OPINI | TD – Drama korea sudah menjadi tontonan wajib bagi mereka yang sangat menyukai berbagai genre yang dihadirkan dalam berbagai seri maupun film. K-Drama Lovers, sebutan untuk mereka yang “menggilai” menonton drama korea. Bukan hanya dari para aktor dan aktrisnya yang berwajah ganteng dan juga cantik, tapi juga tentang alur cerita yang dapat diambil hikmahnya. Walaupun memang dapat dikatakan rata-rata film atau drama korea selalu menyajikan percintaan anak muda yang berakhir bahagia, tapi juga ada genre lain yang tidak kalah kerennya. Misalnya saja Squid Games, salah satu drama korea yang sangat luar biasa dan tidak mengandung unsur percintaan.
Namun, kali ini penulis tidak membahas mengenai Squid Games tapi ingin mengupas drama korea lainnya yang baru-baru ini viral karena alur cerita yang sangat menarik perhatian. When Life Gives You Tangerines adalah drama korea yang pada tanggal 7 Maret 2025 kemarin telah rilis di Netflix dan sudah ditonton oleh orang banyak di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Penulis sendiri sedang menonton drama tersebut dan kerap kali meneteskan air mata karena banyak scenes yang menunjukkan pengorbanan seorang pria kepada wanitanya. Drama korea ini mengisahkan Ae Sun (IU) dan Gwan Sik (Park Bo Gum) yang mempunyai cinta yang kuat, namun halangan dan rintangan selalu menguji cinta mereka.
Kedua sejoli ini hidup tanpa finansial yang memadai, mungkin bahasa halusnya pra-sejahtera. Tapi karena berpegang teguh kepada harapan yang mereka bangun untuk memberikan cinta dan kasih sayang, mereka akhirnya sanggup bertahan terutama Gwan Sik yang selalu rela untuk memberikan yang terbaik kepada Ae Sun. Mereka pun dapat hidup dengan bahagia walaupun serba kekurangan dan yang lebih fenomenalnya adalah mereka tidak pernah mengeluh dan selalu menjalani hidup dengan cinta yang sebegitu kuatnya. Kuatnya cinta Gwan Sik kepada Ae Sun yang terkadang gengsian, menguatkan hati Ae Sun dan juga cinta keduanya untuk menata hidup yang lebih baik. Gwan Sik selaku kepala keluarga selalu tidak mengeluh dan berupaya keras untuk menafkahi keluarga kecilnya itu, yang banyak disebut netizen adalah The Real keluarga cemara. Disini penulis ingin mengupas nilai-nilai yang terkandung dalam drama korea tersebut.
Membentengi Dari Hedonisme
Perilaku hedonisme belakangan ini menjadi perbincangan yang tidak akan ada habisnya. Apalagi jika hal tersebut dilihat dari perilaku anak muda yang konsumtif, tidak memikirkan masa depan. Sungguh sudah menjadi kebiasaan buruk ihwal hedonisme yang disatu sisi dibarengi dengan perilaku konsumtif dan juga tidak ingin menabung. Memang boleh-boleh saja untuk membeli barang yang diperlukan, asal peruntukannya jelas dan tidak laper mata. Ini yang mungkin sulit untuk dikendalikan, makanya perlu prioritas dalam membeli suatu barang atau pun hal-hal yang diinginkan.
Dari drama korea When Life Gives You Tangerines antara Ae Sun dan Gwan Sik, mereka sangat amat memprioritaskan mengenai keuangan. Manajemen keuangan yang mereka ciptakan dalam rumah tangga mereka sangat luar biasa, walaupun sekali lagi dalam kategori kekurangan. Walaupun demikian, setelah Gwan Sik membeli perahu dan akhirnya mempunyai perahu sendiri, mereka dapat hidup layak dan tentram. Keuangan mereka mulai stabil karena tidak memiliki karakter hedonisme. Walaupun ada sebuah petuah “Uang bukan segalanya tapi segalanya butuh uang” memang benar adanya tapi tidak serta merta harus “menghambakan” uang dan menciptakan perilaku hedonisme seperti yang dilakukan oleh anaknya Geum Myeong yang sudah terdisrupsi oleh lingkungan. Berbanding terbalik 350 derajat dengan ibunya Ae Sun yang lebih membeli barang dengan fungsi dan tujuannya.
