Mengenal ‘Quiet Quitting’: Apakah Kegiatan Ini Baik Untuk Kehidupan?

waktu baca 2 minutes
Sabtu, 26 Okt 2024 13:45 0 Patricia Pawestri

KESEHATAN MENTAL | TD – Istilah ‘quiet quitting‘ menjadi semakin populer di tengah kalangan pekerja dan para pengamat industri dalam beberapa tahun terakhir, sehingga berhasil memicu sebuah perdebatan sengit mengenai dampaknya terhadap kehidupan profesional dan pribadi.

Quiet quitting merupakan kegiatan yang mengacu pada fenomena di mana seseorang melakukan pekerjaannya sesuai dengan deskripsi pekerjaan yang ada, tetapi tidak melakukan upaya ekstra atau menunjukkan inisiatif lebih. Perilaku ini sering kali terjadi sebagai respons terhadap rasa lelah dalam bekerja, kurangnya motivasi, atau kondisi pekerjaan yang tidak memuaskan.

Fenomena quiet quitting dapat terjadi ketika lingkungan kerja yang ada terasa semakin menuntut. Sehingga, banyak karyawan yang mengalami stres karena ekspektasi yang tidak realistis, terlalu banyak bekerja, ataupun kurang dihargai.

Namun, alih-alih bekerja keras memenuhi tuntutan kerja yang terlampau tinggi, mereka memilih memikirkan kehidupan pribadinya. Ini juga sebagai upaya untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan pekerjaan.

Dengan demikian, quiet quitting dianggap sebagai bentuk protes atas kondisi pekerjaan yang tidak adil.

Pekerja yang memilih untuk melakukan quiet quitting sering kali merasa lebih sehat secara mental, karena mereka terhindar dari kelelahan yang mungkin disebabkan oleh kebutuhan terus-menerus untuk ‘mencoba berbuat lebih banyak’.

Namun, meskipun quiet quitting menawarkan beberapa keuntungan, seperti mengurangi stres dan memungkinkan karyawan untuk fokus pada kesehatan mereka, kegiatan ini tetap memiliki risiko.

Ketika keterlibatan di tempat kerja mulai berkurang, karyawan dapat kehilangan peluang untuk berkembang dalam hal profesional maupun pribadi. Hal ini dapat menyebabkan stagnasi karier dan hilangnya peluang untuk membangun jaringan dan membangun keterampilan baru.

Kunci untuk menilai apakah kegiatan quiet quitting merupakan hal yang baik atau buruk bagi kehidupan seseorang, tergantung pada situasi dan tujuan pribadi. Jika seseorang merasa bahwa mempertahankan batasan ini akan membantu dalam menjaga kesehatan mental dan keseimbangan pada hidup, kegiatan ini mungkin keputusan yang tepat untuk dilakukan.

Namun, jika konsekuensi jangka panjangnya adalah hilangnya motivasi atau peluang, mungkin perlu mempertimbangkan kembali untuk tidak melakukan quiet quitting ini.

Quiet quitting bisa menjadi pedang bermata dua. Dengan artian di sisi lain, pekerja bisa menghindari stres kerja yang berlebihan dan mengutamakan kesehatan mental. Namun di sisi lain, jika kegiatan ini tidak dikelola dengan baik maka dapat mengakibatkan terhambatnya kemajuan karier dan menurunnya kepuasan dalam bekerja.

Oleh karena itu, setiap individu harus mengevaluasi pilihan mereka secara kritis, menemukan keseimbangan yang sehat, dan terus mencari cara untuk bekerja tanpa mengorbankan kesehatan mental dan kebahagiaan pribadi. (Nazwa/Pat)

LAINNYA