OPINI | TD – Generasi Z, yang lahir antara tahun 1995 hingga 2010, merupakan generasi pertama yang tumbuh dengan akses internet yang luas. Sejak kecil, mereka telah dikelilingi oleh teknologi digital, menjadikan mereka sangat akrab dengan dunia maya. Karakteristik Generasi Z mencakup fleksibilitas, kecerdasan, dan toleransi yang tinggi terhadap perbedaan budaya. Fenomena yang melibatkan generasi ini sering menjadi sorotan, menjadikannya topik yang menarik untuk dibahas. Dikenal juga sebagai IGeneration atau generasi internet, Generasi Z memiliki keunikan tersendiri, meskipun ketergantungan mereka pada dunia digital membawa tantangan dan permasalahan yang perlu dihadapi.
Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari, baik bagi generasi milenial maupun Generasi Z. Bagi milenial, media sosial berfungsi sebagai alat untuk membangun jaringan, berbagi informasi, dan mengembangkan karier. Sementara itu, bagi Generasi Z, media sosial lebih berfungsi sebagai ruang untuk mengekspresikan diri dan membentuk identitas. Namun, di balik kemudahan tersebut, keduanya juga menghadapi tantangan seperti tekanan sosial, penyebaran informasi palsu, dan dampak negatif terhadap kesehatan mental. Oleh karena itu, literasi digital menjadi kunci penting untuk membantu pengguna memilah informasi, berpikir kritis, dan menggunakan media sosial dengan bijak. Sikap atau attitude dalam berinteraksi di dunia maya juga perlu dijaga dengan mengedepankan etika, rasa hormat, dan tanggung jawab, sehingga media sosial dapat menjadi ruang yang sehat dan konstruktif bagi semua generasi.
Literasi digital mencakup kemampuan untuk memahami, menggunakan, mengevaluasi, dan menciptakan informasi dengan menggunakan teknologi digital secara bijak dan bertanggung jawab. Di Indonesia, meskipun tingkat melek huruf secara formal cukup tinggi, literasi digital masih menghadapi berbagai tantangan. Data dari UNESCO menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia sangat rendah, dengan hanya 0,001% dari populasi yang rajin membaca. Hal ini menunjukkan perlunya peningkatan literasi digital di kalangan masyarakat, terutama Generasi Z.
Literasi digital memiliki peran krusial dalam membentuk sikap Generasi Z, yang secara langsung memengaruhi hubungan mereka dengan teman sebaya. Generasi Z yang memiliki literasi digital tinggi cenderung menunjukkan sikap positif seperti empati, tanggung jawab, dan etika dalam berinteraksi di dunia maya. Mereka dapat menjadi contoh yang baik, membangun lingkungan digital yang suportif, serta mendorong kolaborasi dan kesadaran sosial. Sebaliknya, rendahnya literasi digital dapat menyebabkan perilaku negatif, seperti menyebarkan konten berbahaya, melakukan bullying digital, dan menciptakan tekanan sosial seperti FOMO (Fear of Missing Out), yang dapat merusak hubungan sosial dan kesehatan mental teman sebaya mereka. Dengan demikian, kualitas literasi digital Generasi Z sangat menentukan dampak sikap mereka terhadap lingkungan pergaulan digital.
Bagi generasi yang lebih tua, Generasi Z sering kali berperan sebagai pengajar teknologi, membantu mereka memahami alat digital dan mengurangi kesenjangan komunikasi. Meskipun demikian, hal ini kadang-kadang dapat menimbulkan rasa tertinggal di kalangan generasi yang lebih tua. Sementara itu, bagi generasi yang lebih muda, Generasi Z menjadi role model dalam berinteraksi di dunia maya, mengajarkan pentingnya etika digital, privasi, dan tanggung jawab dalam menggunakan teknologi. Sikap terbuka dan adaptif terhadap perkembangan teknologi yang dimiliki Generasi Z berkontribusi pada pembentukan pola pikir yang lebih progresif dan kreatif di kedua generasi tersebut, sekaligus memperkenalkan perspektif baru yang lebih inklusif dan sadar sosial.
Generasi Z yang tumbuh di era digital dengan akses internet yang mudah memiliki peran penting dalam membentuk dinamika sosial, baik di dunia maya maupun dunia nyata. Literasi digital menjadi kunci utama dalam mengelola dampak positif dan negatif dari penggunaan teknologi, terutama media sosial. Dengan literasi digital yang baik, Generasi Z dapat menciptakan sikap yang empatik, bertanggung jawab, dan etis dalam berinteraksi online, yang berdampak pada hubungan yang sehat dengan teman sebaya, serta memengaruhi generasi yang lebih tua dan lebih muda. Sebaliknya, kurangnya literasi digital dapat mengarah pada perilaku negatif seperti penyebaran hoaks, bullying digital, dan tekanan sosial, yang dapat merusak hubungan interpersonal dan kesehatan mental. Oleh karena itu, pengembangan literasi digital yang baik sangat penting untuk menciptakan lingkungan digital yang positif, inklusif, dan konstruktif bagi semua generasi.
Pentingnya literasi digital tidak hanya terletak pada kemampuan teknis, tetapi juga pada pemahaman etika dan tanggung jawab dalam berinteraksi di dunia maya. Generasi Z, dengan karakteristik yang adaptif dan inovatif, memiliki potensi besar untuk menjadi agen perubahan dalam menciptakan lingkungan digital yang lebih baik. Mereka dapat memanfaatkan platform media sosial untuk menyebarkan informasi yang bermanfaat, mempromosikan kesadaran sosial, dan membangun komunitas yang inklusif. Dengan demikian, literasi digital yang baik dapat membantu Generasi Z untuk tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga produsen konten yang positif dan konstruktif.
Di sisi lain, tantangan yang dihadapi oleh Generasi Z dalam bersosial media tidak dapat diabaikan. Tekanan untuk selalu terhubung dan terlihat sempurna di media sosial dapat menyebabkan stres dan kecemasan. Fenomena seperti cyberbullying dan penyebaran informasi yang salah juga menjadi masalah serius yang perlu diatasi. Oleh karena itu, penting bagi Generasi Z untuk dilengkapi dengan keterampilan literasi digital yang memadai agar mereka dapat menghadapi tantangan ini dengan bijak. Pendidikan literasi digital yang komprehensif, baik di sekolah maupun di rumah, sangat diperlukan untuk membekali mereka dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk berinteraksi secara positif di dunia maya.
Euis Jumiati, Jahra, Zahra Aulia (Foto: Dok. Pribadi)
Sebagai kesimpulan, literasi digital memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sikap Generasi Z dalam bersosial media, yang pada gilirannya memengaruhi hubungan mereka dengan generasi yang lebih tua, lebih muda, dan teman sebaya. Dengan literasi digital yang baik, Generasi Z dapat membangun sikap yang positif, empatik, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi di dunia maya. Sebaliknya, kurangnya literasi digital dapat mengarah pada perilaku negatif yang merugikan. Oleh karena itu, upaya untuk meningkatkan literasi digital di kalangan Generasi Z dan masyarakat secara umum sangat penting untuk menciptakan lingkungan digital yang sehat, inklusif, dan konstruktif bagi semua generasi. Dengan demikian, Generasi Z dapat berperan aktif dalam membentuk masa depan yang lebih baik, baik di dunia maya maupun di dunia nyata.
Penulis: Euis Jumiati, Jahra, Zahra Aulia, Mahasiswa Prodi Komunikasi Penyiaran Islam, Universitas Islam Negeri Siber Syekh Nurjati Cirebon. (*)