KABUPATEN TANGERANG | TD — Kehadiran kereta wisata yang biasa disebut odong-odong mulai menjamur di wilayah Kabupaten Tangerang.
Sarana angkutan tersebut menjadi sarana rekreasi alternatif bagi warga pedesaaan untuk mengisi waktu luang di tengah pandemi covid-19 ini.
Kereta wisata tersebut digemari oleh anak-anak yang terkadang didampingi orang tuanya. Mereka berkeliling selama satu jam dengan menempuh rute wilayah perkampungan yang telah ditentukan oleh sang sopir.
Sementara untuk tarif sekali naik dikisaran Rp5 ribu untuk orang dewasa dan Rp3 ribu untuk anak-anak.
“Seru mas. Kalau saya sih ikut karena jagain anak, tapi seru juga keliling naik ini (odong-odong),” ungkap Rani, seorang penumpang kereta wisata tersebut kepada wartawan, Selasa (25/5/2021).
Ia juga mengaku tidak terlalu mengkhawatirkan faktor keselamatan, meski angkutan wisata tersebut hasil modifikasi dari kendaraan roda empat yang tak lagi sesuai dengan spesifikasinya.
“Kalau kitanya hati-hati, aman kok,” tambah warga Tigaraksa tersebut.
Rani mengatakan, kereta wisata itu menjadi rekreasi alternatif masyarakat pedesaaan. Mereka bisa menikmati suasana rekreasi meski hanya berkeliling kampung
“Buat orang kampung sini mah naek odong-odong untukhiburan saja mas. Anak saya suka ingin naik, kalau enggak didampingi kan khawatir juga. Kalau soal aturan, saya enggak ngerti,” katanya.
Salah seorang pelaku usaha kereta wisata tersebut, Wildan Dollar, 34, mengetahui adanya aturan kendaraan tersebut dilarang beroperasi di jalan raya. Menyiasati hal itu, para sopir kereta wisata itu lebih memilih rute jalan perkampungan.
“Keselamatan penumpang sudah jelas jadi prioritas kami, apalagi kebanyakan yang naik itu kan anak-anak,” katanya.
Soal pendapatan dari usaha tersebut, ia mengatakan bukan profesi yang menjanjikan, terlebih untuk sang sopir. Namun di tengah lesunya kondisi perekonomian akibat pandemi covid-19, profesi itu ia lakoni demi memenuhi kebutuhan keluarga.
“Di masa pandemi ini memang sangat mambantu yah banyak sopir odong-odong yang terbantu perekonomiannya. Kalau soal keuntungan itu relatif mas, naik turun,” katanya.
Ia juga mengatakan, bersama para sopir kereta wisata lainnya, siap menerima pembinaan dari pihak berwenang terkait operasional usaha tersebut.
“Memang belum lama ini ada beberapa odong-odong yang ditertibkan oleh polisi. Tapi kalau suruh berhenti beroperasi agak sulit yah, karena minat masyarakat untuk naik odong-odong juga tinggi dan ada peluang usaha juga,” kata dia.
Ia berharap, pemerintah daerah bisa memberikan solusi agar usaha kereta wisata ini bisa tetap beroperasi dengan aman dan nyaman.
“Ya kalau bisa sih ada jalur khusus buat odong-odong. Tapi intinya kami siap dibina dan sangat tidak keberatan bila diajak beraudiensi dengan aparat berwenang,” pungkasnya. (Rik/Red/Rom)