Kreativitas Bahasa dalam Karya-karya William Shakespeare

waktu baca 4 minutes
Rabu, 13 Nov 2024 11:17 0 Patricia Pawestri

SASTRA | TD – William Shakespeare telah memberikan banyak sumbangsih, tidak hanya dalam dunia pertunjukan ataupun sastra, tapi juga dalam perkembangan bahasa Inggris.

Meskipun kadang kala kata-kata yang dirangkai Shakespeare dalam naskah dramanya kurang dapat dipahami secara langsung, tetapi banyak yang merupakan bentuk kata baru yang kemudian mempengaruhi perkembangan bahasa Inggris saat itu. Bahkan, kata-kata bentukan Shakespeare tersebut sering dijumpai dalam percakapan sehari-hari hingga masa sekarang.

Kosakata Baru Hasil Kreasi Shakespeare

Pembentukan kata-kata baru tersebut didorong kebutuhan menarasikan secara lebih sempurna apa yang ingin penulis legendaris tersebut ungkapkan ke hadapan khalayak saat pementasan.

Kreativitas Shakespeare atas bahasa tersebut dipengaruhi oleh berbagai bahasa yang pernah ia dengar. Baik dari negeri jauh yang terdengar dalam urusan perdagangan pada masa itu, misalnya. Dan juga dari kekayaan bahasa setempat.

Bahasa-bahasa yang berasal dari negeri jauh, misalnya bahasa Hindia Timur, Belanda, Italia, Yunani, Arab, dan Portugis. Sedangkan bahasa setempat, yaitu bahasa Inggris kuno yang bersumber dari bahasa Jerman atau disebut bahasa Inggris Jermanik.

Contoh kosakata baru yang muncul dari karya-karya Shakespeare, salah satunya, yaitu ‘bandit’ yang diambil dari bahasa Italia, ‘bandito’. Dan metamorphose, dialogue, mimic, dan ode dari bahasa Yunani. Sedangkan eyeball, kissing, scuffle, swagger, dan puke  merupakan adaptasi yang diperoleh Shakespeare dari kata-kata dalam bahasa Inggris Jermanik.

Ia juga menggubah kata dalam bahasa Inggris yang masih tergolong baru saat itu, misalnya assassination dari kata assassin. Dan juga menggunakan istilah Arab ‘eaters of hashish’ untuk mengungkapkan pembunuh bayaran legendaris.

Salah satu onomatopoeia ciptaan Shakespeare juga bertahan hingga saat ini, yakni buzzer yang menggambarkan bisingnya suara para penggosip.

Permainan kata yang akrab dengan Shakespeare dan para pemain panggung juga telah mengubah pengucapan kata egma menjadi enigma. Hal ini terjadi pada dialog Costar, salah satu tokoh dalam drama “Love’s Labour’s Lost”. Perubahan pengucapan ini bahkan menjadi salah satu yang paling dikenang.

Frasa Baru dari Shakespeare

Misalnya frasawild-goose chase‘ atau perburuan angsa liar dari naskah drama “Romeo and Juliet” , yang diartikan secara konotatif sebagai mengejar sesuatu yang sia-sia atau bodoh.

Dan, ‘break the ice‘, dari drama “The Taming of the Shrew” berarti memecahkan kesunyian untuk memulai interaksi untuk saling mengenal dalam hubungan sepasang kekasih. Istilah ini juga dapat berarti mengungkapkan suatu rahasia yang mungkin mengejutkan.

Majas yang Sering Digunakan Shakespeare

Dalam gaya bahasa, Shakespeare seringkali menggunakan permainan kata. Dua majas yang sering ia gunakan adalah puns dan metafora.

Puns, atau disebut juga paranomasia, adalah gaya bahasa yang menggunakan kemiripan bunyi serta makna kata demi terciptanya rasa humor sekaligus retorika.

Untuk memahami penggunaan gaya bahasa puns atau paranomasia, berikut dua contoh kalimat yang terdapat dalam naskah Shakespeare:

 

Flies‘ yang bermakna terbang, juga dapat diartikan sebagai lalat yang memberikan kesan lucu. Kesan humor bertambah dengan kemiripan makna dari kedua kalimat yang disajikan beriringan seperti di atas. Dalam bahasa Indonesia, kalimat tersebut dapat diterjemahkan menjadi: “Waktu melesat bagai sebuah panah; buah terbang bagai/lalat buah menyukai sebuah pisang.”

 

2.

(Foto: Tangerang Daily)

‘Dough’ mempunyai dua makna yang berbeda, yakni adonan dan juga uang. Efek prismatis dari penggunaan kata pada kalimat di atas memberikan kesan humor yang sedikit menyedihkan. Terjemahan kalimat pada gambar di atas kurang lebih: “Saya dahulu menjadi pembuat roti, tetapi saya tidak dapat menghasilkan cukup roti/uang.”

 

3.

(Foto: Tangerang Daily)

Puns di atas digunakan oleh Shakespeare dalam dialog Mercutio, sahabat Romeo, dengan memanfaatkan dua makna dari kata ‘grave‘ yakni ‘kuburan’ dan juga ‘serius’. Terjemahan kalimat di atas yakni: “Tanyakan padaku tentang esok, dan kamu akan menemukan bahwa aku seorang pria serius/yang berdiam di makam.”

Bentuk Metrik Pada Naskah Shakespeare

Shakespeare menyusun dialog para tokohnya dengan bentuk baris-baris syair yang teratur. Baris-baris ini biasanya terdiri dari 10 silabel (suku kata). Dan dalam pola metriknya, ia biasanya menggunakan pentameter iambik, di mana terdapat lima ketukan (atau ketukan yang ditekankan) pada setiap barisnya.

Penggunaan pola metrik tersebut bertujuan menciptakan suasana nyaman, harmonis, penuh keindahan liris, dan penuh kesan sejahtera yang dapat dirasakan hingga ke bangku penonton.

Salah satu nuansa yang berhasil dibangun dengan penggunaan pentameter iambik Shakespeare ini adalah saat biarawan yang disebut Friar Lawrence menenangkan Romeo dan Juliet yang sedang dilanda dilema.

Metrik lainnya yang digunakan Shakespeare yakni trochaic yang digunakan dalam dialog seram dari penyihir aneh dalam naskah Macbeth.

Demikianlah beberapa penjelasan mengenai berbagai kreativitas William Shakespeare yang memberikan pengaruh, khususnya, dalam perkembangan bahasa Inggris dan seni sastra. (Pat)

 

LAINNYA