Martin Luther King Jr: Tokoh Perlawanan Anti Rasialisme Kulit Hitam Tanpa Kekerasan

waktu baca 4 menit
Senin, 15 Jan 2024 15:13 0 116 Patricia Pawestri

SOSOK | TD – Hari ini, 94 tahun lalu, atau 15 Januari 1929, merupakan hari kelahiran tokoh hak asasi manusia Martin Luther King Jr.

Martin Luther King Jr, yang lahir di Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, terkenal karena kiprahnya memimpin demonstrasi demi memperjuangkan hak-hak warga kulit hitam Amerika dengan cara yang damai.

Pemikiran Anti Rasis

Perhatian Martin Luther King Jr tentang kesetaraan pada mulanya timbul ketika, ia yang hidup di bagian Selatan Benua Amerika, melihat kehidupan yang tanpa konflik antara warga kulit putih dan kulit hitam di bagian Utara. Saat itu, ia sedang menghabiskan musim panasnya di pertanian tembakau Connecticut.

Kemudian, saat berkuliah di Morehouse College di Atlanta, seorang mentor bernama Benjamin Mays memberikan pengaruh signifikan atas pemikiran-pemikiran King atas penindasan karena perbedaan ras.

Pengaruh tersebut berkembang sejalan pendidikan Martin Luther King di Crozer Theological Seminary. Pada masa itu, ia membentuk kecenderungan teologis dan aturan etiknya sendiri tidak lepas dari pemikiran para teolog dan filsafat perlawanan tanpa kekerasan yang dilakukan oelh Mahatma Gandhi.

Kepemimpinan Martin Luther King Jr

Awal Martin Luther King Jr dikenal dalam aksi protes non kekerasan tersebut adalah sebuah demonstrasi memboikot bus selama 382 hari pada tahun 1955 di Montgomery, Alabama. Tujuannya adalah agar warga kulit hitam mendapat hak naik transportasi sama dengan kulit putih.

Aksi protes King bersama teman-temannya sesama orang kulit hitam tersebut berawal dari tertangkapnya seorang wanita negro yang tidak bersedia memberikan kursi busnya kepada penumpang kulit putih.

Demo tersebut berhasil dengan keluarnya putusan Mahkamah Agung yang mengatakan bahwa pemisahan (segregasi) antara penumpang kulit putih dan hitam tidak mempunyai dasar hukum, sehingga keduanya mempunyai hak yang sama dalam menggunakan transportasi.

King, yang merasa perjuangannya membawa dampak positif, kemudian meneruskan aksinya dalam berbagai demonstrasi terkait isu rasialisme. Para pengikutnya bahkan bertambah luas, bahkan warga kulit putih dan anak-anak sekolah mulai mengikuti aksinya.

Perhatian publik pada kepemimpinan Martin Luther King Jr bahkan membuat Jawaharlal Nehru, Perdana Menteri India, bersikap hangat dalam pertemuannya dengan King pada 1959. Dalam pertemuan tersebut pendirian King pada prinsip perlawanan tanpa kekerasan, yang sama dengan apa yang dikerjakan Mahatma Gandhi, menjadi semakin teguh.

Namun, perjalanan heroik King bukan tanpa kegagalan. Pada tahun 1960, ia ditahan karena turut berpartisipasi dalam “demonstrasi duduk” para mahasiswa kulit hitam. Aksi tersebut memperjuangkan kesetaraan warga kulit hitam ketika berada dalam ruang makan bersama warga kulit putih.

Namun, meskipun King dimasukkan ke dalam penjara, aksi tersebut terus berlanjut. Semangat King terus membara di kalangan warga kulit hitam untuk memperjuangkan hak-hak mereka mengenai fasilitas-fasilitas umum lainnya, misalnya taman umum.

Pembebasan Martin Luther King diberikan oleh Presiden John F Kennedy. Dan pada 1964, Undang-Undang Hak Sipil berhasil disahkan untuk menjamin kesetaraan para warga kulit hitam dengan kulit putih dalam memanfaatkan fasilitas publik dan juga dalam pekerjaan.

Jerih payah Martin Luther King kemudian membuatnya menerima penghargaan Nobel Perdamaian pada tahun yang sama.

Bintang yang Mulai Redup

Perjuangan King tidak berhenti di situ, ia kemudian berupaya memimpin aksi demonstrasi agar orang-orang kulit hitam, atau disebut juga Afrika-Amerika, mendapat hak suara yang setara di Amerika bagian Selatan pada 1965.

Namun, dengan tidak terkira, aksi tersebut mendapat pukulan balik penuh kekerasan dari tongkat dan gas air mata yang dibawa oleh petugas keamanan negara. Hari itu kemudian disebut sebagai “Minggu Berdarah”.

Hal itulah yang kemudian membuat King kemudian melanjutkan aksinya hanya dengan meminta para pengikutnya untuk berlutut berdoa dan berbalik, agar tidak terjadi lagi pertumpahan darah.

Ketakutan Martin Luther King tersebut membuat para pemimpin demonstrasi lainnya, yang jauh lebih muda darinya, antara lain Malcolm X, melemparinya dengan kritik. Sejak itu perlahan bintang bersinar King meredup.

Meski redup, King terus bergerak. Pada 3 April 1968, ketika ia tengah aktif dalam partisipasinya pada demo mogok para pekerja sanitasi di Memphis, Tennessee, ia gugur oleh peluru penembak jitu.

Terus Dikenang

Untuk mengenang perjuangannya, Coretta Scott King, istrinya, kemudian mendirikan yayasan yang kini bernama King Center di Atlanta. Pada yayasan tersebut, makalah-makalah Martin Luther King dapat dirawat dengan baik sebagai sumber ilmu pengetahuan.

Selain itu, Martin Luther King Jr juga mendapat penghargaan Medali Kebebasan Presiden secara anumerta (1977) serta Medali Emas Kongres (2003).

Stevie Wonder, penyanyi legendaris berkulit hitam Amerika, bahkan menulis dan menyanyikan lagu “Happy Birthday” sebagai penghargaan atas kiprah King.

Dan, sejak 1986, setiap tanggal 15 Januari, Pemerintah Amerika Serikat melalui Presiden Ronal Reagan menetapkan libur nasional untuk memperingati perjuangan kesetaraan yang telah dilakukan Martin Luther King. (Pat)

 

 

Unggulan

LAINNYA