EKBIS | TD – Usia produktif, khususnya antara 25 hingga 35 tahun, merupakan periode di mana banyak individu bekerja keras, membangun karier, dan merencanakan masa depan. Namun, tidak sedikit yang merasa keuangannya stagnan. Gaji bulanan sering kali habis untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, tabungan tidak bertambah, dan rencana investasi belum terwujud. Inilah yang dikenal sebagai stagnasi finansial.
Stagnasi finansial adalah kondisi di mana pendapatan dan aset tidak mengalami perkembangan seiring berjalannya waktu. Situasi ini sering kali terjadi tanpa disadari, karena seseorang merasa sudah ‘aman’ secara finansial—padahal sebenarnya hanya bertahan, bukan berkembang.
Ligwina Hananto, seorang pakar perencana keuangan, menjelaskan bahwa stagnasi finansial sering kali disebabkan oleh kurangnya perencanaan jangka panjang, gaya hidup yang meningkat seiring dengan kenaikan gaji, dan minimnya peningkatan kapasitas diri. “Banyak orang merasa cukup karena dapat hidup dari gaji ke gaji, tetapi lupa untuk mempersiapkan fase kehidupan selanjutnya,” ujarnya.
Beberapa faktor umum yang menyebabkan stagnasi keuangan di usia produktif antara lain:
Lalu, bagaimana cara untuk keluar dari kondisi ini?
Pertama, segera evaluasi situasi keuangan. Dalam hal ini, penting untuk melakukannya secara menyeluruh. Catat pemasukan dan pengeluaran secara rinci. Kedua, tetapkan target jangka pendek dan jangka panjang, seperti membangun dana darurat, membeli rumah, atau menyiapkan dana pensiun. Ketiga, fokuslah pada peningkatan keterampilan agar dapat memperoleh promosi atau pekerjaan dengan gaji yang lebih tinggi. Terakhir, mulailah berinvestasi sejak dini—tidak perlu dalam jumlah besar, yang terpenting adalah konsistensi.
Menghadapi stagnasi finansial bukanlah tanda kegagalan. Sebaliknya, ini adalah sinyal penting untuk mulai bergerak. Di usia produktif, waktu masih berpihak kepada kita—dan keputusan yang kita buat hari ini dapat menentukan kualitas hidup di masa depan.