BUKU | TD – Melalui karya-karya Han Kang, kita dapat memahami bagaimana kekelaman sejarah dapat berbekas dalam ingatan dan hidup manusia masa kini. Karenanya, menghabiskan waktu di akhir pekan dengan membaca buku-buku Han Kang dapat menjadi hiburan yang edukatif.
Bagi penyuka sastra dan sejarah, nama Han Kang tidak bisa diabaikan. Penulis perempuan asal Korea Selatan ini mempunyai karya-karya yang dapat memupuk pemikiran kritis dengan bahasanya yang puitis.
Penulis kelahiran Gwangju tahun 1970 ini meraih penghargaan Nobel tahun 2024 lalu. Panitia memilihnya sebagai pemenang karena kekuatan pada kata-katanya yang puitis dan menggambarkan kerapuhan manusia dalam ingatan dan trauma masa lalu.
Berikut ini buku-buku Han Kang yang dapat menjadi bacaan Anda di akhir pekan:
Buku ini menjadi rekomendasi pertama dari Panitia Nobel 2024 bila Anda sedang kebingungan memilih judul buku mana yang ingin Anda baca dari Han Kang.
“Vegetarian” mengisahkan seorang perempuan paruh baya yang memutuskan untuk tidak lagi mengonsumsi daging. Ia memutuskan hal ini karena trauma dengan kekerasan dan darah. Namun kisah ini tidak ditulis langsung oleh narator maha tahu, melainkan melalui sudut pandang ketiga tokoh lainnya yang sangat dekat dengan si tokoh perempuan tersebut.
Kisah-kisah tersebut menjalin reaksi yang berlawanan dengan si tokoh tersebut. Suami dan iparnya yang seniman, serta kakak perempuan si tokoh tersebut mempunyai pemikiran yang sangat kompleks. Mulai dari rasa iri, asmara, hingga rasa jijik dan kasihan. Namun, tokoh utama perempuan justru ingin menarik diri sebagai sikap merasa bersalah atas segala sesuatu yang tidak mengenakkan.
“Vegetarian” secara istimewa mengungkapkan betapa buruknya sistem masyarakat yang berdiri di atas karang patriarki yang tirani, lengkap dengan norma-normanya dan obsesi karier.
Novel ini menceritakan seorang murid perempuan yang jatuh cinta kepada guru bahasa Yunani-nya. Malangnya, sang guru kemudian mengalami kebutaan. Maka, murid perempuan tersebut berusaha mempelajari bahasa Yunani agar dapat bercakap-cakap dengannya. Bahasa yang sudah nyaris tak terdengar tersebut ia percayai merupakan satu-satunya bahasa yang tak akan melukai perasaan sang guru yang tengah menderita.
Melalui kisah novel ini, Han Kang memberi pemahaman bahwa bahasa dapat membangun identitas seseorang, sekaligus juga dapat mencabik-cabik seluruh jiwa yang terluka.
Kehalusan bahasa lugas Han Kang memberikan warna yang indah sekaligus tegang dalam buku ini. Di dalamnya terdapat berbagai kisah orang-orang, terutama mahasiswa, yang ada dalam tragedi Mei 1980 di Gwangju. Dengan apik, Han Kang melukiskan penuh kontradiksi bagaimana hidup-mati, terbelahnya tubuh-jiwa, dan situasi fluktuatif dalam perlawanan terhadap junta militer yang buas.
Dengan kata lain, “Human Act” merupakan monumen dari trauma sejarah dan kekerasan politik, yang berpadu dengan pencarian identitas para tokohnya. Dan bagaimana hal ini berpengaruh besar terhadap psikologis, bukan hanya pada satu pribadi, tetapi kolektif.
Demikianlah buku-buku Han Kang yang menjadi rekomendasi untuk Anda baca di akhir pekan. Ketiga buku di atas hanyalah segelintir dari lusinan karya sastra Han Kang yang mendapat penghargaan dari dalam negerinya sendiri maupun dari dunia internasional. Karya-karyanya unggul dalam bahasa yang mampu mengungkapkan keindahan sekaligus kerapuhan manusia. (Pat)