Fenomena Overtourism: Destinasi Populer Dunia yang Mulai Kewalahan Wisatawan

waktu baca 3 minutes
Kamis, 11 Sep 2025 14:17 0 Nazwa

WISATA | TD – Pariwisata membawa banyak keuntungan, mulai dari peningkatan ekonomi, promosi budaya, hingga membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Namun, di balik manfaat tersebut, muncul fenomena yang kini menjadi perhatian global, yaitu overtourism. Istilah ini merujuk pada kondisi ketika jumlah wisatawan yang berkunjung ke suatu destinasi jauh melebihi kapasitas daya dukung lingkungan dan sosialnya. Akibatnya, yang semula menjadi untung justru berubah menjadi beban bagi penduduk lokal, infrastruktur, dan kelestarian budaya. Fenomena overtourism tidak hanya terjadi di Eropa, tetapi juga meluas ke Asia, termasuk Indonesia, sehingga menjadi isu penting dalam diskusi pariwisata berkelanjutan.

Pengertian Overtourism

Overtourism adalah situasi di mana jumlah wisatawan yang datang ke suatu tempat melebihi kapasitas lingkungan, infrastruktur, dan masyarakat setempat. Fenomena ini semakin marak di berbagai belahan dunia seiring meningkatnya minat bepergian pasca-pandemi. Meskipun lonjakan wisatawan membawa keuntungan ekonomi, dampak negatif terhadap lingkungan, budaya, dan kualitas hidup warga lokal menjadi perhatian serius.

Dampak Overtourism

Beberapa dampak umum akibat overtourism meliputi:

  • Kerusakan lingkungan, seperti pencemaran, penumpukan sampah, dan degradasi ekosistem.
  • Kenaikan biaya hidup, terutama harga sewa dan properti yang melonjak akibat tingginya permintaan dari sektor pariwisata.
  • Tekanan sosial berupa kemacetan, kepadatan berlebihan, serta gangguan aktivitas harian masyarakat lokal.
  • Hilangnya keaslian budaya karena tradisi lokal sering dikomersialisasikan untuk memenuhi ekspektasi wisatawan.

Destinasi Dunia yang Mengalami Overtourism

  1. Bali, Indonesia
    Bali sering dijadikan contoh overtourism di Asia. Jutaan wisatawan internasional berkunjung setiap tahun, memberikan tekanan besar pada infrastruktur, ketersediaan air, dan pengelolaan sampah. Perkembangan akomodasi yang pesat juga menyebabkan perubahan tata ruang dan mengancam kelestarian budaya lokal. Pemerintah menerapkan pajak wisatawan asing dan kampanye pariwisata berkelanjutan untuk mengurangi dampak negatif.
  2. Venesia, Italia
    Venesia menghadapi masalah serius akibat lonjakan wisatawan, terutama dari kapal pesiar. Kota kanal ini mengalami kenaikan biaya hidup yang signifikan dan penurunan jumlah penduduk tetap karena sulitnya menyesuaikan diri dengan biaya tinggi. Pemerintah membatasi jumlah pengunjung harian dan memberlakukan biaya masuk bagi turis demi melindungi kelestarian kota.
  3. Barcelona, Spanyol
    Sebagai salah satu kota terpopuler di Eropa, Barcelona sering dipenuhi wisatawan hingga melebihi kapasitas. Penduduk lokal melakukan protes karena ruang hidup mereka semakin terbatas. Selain itu, akomodasi jangka pendek seperti apartemen sewa online turut mendorong kenaikan harga properti.
  4. Santorini, Yunani
    Pulau kecil ini menjadi magnet wisatawan global, namun kapasitas infrastrukturnya terbatas sehingga tidak mampu menampung lonjakan kunjungan harian, terutama dari kapal pesiar. Pemerintah membatasi jumlah penumpang kapal yang boleh singgah setiap hari.
  5. Kyoto, Jepang
    Sebagai kota budaya, Kyoto mengalami tekanan besar dari wisatawan yang membanjiri distrik bersejarah, terutama area tempat tinggal geisha. Warga lokal merasa privasinya terganggu, sehingga pemerintah memberlakukan aturan ketat, termasuk pembatasan akses di beberapa kawasan.
  6. Machu Picchu, Peru
    Situs warisan dunia UNESCO ini sempat terancam rusak akibat kunjungan berlebihan. Untuk menjaga kelestariannya, pemerintah Peru menetapkan kuota harian pengunjung dan membatasi durasi kunjungan di area tersebut.

Upaya Mengatasi Overtourism

Berbagai negara telah mengambil langkah strategis untuk mengatasi overtourism, antara lain:

Membatasi jumlah wisatawan di destinasi tertentu.

Menerapkan pajak wisatawan atau pajak akomodasi.

Melarang pembangunan hotel baru di wilayah yang sudah padat.

Mengatur perilaku wisatawan melalui kode etik dan regulasi khusus.

Mendorong wisata ke destinasi alternatif agar tidak menumpuk di lokasi populer.

Menuju Pariwisata Berkelanjutan

Fenomena overtourism mengingatkan bahwa pariwisata harus dikelola secara bijak agar tidak menjadi beban bagi masyarakat dan lingkungan. Kebijakan yang tepat serta kesadaran wisatawan dalam menjaga budaya dan alam sangat penting untuk memastikan keberlanjutan destinasi-destinasi indah di dunia. Dengan demikian, pariwisata tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga tetap menjaga harmoni dengan masyarakat lokal dan kelestarian lingkungan. (*)

LAINNYA