SASTRA | TD – ‘Hayy Ibn Yaqdzan‘ merupakan salah satu kitab karya Ibnu Sina yang cukup terkenal. Dalam kitab tersebut, dalam bahasa yang indah, Ibnu Sina berusaha memberikan pemahaman bahwa kemajuan akal dan batin sama pentingnya.
Ibnu Sina, atau dikenal sebagai Avvicena di dunia Barat, adalah cendekiawan muslim Timur Tengah yang hidup pada akhir milenial pertama. Ia lahir di Uzbekistan dan meninggal di Persia.
Semasa hidupnya, Ibnu Sina terkenal pandai. Ia telah hafal seluruh ayat dalam Alquran pada usia 10 tahun. Ketika memasuki usia akil baliq, ia mempelajari fiqih dan kemudian filsafat.
Kegemaran Ibnu Sina untuk mempelajari segala sesuatu tidak lepas dari kebiasaan ayahnya yang mendatangkan berbagai guru ke rumah untuk mengajarnya.
Dalam filsafat, Ibnu Sina seringkali membuat catatan tanggapan atas karya-karya yang telah ada, misalnya milik Aristoteles. Selain filsafat dari Yunani dan Romawi, ia juga ada dalam pengaruh berbagai ajaran cendekiawan muslim seperti Al Kindi dan Al Farabi.
Kepandaiannya mengantar ia diakui sebagai dokter pada usia 18 tahun, setelah sebelumnya selama 2 tahun mempelajari ilmu kedokteran.
Karya-karya Ibnu Sina berjumlah setidaknya 400 kitab. Membahas mulai dari filsafat, fisika, matematika, kedokteran, astronomi, spiritual, dan sastra. Namun, karena perang, hanya separuh dari seluruh karya tersebut yang bertahan.
Sebagian karya Ibnu Sina disimpan di Perpustakaan Nasional Perancis, Perpustakaan Bodleian di Oxford, di sebuah perpustakaan besar di Eropa dan di Timur Tengah.
Peran Ibnu Sina tidak hanya dikenal dalam dunia akademis. Dalam kehidupan nyata, keteladanannya tampak dengan kerapnya ia memberikan bantuan pengobatan gratis kepada orang miskin. Pengabdiannya pada kemanusiaan menjadikannya tidak menikah hingga akhir hayat. Dan pada saat sebelum meninggal, Ibnu Sina membagikan harta kekayaannya pada orang miskin dan membebaskan para budak.
Salah satu karya Ibnu Sina yang dapat dinikmati sekarang adalah Risalah ‘Hayy bin Yaqdzan‘, atau diterjemahkan menjadi ‘Kisah Kehidupan Orang yang Waspada‘ atau ‘Hayy putra Yaqdzan‘. Dan, rupanya kitab ini kemudian menginspirasi Ibnu Thufail, cendekiawan muslim abad ke-12, untuk menggubahnya menjadi cerita baru yang sama-sama menggugah.
Dalam terjemahan bahasa Indonesia oleh Dani Ramdani yang diterbitkan tahun 2024, ‘Hayy bin Yaqdzan‘ dapat dinikmati dengan keindahan bahasa sastra dan mudah dipahami.
‘Hayy bin Yaqdzan‘ karya Ibnu Sina menceritakan dialog antara seseorang dengan diri sendiri tentang dua kekuatan utama yang melingkupi pribadi manusia. Yakni material dan spiritual.
Dalam kitab tersebut, ia mengutarakan bagaimana seseorang dapat mengendalikan emosi dalam diri, dan bagaimana pengetahuan serta logika dapat menjernihkan pikiran dan menyucikan hati manusia.
Ia juga memaparkan tentang kosmos, misalnya mengenai pergerakan bulan yang mengorbit bumi dan benda-benda langit lainnya, dan tentang mineral di bumi, tumbuhan di permukaan bumi, serta hewan-hewan.
Penjelasannya pun membawa kesadaran tentang daya negatif dari amarah dan syahwat, dan juga bahwa Allah SWT tak dapat digambarkan oleh pikiran manusia yang terbatas. (Pat)