingi oleh orang tua.

Menjadi orang tua di era sekarang memang penuh tantangan, tetapi juga membawa harapan. Mari kita kembali ke hal-hal sederhana: berbicara dari hati ke hati, bermain bersama, dan memberikan kehangatan nyata dalam proses tumbuh kembang anak. Karena pada dasarnya, cinta dan perhatian jauh lebih berharga daripada cahaya dari layar. (Nazwa/Pat)

LAINNYA