Dava Padillah. (Foto: Dok. Pribadi)OPINI | TD — Perkembangan teknologi telah membawa perubahan besar dalam kehidupan manusia, terutama dalam cara berinteraksi dan berkomunikasi. Salah satu bentuk perkembangan teknologi yang paling berpengaruh saat ini adalah media sosial. Media sosial merupakan media berbasis internet yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi, berbagi informasi, serta membangun relasi sosial.
Bagi mahasiswa, media sosial tidak hanya berfungsi sebagai sarana hiburan, tetapi juga sebagai alat komunikasi utama. Grup WhatsApp digunakan untuk koordinasi perkuliahan, Instagram dimanfaatkan sebagai media ekspresi diri, sementara TikTok menjadi sarana hiburan sekaligus sumber informasi. Hal ini menunjukkan bahwa media sosial telah menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa.
Dalam perspektif Ilmu Komunikasi, media sosial berperan sebagai media komunikasi yang bersifat dua arah dan interaktif. Melalui media sosial, mahasiswa dapat dengan mudah mengirim pesan, memberikan tanggapan, serta membangun interaksi sosial tanpa harus bertemu secara langsung. Kemudahan ini menjadikan media sosial sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari sistem komunikasi mahasiswa, baik dalam konteks akademik maupun sosial. Kehadirannya memberikan efisiensi dalam penyampaian pesan serta memperluas jangkauan komunikasi.
Namun demikian, penggunaan media sosial juga memicu perubahan pola komunikasi di kalangan mahasiswa. Komunikasi yang sebelumnya lebih sering dilakukan secara tatap muka kini cenderung bergeser ke arah komunikasi digital. Mahasiswa semakin terbiasa berkomunikasi melalui pesan teks, penggunaan emoji, maupun fitur pesan suara dibandingkan interaksi langsung. Perubahan ini mencerminkan adanya adaptasi terhadap perkembangan teknologi yang menawarkan kemudahan dan kecepatan dalam berkomunikasi.
Perubahan pola komunikasi tersebut dapat dijelaskan melalui Uses and Gratifications Theory, yang menyatakan bahwa individu secara aktif memilih media tertentu untuk memenuhi kebutuhannya. Mahasiswa memilih media sosial karena dianggap lebih praktis, cepat, dan efisien dalam memenuhi kebutuhan komunikasi. Media sosial memberikan kepuasan berupa kemudahan akses, kecepatan penyampaian pesan, serta fleksibilitas waktu, sehingga mampu mendukung aktivitas mahasiswa yang dinamis.
Meskipun demikian, pergeseran pola komunikasi ke arah digital juga berdampak pada kualitas interaksi sosial. Komunikasi melalui media sosial cenderung mengurangi unsur nonverbal, seperti bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan intonasi suara, yang memiliki peran penting dalam komunikasi interpersonal. Kondisi ini berpotensi menimbulkan kesalahpahaman dalam penyampaian dan penerimaan pesan, serta mengurangi kedalaman makna dalam interaksi sosial.
Media sosial memberikan dampak positif dan negatif terhadap pola komunikasi mahasiswa. Di satu sisi, media sosial mempermudah komunikasi jarak jauh, mempercepat penyebaran informasi, serta memperluas jaringan pertemanan dan relasi akademik. Mahasiswa dapat tetap terhubung dengan teman, dosen, dan komunitas akademik tanpa harus bertatap muka secara langsung. Di sisi lain, penggunaan media sosial yang berlebihan dapat mengurangi intensitas komunikasi tatap muka dan menurunkan kemampuan komunikasi interpersonal. Selain itu, komunikasi yang cenderung singkat dan kurang mendalam berpotensi menurunkan kualitas hubungan sosial antarindividu.
Oleh karena itu, mahasiswa perlu memiliki kesadaran dan sikap bijak dalam menggunakan media sosial. Keseimbangan antara komunikasi digital dan komunikasi langsung menjadi hal yang penting untuk menjaga kualitas interaksi sosial. Secara keseluruhan, media sosial memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pola komunikasi mahasiswa. Kehadirannya membawa kemudahan dalam berinteraksi dan menyampaikan informasi, sekaligus mengubah cara mahasiswa berkomunikasi. Dengan penggunaan yang tepat dan seimbang, media sosial dapat dimanfaatkan sebagai sarana komunikasi yang efektif tanpa mengabaikan pentingnya komunikasi tatap muka dalam membangun hubungan sosial yang berkualitas.
Penulis: Dava Padillah
Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, FISIP, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. (*)