Kornas : Stop Cari Muka ke Jokowi dengan Membela Gibran

waktu baca 3 menit
Minggu, 2 Jul 2023 01:10 0 111 Redaksi TD

JAKARTA | TD — Presidium Kongres Rakyat Nasional (Kornas) Sutrisno Pangaribuan menyerukan politisi dan relawan Jokowi berhenti membela Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka (Gibran).

Seruan tersebut karena riuhnya elit politik dan relawan Jokowi yang membela Gibran sebagai reaksi atas pernyataan Panda Nababan (Panda), politisi senior PDIP dalam diskusi terkait putusan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MKRI) tentang kemungkinan perubahan batas usia presiden di bawah 40 tahun.

Dalam diskusi tersebut, Panda menyebut Gibran belum pantas maju di Pilpres 2024. Gibran masih harus banyak belajar di dunia politik, bahkan Panda menyebut Gibran masih anak ingusan yang masih harus banyak belajar.

Panda menjelaskan proses yang dijalani Gibran seharusnya mengikuti ayahnya, Jokowi, saat mencalonkan diri sebagai capres 2014.

Panda juga tidak setuju jika Gibran maju sebagai cawapres mendampingi Prabowo. Ide tersebut sengaja diusulkan agar Prabowo mendapat dukungan Jokowi.

Sutrisno menilai, aksi membela Gibran tersebut hanya cari muka kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan keluarganya.

“Panda tidak bermaksud melecehkan kehormatan Gibran sebagai Wali Kota Solo. Panda menguraikan bagaimana proses menjadi pemimpin yang dialami dan dilalui Jokowi. Pengalaman terbentur, terbentuk hingga menjadi presiden Indonesia paling berhasil, termasuk mempersiapkan anak-anaknya mengikuti jejaknya,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima TangerangDaily, Sabtu, 1 Juli 2023.

Menurutnya, Gibran yang saat ini menjabat sebagai Wali Kota Solo memiliki konsekuensi siap dikritik oleh siapapun. “Maka Gibran tidak seharusnya dibela dan dipuja berlebihan. Para politisi amatir tidak perlu cari muka berlebihan kepada Gibran hanya karena disebut Panda anak ingusan.”

Selian itu, kata dia, Panda dan Gibran itu memiliki hubungan politik sebagai sesama kader PDI Perjuangan. Relasinya senior dan junior atau bahkan antara orang tua dan anak. “Maka keduanya pasti memiliki cara untuk membahas dan mendalami makna istilah “anak ingusan” dalam rumah mereka bersama, PDIP,” tegasnya.

Sutrisno menyebut, para politisi amatir lebih baik belajar lebih giat lagi agar tidak hanya mampu menjadi pembela dan pemuja Gibran. Pembelaan dan pemujaan berlebihan tidak baik bagi Gibran.

“Benar kata Panda, bahwa pemimpin yang dibela dan dipuja berlebihan akan membuat pemimpin tersebut besar kepala. Pemimpin justru harus lebih banyak dikritik agar lebih matang dan lebih siap menghadapi berbagai tantangan,” katanya.

“Pembelaan dan pemujaan membabi buta justru akan menjerumuskan Gibran. Seperti para pemuja yang hendak menjerumuskan Jokowi saat mengusulkan jabatan presiden tiga periode,” imbuhnya.

Selain itu, lanjutnya, Gibran ternyata tidak ambil pusing dengan pernyataan seniornya, Panda. Gibran justru mengakui masih perlu banyak belajar di kancah politik.

Terakhir, Kornas mengajak seluruh elit politik untuk membangun tradisi intelektual dalam kontestasi politik menjelang Pemilu 2024.

“Mengutamakan pertengkaran ide, gagasan, dan program politik sesuai kebutuhan dan kepentingan rakyat,” pungkasnya. (Ril)

LAINNYA