Kontroversi Nikuba, Aryanto Misel Belum Jelaskan Detail Hingga Kini

waktu baca 4 minutes
Selasa, 18 Jul 2023 10:09 0 Patricia Pawestri

TANGERANG | TD – Kontroversi seputar Nikuba, mesin berbahan bakar hidrogen karya Aryanto Misel, terus menjadi perbincangan.

Nikuba atau Niku Banyu merupakan kata dalam bahasa Jawa yang berarti “itu air”. Alat ini diklaim dapat mengubah air menjadi hidrogen murni yang dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor.

Aryanto Misel mengatakan Nikuba merupakan alat hasil penelitiannya sejak 2010. Ide awal dari penelitian tersebut muncul ketika ia melihat banyak orang kesulitan mendapatkan bahan bakar minyak (BBM) yang saat itu harganya melambung sekaligus langka.

Aryanto kemudian mencoba mencari alternaif bahan bakar yang murah dan mudah didapat. Kemudian ia membidik air sebagai obyek penelitiannya.

Aryanto Misel mengatakan prinsip kerja Nikuba adalah memecah molekul air menjadi hidrogen dan oksigen menggunakan proses elektrolisis. Listrik yang digunakan untuk memecah air berasal dari aki. Kemudian, hidrogen yang dihasilkan dalam elektrolisis tersebut dialirkan ke karburator dan ke ruang pembakaran dalam mesin motor. Sementara oksigennya dilepaskan ke udara.

Mengenai kinerja bahan bakar air dalam Nikuba, Aryanto Misel mengklaim bahwa satu tetes air dapat menjalankan motor sejauh 45 hingga 50 kilometer. Ia juga menjelaskan bahwa Nikuba tidak menimbulkan kerusakan pada mesin, tidak menimbulkan polusi, dan tidak memerlukan perawatan yang sulit.

Atas penemuannya tersebut, Aryanto Misel tidak sedikit mendapatkan dukungan dan juga kritikan. Salah satu yang mendukung adalah Kodam III/Siliwangi. Pangdam III/Siliwangi Mayjen Kunto Arief Wibowo bahkan mengatakan Kodam III/Siliwangi telah menggunakan beberapa unit Nikuba pada mesin kendaraan yang mereka pakai selama beberapa tahun terakhir.

Mayjen Kunto Arief Wibowo juga mengatakan Nikuba adalah inovasi yang luar biasa dan berpotensi menjadi solusi bagi krisis energi di masa depan.

Dukungan besar yang didapat Aryanto Misel juga datang dari Eropa. Beberapa pabrikan ototmotif asal Italia, di antaranya Ferrari dan Ducati, telah mengundangnya ke Milan pada Mei 2023 lalu untuk menunjukkan cara kerja Nikuba. Kedatangan Aryanto Misel ke Milan pun disertai dengan pimpinan Kodam III/Siliwangi yang mendukungnya 100 persen.

Namun keraguan yang besar pun datang dari berbagai pihak. Pernyataan Elon Musk pada acara Financial Times di tahun 2022 mengenai besarnya biaya untuk menggunakan energi hidrogen yang tidak setara dengan outputnya dikaitkan dengan penemuan Nikuba yang sedang menjadi perbincangan di Indonesia saat itu.

Pendapat bernada skeptis juga dilemparkan oleh para tenaga ahli dari Badan Riset dan Inovasi Nasonal (BRIN). Beberapa di antara tenaga ahli tersebut mengatakan hal senada dengan Elon Musk.

Namun setelah pertemuan pihak Ferrari dan Ducati dengan Aryanto Misel pada Juni 2023, BRIN mengubah pernyataannya bahwa mereka telah menyediakan fasilitas agar Aryanto Misel dapat menyempurnakan penemuan Nikuba tersebut. Menurut BRIN, Nikuba belumlah aman digunakan sebab adanya risiko hidrogen yang dapat meledak dan menimbulkan kecelakaan bagi penggunanya.

Selain itu, jauh sebelum klarifikasi BRIN tentang penyediaan fasilitas, mereka juga mengatakan penggunaan hidrogen hanya dapat membantu efisiensi penggunaan BBM. Pengaplikasian hidrogen sebagai bahan bakar utama juga akan memerlukan katalisator untuk membuatnya efektif.

Sejauh ini, Aryanto Misel belum juga menjelaskan secara gamblang formula katalis yang ia gunakan untuk membuat hidrogen bekerja dalam pengaplikasian Nikuba. Ia juga mempersulit BRIN ketika ingin membeli alat Nikuba yang ia temukan pada tahun 2022 untuk diuji coba. Yang pernah ia jelaskan ke publik hanyalah penggunaan relay untuk mengurangi beban kelistrikan pada aki yang menjadi kunci utama pemecahan air menjadi hidrogen.

“Biasanya yang diperdebatkan masalah aki tekor. Mungkin menempuh jarak lima kilometer saja aki sudah akan tekor,” ujar Aryanto ketika menjelaskan tantangan dalam pemecahan air menjadi hidrogen dalam proses elektrolisis.

“Dicoba 25 kilometer, ternyata aki masih utuh,” lanjutnya menjelaskan pengaruh penggunaan relay dalam operasonal Nikuba.

“Aki menjadi lebih ringan karena ada relay, untuk menekan tarikan listrik Nikuba,” terangnya, dikutip dari laporan tertulis pada tanggal 8 Juni 2022.

Ketika berhadapan dengan Aryanto Misel pada tahun tersebut pun, pihak BRIN hanya dapat melihat Nikuba bekerja dari luar kerangka alat tersebut dan tidak melihat apa saja yang tersusun di dalamnya.

(Dari berbagai sumber)
(*)

 

LAINNYA