KESEHATAN MENTAL | TD – Dalam beberapa tahun terakhir, isu kesehatan mental semakin mendapatkan perhatian publik, terutama di kalangan generasi muda. Seiring dengan meningkatnya kesadaran ini, berbagai istilah psikologis mulai dikenal luas, salah satunya adalah fawning. Istilah ini merujuk pada respons emosional yang dilakukan seseorang untuk menyenangkan orang lain secara berlebihan demi menghindari konflik, penolakan, atau ancaman. Menariknya, fenomena ini banyak ditemukan di kalangan Generasi Z—kelompok yang dikenal kritis, terbuka terhadap isu psikologis, namun juga rentan terhadap tekanan sosial yang kompleks. Lantas, bagaimana sebenarnya fawning berkembang menjadi mekanisme bertahan hidup bagi mereka?
Fawning adalah salah satu respons terhadap stres atau trauma yang termasuk dalam mekanisme bertahan hidup (survival mechanism), sejajar dengan respons fight, flight, dan freeze. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh terapis Pete Walker, yang mendefinisikan fawning sebagai kecenderungan untuk menyenangkan orang lain secara berlebihan sebagai upaya untuk meredakan ketegangan atau ancaman.
Perilaku ini sering kali tidak muncul dari kesadaran penuh, melainkan terbentuk dari pengalaman masa lalu, terutama pada individu yang pernah mengalami pola asuh yang keras, trauma emosional, atau kurangnya rasa aman secara psikologis.
Fenomena fawning di kalangan Generasi Z dapat dipahami melalui beberapa faktor yang membentuk karakter dan respons emosional mereka, antara lain:
Untuk memudahkan pengenalan, berikut adalah beberapa tanda umum perilaku fawning yang sering muncul:
Meskipun tampak sebagai sikap yang sopan atau kooperatif, perilaku fawning yang berlebihan dapat memiliki dampak negatif dalam jangka panjang. Beberapa di antaranya meliputi:
1. Kehilangan Identitas Diri
Terlalu sering menyesuaikan diri dengan harapan orang lain dapat menyebabkan seseorang tidak lagi mengenali keinginan dan batasan diri sendiri.
2. Kelelahan Emosional
Terus-menerus berusaha menyenangkan orang lain tanpa jeda dapat memicu stres kronis, kecemasan, dan bahkan burnout.
3. Relasi yang Tidak Seimbang
Fawning dapat menciptakan hubungan yang timpang, di mana satu pihak terus memberi tanpa mendapatkan timbal balik yang sehat.
Menghentikan pola fawning bukanlah hal yang instan, tetapi beberapa langkah berikut dapat membantu individu mulai membangun hubungan yang lebih sehat:
– Mengenali pola dan akar penyebab perilaku fawning.
– Belajar menetapkan batasan yang sehat dalam hubungan.
– Meningkatkan kesadaran akan kebutuhan diri sendiri.
– Mengembangkan keterampilan komunikasi asertif.
– Mencari dukungan dari profesional kesehatan mental.
Fawning bukan sekadar sikap sopan atau mudah bergaul. Ini adalah bentuk adaptasi emosional yang sering kali berakar dari rasa tidak aman atau pengalaman masa lalu yang menyakitkan. Di tengah kompleksitas tantangan yang dihadapi Generasi Z, memahami fawning sebagai respons psikologis adalah langkah penting untuk membangun kesadaran diri, memelihara kesehatan mental, dan menciptakan hubungan sosial yang lebih seimbang. Mengenali dan mengatasi fawning bukanlah tanda kelemahan, melainkan proses pemulihan dan penguatan identitas diri. (*)