Pada intinya, perilaku hedonisme tidak boleh dipeluk secara erat oleh siapapun, lepaskan saja, karena tidak baik bagi siapapun. Hedonisme hanya memberikan dampak kepuasan sesaat yang tidak berarti apa-apa. Alangkah baiknya jika mempunyai keuangan yang memadai, alokasikan saja ke hal-hal yang baik. Misalnya membeli buku atau hal-hal yang dianggap urgen untuk dibeli.
Keluarga Harmonis
Keluarga harmonis adalah keluarga yang mampu menciptakan kehangatan di dalam berkomunikasi antara bapak, ibu, dan anak. Tanpa komunikasi yang baik, maka sulit sekali menciptakan suasan yang harmonis. Terlebih antara suami dan juga istri. Gwan Sik yang amat sangat mencintai Ae Sun sedari kecil, selalu mencintai Ae Sun dengan sepenuh hati. Mungkin diksi yang cocok untuk menggambarkannya adalah bucin. Bucin yang dimaksud adalah bukan yang berkonotasi negatif tapi positif. Gwan Sik mengajarkan untuk mencintai secara utuh dan bertanggung jawab atas apa yang ia telah pilih yaitu Ae Sun.
Sebagai seorang suami, Gwan Sik selalu memberikan yang terbaik walaupun terkadang banyak hal yang tidak diketahui oleh Ae Sun. Misalnya ketika dirinya dipukuli oleh yang punya perahu karena sikapnya yang arogan hingga jarinya yang patah akibat menahan derasnya jaring ikan yang ditahannya. Gwan Sik hanya diam seribu kata dan menelannya tanpa membagi rasa pedihnya kepada istrinya. Mungkin yang dimaksud Gwan Sik baik karena tidak ingin istrinya tahu, yang penting mereka berkecukupan untuk makan dan untuk anak-anaknya sekolah. Hal ini yang membuat Gwan Sik dicintai oleh para penggemarnya terutama kaum hawa yang mendambakan calon suaminya seperti Gwan Sik.
Jika menilik kepada pribadi penulis, penulis juga kagum dengan besarnya cinta dan rasa tanggung jawab yang dimiliki oleh Gwan Sik. Semoga saja penulis bisa meniru plek ketiplek karakter dari Gwan Sik yang memiliki cinta yang absolut dan tanggung jawab yang tinggi. Hal yang terpenting adalah kesadaran diri untuk terus maju dan termotivasi apa yang telah diraih dan tidak pernah menyerah dengan keadaan. Argumen spesial untukmu Amanda Nurul Aini, semoga diri ini (penulis) bisa menjadi Gwan Sik yang cintanya tiada tara, bucinnya kebangetan, dan penuh tanggung jawab.
Oleh karena itu, drama korea memang layak ditonton apapun genrenya, terlebih jika alur ceritanya mengenai keluarga yang dibangun dengan cinta yang kuat seperti When Life Gives You Tangerines. Banyak sekali hikmah yang dapat diambil salah satunya adalah makna cukup yang sering kali disepelekan oleh banyak orang. Cukup dalam hal apapun menjadikan orang lebih banyak bersyukur ketibang kurangnya, karena Allah Swt menjanjikan bahwa orang yang bersyukur akan ditambahkan nikmatnya. Semoga penulis dan pembaca yang budiman senantiasa orang yang selalu bersyukur. Aamiin!
Penulis: Ibrahim Guntur Nuary, Pegiat Komunitas NUN (Niat Untuk Nulis) dan Penulis Lepas. (*)