PANDEGLANG | TD — Ketua Umum Pengurus Besar Mathla’ul Anwar (PBMA) K.H Embay Mulya Syarief menyatakan, seluruh perguruan serta sekolah dan madrasah Mathla’ul Anwar musti meneguhkan tekad untuk secara bersama-sama meluruskan niat, memperkokoh semangat, dan meningkatkan semangat dalam menyongsong “Arah Baru” Ormas tersebut.
“Arah baru dimaksud terutama mengoptimalkan layanan pendidikan, memperkuat sistem kelembagaan serta meningkatkan kualitas dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan. Hanya dengan cara ini Mathla’ul Anwar akan mampu meningkatkan kiprahnya di bidang pendidikan, dakwah, dan sosial,” katanya dalam keterangan tertulis yang diterima TangerangDaily, Selasa 5 Oktober 2021.
Pernyataan Ketua Umum PBMA itu disampaikan pada pelatihan teknis penyusunan standar operasional prosedur (SOP) bagi pimpinan lembaga dan kepala-kepala perguruan Mathla’ul Anwar yang diselenggarakan atas kerjasama Pusdiklat Tenaga Administrasi Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama dengan PBMA di Wira Carita Pandeglang, Banten.
Ketua Umum PBMA lebih lanjut mengemukakan, dalam kerangka Arah Baru Mathla’ul Anwar itu seluruh amal usaha organisasi dilakukan bagi terbangunnya spirit untuk menata umat dan merekat bangsa.
“Karena itu, penting bagi Mathla’ul Anwar untuk terus membangun semangat toleransi, memperkokoh sikap moderasi dalam beragama, serta meneguhkan komitmen kebangsaan bagi terwujudnya kehidupan yang adil, damai, dan rukun,” tegasnya.
K.H Embay sebelumnya mengemukakan, Mathla’ul Anwar telah berkiprah lebih dari satu abad, tepatnya 105 tahun dalam bidang pendidikan, dakwah, dan pemberdayaan umat serta telah melalui berbagai rintangan sejak zaman kolonial Belanda, penjajahan Jepang, masa kemerdekaan dan pemerintahan Orde Lama, zaman Orde Baru, hingga era Reformasi saat ini.
Pada masa kolonial Mathla’ul Anwar berhadapan dengan politik etik Belanda yang memposisikan institusi pendidikan tersebut serta organisasi sosial keagamaan lainnya sebagai Ordonansi Sekolah Liar karena dinilai sebagai alat bagi perjuangan kemerdekaan dan menjadikan pendidikan sebagai wadah bagi pergerakan rakyat menentang kolonialisme.
Di tengah berbagai tantangan dan rintangan sepanjang perjalanan sejarahnya, Mathla’ul Anwar terus berkiprah mencerdaskan kehidupan rakyat, dan hingga kini puluhan ribu ulama dan sarjana yang sebelumnya belajar di sekolah dan madrasah Mathla’ul Anwar telah memberikan pencerahan bagi kehidupan keagamaan yang ramah, moderat, toleran, dan berkeadaban.
Akan tetapi zaman terus berubah. Lembaga-lembaga pendidikan Mathla’ul Anwar yang sangat moderen pada masanya, kini mengalami proses tradisionalisasi. Di tengah perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan di Indonesia saat ini, perguruan, madrasah, dan sekolah-sekolah Mathla’ul Anwar justru menghadapi masalah ketertinggalan.
Selain karena problem internal, fenomena ini juga diakibatkan oleh berbagai faktor dari luar, seperti massifnya sekolah dan madrasah negeri hingga ke berbagai pelosok daerah serta hadirnya berbagai lembaga pendidikan dengan tawaran yang menarik serta dikemas dengan program keilmuan dan keagamaan yang menjanjikan.
Oleh karena itu Ketua Umum PBMA mengharapkan kerjasama dengan Pusdiklat Kementerian Agama dapat terus dilanjutkan sebagai bagian dari upaya meningkatkan kualitas layanan kependidikan dan membangun sistem pengelolaan perguruan yang moderen, sistemik, terencana, terukur, profesional, dan penuh semangat kebersamaan. (Ril/Red/Rom)