GAYA HIDUP | TD – Dalam dunia yang semakin kompetitif ini, kemampuan untuk menerima kritik dan mengubahnya menjadi motivasi merupakan keterampilan yang sangat berharga. Salah satu pendekatan yang diadopsi oleh banyak individu dalam menghadapi kritik adalah yang dikenal dengan istilah “thorning“.
Namun, thorning bukan hanya sekadar teknik. Tetapi juga sebuah filosofi yang mengajarkan bagaimana seseorang dapat mengubah perspektif mereka terhadap kritik dan menjadikannya sebagai pendorong untuk mencapai keberhasilan lebih lanjut.
Thorning berasal dari kata “thrive” yang berarti tumbuh atau berkembang. Konsep ini berasal dari berbagai prinsip psikologi positif yang menekankan bahwa bagaimana kita memandang suatu situasi dapat memengaruhi reaksi kita terhadap situasi tersebut. Dengan kata lain, thorning mengajak kita untuk tidak hanya melihat kritik sebagai serangan pribadi, tetapi sebagai alat untuk pertumbuhan.
Pada dasarnya, kritik terbagi menjadi dua kategori, yaitu kritik konstruktif dan kritik destruktif. Kritik konstruktif adalah masukan yang bertujuan untuk membantu individu memperbaiki diri. Sedangkan kritik destruktif sering kali lebih bersifat menyerang dan tidak memberikan solusi.
Thorning membantu individu untuk memfilter kritik yang diterima. Dengan cara ini, individu dapat membedakan mana kritik yang dapat menjadi motivasi dan mana yang sebaiknya mendapat pengabaian.
Salah satu aspek penting dari psikoanalisis adalah pemahaman diri. Dalam hal ini, mengenali emosi dan reaksi kita terhadap kritik, akan membantu kita sehingga lebih mudah mengelola respons kita. Dengan demikian, thorning mendorong praktik refleksi diri. Yaitu di mana individu memikirkan kembali bagaimana mereka bereaksi terhadap kritik, dan memahami makna tersembunyi dari hal itu.
Langkah pertama dalam menerapkan thorning adalah menerima dan mengakui segala emosi yang muncul saat menerima kritik. Apakah itu kemarahan, frustrasi, atau pun perasaan tidak nyaman, mengakui emosi ini merupakan langkah awal yang penting. Sebaliknya, menghindari atau menekan emosi justru hanya akan menyebabkan reaksi yang lebih kuat di kemudian hari.
Setelah menerima emosi, langkah selanjutnya adalah menganalisis kritik. Apakah kritik tersebut konstruktif atau destruktif? Cobalah untuk memisahkan fakta dari opini. Pertimbangkan konteks dari kritik tersebut berasal dan apakah ada kebenaran yang berasal darinya.
Setelah melakukan analisis, cari pelajaran yang terdapat dalam kritik tersebut. Apakah ada aspek tertentu yang benar-benar bisa menjadi lebih baik lagi? Apakah ada cara untuk melakukan sesuatu dengan lebih baik di masa mendatang? Mengubah kritik menjadi pelajaran berharga adalah inti dari filosofi thorning.
Setelah mengidentifikasi pelajaran yang dapat diambil, langkah berikutnya adalah bergerak maju. Buatlah rencana aksi untuk memperbaiki diri. Ini bisa meliputi pengembangan keterampilan baru, mencari mentor, atau melakukan praktik tertentu yang dapat membantu meningkatkan kualitas diri.
Mentalitas positif sangat penting dalam proses thorning. Latih diri untuk melihat setiap kritik sebagai peluang untuk tumbuh. Ingatlah bahwa setiap orang mengalami kritik, dan yang membedakan individu yang berhasil adalah bagaimana mereka merespons kritik tersebut.
Dalam dunia profesional, sering kali kita dihadapkan pada situasi di mana kritik dari atasan atau rekan kerja menjadi hal yang tidak terhindarkan. Misalnya, seorang karyawan yang mendapatkan umpan balik negatif mengenai presentasi yang telah disampaikannya. Saat menerima hal itu, tentu menimbulkan rasa tertekan atau malu.
Namun, dengan menerapkan prinsip thorning, karyawan tersebut dapat menganalisis umpan balik tersebut. Dan dapat mengidentifikasi aspek mana yang perlu perbaikan, dan merencanakan presentasi yang lebih baik di masa mendatang.
Begitu juga dalam dunia pendidikan, seorang siswa yang menerima nilai rendah dalam suatu ujian dapat merasa putus asa. Namun, dengan melihat kritik dari guru sebagai peluang untuk belajar, siswa tersebut dapat memahami kelemahan dalam pemahaman materinya dan memperbaikinya sebelum ujian berikutnya.
Menerapkan prinsip thorning tidak hanya bermanfaat dalam konteks profesional atau akademis, tetapi juga dalam kehidupan pribadi. Berikut adalah beberapa manfaat yang dapat diperoleh dengan menerapkan thorning:
Dengan terus-menerus mengubah kritik menjadi motivasi, individu akan terus mengalami peningkatan diri. Ini akan menciptakan siklus positif yang berkelanjutan.
Thorning membantu individu untuk mengembangkan keterampilan emosional, seperti pengelolaan stres dan kecerdasan emosional. Keterampilan ini sangat penting untuk menghadapi berbagai tantangan dalam hidup.
Ketika seseorang belajar untuk menerima kritik dan mengubahnya menjadi motivasi, mereka secara tidak langsung membangun kepercayaan diri. Hal ini akan menjadikan mereka lebih siap ketika harus berhadapan dengan tantangan maupun kritik di lain kesempatan.
Dengan memahami bahwa kritik tidak selalu bersifat negatif, individu akan dapat berkomunikasi dengan lebih baik dan menjalin hubungan yang lebih harmonis dengan orang di sekitar mereka.
Sebagai kesimpulan, thorning adalah seni yang sangat penting dalam dunia yang penuh dengan kritik dan penilaian. Dengan mengubah perspektif kita terhadap kritik, kita dapat menjadikannya sebagai alat untuk pertumbuhan pribadi dan profesional.
Menerapkan langkah-langkah dalam proses thorning tidak hanya akan membantu individu dalam menghadapi kritik, tetapi juga akan membawa mereka menuju pencapaian yang lebih besar dalam hidup.
Kunci dari semua ini adalah kesediaan untuk belajar, tumbuh, dan terus maju meskipun ada rintangan yang menghadang. Melalui penerapan thorning, setiap kritik bisa menjadi batu loncatan menuju kesuksesan yang lebih besar. (Nazwa/Pat)