Mengukur Nilai Gizi Karbohidrat: Rahasia Energi Berkualitas untuk Tubuh

waktu baca 3 minutes
Rabu, 15 Okt 2025 09:12 0 Nazwa

KESEHATAN | TD — Karbohidrat bukan sekadar sumber energi, tapi juga kunci mendapatkan energi berkualitas bagi tubuh. Mengetahui nilai gizi karbohidrat dalam makanan dapat membantu kita memilih bahan pangan yang tidak hanya mengenyangkan, tetapi juga menyehatkan dan menjaga stabilitas gula darah. Dari nasi putih hingga roti gandum, setiap jenis karbohidrat membawa efek berbeda bagi tubuh, tergantung kualitas dan cara tubuh memprosesnya.

Selama ini, karbohidrat dikenal sebagai sumber energi utama. Dalam tubuh, karbohidrat dipecah menjadi glukosa yang kemudian dialirkan melalui darah untuk mendukung fungsi otak, otot, dan berbagai organ vital. Glukosa diubah menjadi energi dengan bantuan hormon insulin, sehingga tubuh tetap aktif dan optimal (Jayanti et al., 2021).

Namun, tidak semua karbohidrat sama. Nasi putih dan roti tawar termasuk karbohidrat sederhana yang cepat menaikkan kadar gula darah (Ekasari dan Dhanny, 2022). Sebaliknya, jagung, ubi, dan beras merah mengandung karbohidrat kompleks serta serat, yang melepaskan energi lebih lambat dan stabil (Pakaya, 2025). Dengan kata lain, kualitas karbohidrat menentukan kualitas energi yang diterima tubuh.

Mengetahui karbohidrat “baik” atau “buruk” tidak sekadar menebak dari rasa. Evaluasi nilai gizi karbohidrat dilakukan melalui pengukuran kadar karbohidrat total, jenis gula, serat pangan, dan indeks glikemik (IG). Makanan dengan IG tinggi, seperti roti putih atau nasi putih, cenderung meningkatkan gula darah dengan cepat, sementara IG rendah, seperti beras merah atau roti gandum, membantu menjaga kadar glukosa tetap stabil (Kusbiantoro, 2016).

Ahli gizi menggunakan berbagai metode ilmiah untuk menilai karbohidrat. Metode by difference menghitung karbohidrat dari total bahan dikurangi protein, lemak, air, dan abu. Metode fenol-sulfat dan HPLC digunakan untuk mengetahui jenis gula, sedangkan kadar serat dihitung secara enzimatik agar menyerupai proses pencernaan alami (Kusumastuty et al., 2016; Azmin dan Nasir, 2025).

Selain itu, indeks glikemik (IG) dan beban glikemik (BG) menjadi indikator penting. IG menunjukkan seberapa cepat makanan menaikkan gula darah, sedangkan BG mempertimbangkan jumlah porsi. Makanan dengan IG ≤55 dianggap lebih menyehatkan karena tidak menyebabkan lonjakan gula darah tiba-tiba. Ini berarti, pemilihan karbohidrat yang tepat bukan soal pantangan, tetapi soal kualitas energi untuk tubuh.

Cara memasak dan menyimpan makanan juga memengaruhi nilai gizi. Nasi hangat lebih mudah dicerna, sementara nasi dingin mengandung pati resisten yang berperan seperti serat, baik untuk pencernaan. Hal ini menunjukkan bahwa energi berkualitas tidak hanya ditentukan oleh jenis karbohidrat, tetapi juga oleh proses pengolahan dan konsumsi makanan.

Dengan memahami nilai gizi karbohidrat, kita dapat memilih makanan yang memberi rasa kenyang lebih lama, energi stabil, dan manfaat kesehatan jangka panjang. Karbohidrat yang tepat adalah rahasia untuk menjaga tubuh tetap bugar dan produktif setiap hari.

Referensi

1. Azmin, N., & Nasir, M. (2025). Analisis kandungan karbohidrat dan protein total dari daun kacang panjang (Vigna cylindrica L.) sebagai hasil aktivitas pertumbuhan. JUSTER: Jurnal Sains dan Terapan, 4(2), 10–17.

2. Ekasari, E., & Dhanny, D. R. (2022). Faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah penderita diabetes melitus tipe II usia 46–65 tahun di Kabupaten Wakatobi. Journal of Nutrition College, 11(2), 154–162.

3. Jayanti, A. K., Sufyan, D. L., Puspita, I. D., & Puspareni, L. D. (2021). Hubungan antara konsumsi minuman manis dan pemesanan makanan daring dengan kadar glukosa darah pekerja usia 25–44 tahun di Perumahan Kasuari, Cikarang. Ghidza: Jurnal Gizi dan Kesehatan, 5(2), 221–230.

4. Kusbiantoro, B. (2016). Rice glycemic index: The factors affecting and the impact on human health. Jurnal Kesehatan, 1(1), 1–9.

5. Kusumastuty, I., Harti, L. B., & Misrina, S. A. (2016). Perbedaan kandungan serat pangan pada makanan siap saji khas Indonesia yang dianalisis dengan menggunakan Nutrisurvey dan enzimatik gravimetri. Majalah Kesehatan, 3(4), 196–203.

6. Pakaya, F. R. (2025). Analisa perbandingan kandungan karbohidrat pada jagung dan ubi jalar dalam menggantikan makanan pokok nasi. Jurnal Ilmiah Biologi, 1(1), 17–26.

Penulis: Siti Gina, Mahasiswa Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sulan Ageng Tirtayasa. (*)

LAINNYA