Kemudahan yang Candu: Ketergantungan Mahasiswa terhadap Penggunaan AI

waktu baca 3 minutes
Minggu, 14 Des 2025 21:19 0 Nazwa

OPINI | TD — Perkembangan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) membawa perubahan signifikan di berbagai aspek kehidupan, termasuk pendidikan tinggi. Beragam aplikasi berbasis AI—seperti ChatGPT, alat bantu penulisan, hingga mesin pencari cerdas—kini menjadi bagian dari keseharian mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akademik. Meski menawarkan kemudahan, penggunaan AI secara berlebihan memunculkan kekhawatiran akan ketergantungan dan munculnya fenomena yang kerap disebut sebagai kemalasan akademik.

Secara umum, AI merujuk pada kemampuan mesin untuk meniru fungsi kognitif manusia, seperti belajar, menganalisis, dan memecahkan masalah. Teknologi ini mampu memproses data dengan cepat, menghasilkan teks, serta merespons pertanyaan secara instan. Bagi mahasiswa, AI bukan lagi sekadar alat bantu, melainkan telah menjadi bagian dari cara mengakses informasi dan menyelesaikan tugas kuliah sehari-hari.

AI sebagai Bantuan Akademik

Dalam praktiknya, mahasiswa memanfaatkan AI untuk mempercepat pekerjaan, mencari referensi, merangkum materi, atau memperbaiki struktur tulisan. Banyak yang memandang AI sebagai solusi praktis karena mampu menyediakan informasi secara cepat dan membantu meningkatkan kualitas tugas akademik, baik tulisan maupun presentasi.

Ketergantungan dan Bahaya “Kemalasan Akademik”

Namun, di balik kemudahan tersebut, muncul risiko ketergantungan. Mahasiswa yang terlalu mengandalkan AI cenderung menyerahkan proses berpikir kepada mesin, tanpa terlebih dahulu membaca sumber primer, menganalisis persoalan, atau membangun argumen secara mandiri. Dalam kondisi ini, AI tidak lagi berfungsi sebagai alat bantu, melainkan sebagai pengganti proses belajar.

Sejumlah studi menunjukkan bahwa ketergantungan semacam ini dapat melemahkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif mahasiswa. Ketika jawaban selalu disediakan mesin, kesempatan untuk melatih pemecahan masalah dan kemandirian intelektual menjadi berkurang. Lebih jauh, laporan media internasional mencatat bahwa hampir seluruh mahasiswa di beberapa negara telah menggunakan AI dalam tugas akademik, bahkan dalam penilaian kelas, tanpa panduan resmi dari institusi. Hal ini memunculkan kekhawatiran terkait kejujuran akademik dan kualitas pembelajaran.

Persepsi “Kemalasan” versus Motivasi Mahasiswa

Istilah “kemalasan akademik” sendiri perlu dipahami secara lebih proporsional. Di satu sisi, penggunaan AI memang dapat mencerminkan sikap malas ketika mahasiswa menghindari proses berpikir yang seharusnya dilakukan. Namun, di sisi lain, pemanfaatan AI juga dapat dipandang sebagai bentuk adaptasi generasi digital terhadap perkembangan teknologi, terutama di tengah tuntutan efisiensi dan tekanan waktu.

Masalah muncul ketika AI digunakan tanpa pengawasan dan tanpa kesadaran etika. Menyalin hasil AI tanpa analisis pribadi berarti menanggalkan esensi pembelajaran dan berpotensi menggerus kemampuan kognitif tingkat tinggi mahasiswa.

Tinjauan Literasi dan Etika Komunikasi

Dari perspektif ilmu komunikasi dan pendidikan, AI sebagai medium baru telah mengubah pola interaksi mahasiswa dengan pengetahuan. Mahasiswa tidak lagi sekadar mencari informasi, melainkan menerima jawaban yang telah “diproses” oleh mesin. Perubahan ini memengaruhi cara berpikir, berkomunikasi, dan memahami pengetahuan.

Kurangnya literasi digital yang memadai dapat membuat mahasiswa kesulitan menilai akurasi, relevansi, dan bias dari hasil AI. Tanpa kemampuan evaluatif tersebut, mahasiswa berisiko menerima informasi secara pasif, yang mendekati apa yang dapat disebut sebagai kemalasan intelektual.

Solusi dan Saran

Untuk meminimalkan dampak negatif penggunaan AI, beberapa langkah dapat dipertimbangkan:

  • Pendidikan literasi AI: Perguruan tinggi perlu membekali mahasiswa dengan pemahaman tentang penggunaan AI sebagai alat bantu, bukan pengganti proses berpikir.
  • Pedoman etika penggunaan AI: Institusi pendidikan perlu menetapkan aturan yang jelas mengenai batas dan konteks penggunaan AI dalam perkuliahan.
  • Perancangan tugas yang menantang kemampuan intelektual: Dosen dapat merancang tugas berbasis analisis, refleksi, dan kreativitas yang sulit digantikan AI sepenuhnya.
  • Penguatan pembelajaran mandiri: Mah ‘asiswa perlu terus didorong untuk berpikir kritis, reflektif, dan bertanggung jawab atas proses belajarnya sendiri.

Referensi

https://umsu.ac.id/artikel/mengenal-artificial-intelligence-ai-pengertian-sejarah-kegunaan-dan-contoh-penerapannya/

https://www.sepenuhnya.com/2025/06/pengaruh-penggunaan-ai-bagi-mahasiswa.html

https://tirto.id/dampak-negatif-penggunaan-ai-hadZ#google_

https://ftmm.unair.ac.id/pengaruh-ai-terhadap-kemampuan-berpikir-kritis-mahasiswa/

Penulis: Fatimah Alifia Haq

Mahasiswa Prodi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. (*)

LAINNYA