PENDIDIKAN | TD – Metode pendidikan Montessori menekankan pentingnya kemandirian, kebebasan dalam batasan, dan rasa tanggung jawab. Salah satu aspek yang sering diabaikan dalam pendidikan anak adalah cara mereka mengelola lingkungan mereka, terutama dalam menata barang-barang mereka. Decluttering atau merapikan barang-barang menjadi salah satu cara yang efektif untuk mengajarkan anak kemandirian dan tanggung jawab.
Dalam artikel ini, kita akan membahas bagaimana menerapkan prinsip Montessori dalam decluttering untuk membantu anak belajar menata barang dengan cara yang menyenangkan dan mendidik.
Decluttering atau merapikan adalah proses mengurangi barang-barang yang tidak diperlukan serta menyusun benda yang masih digunakan dengan cara yang terorganisir. Proses ini bukan hanya tentang membuang barang, tetapi lebih kepada penciptaan ruang yang lebih nyaman, fungsional, dan menyenangkan. Dalam konteks Montessori, decluttering melibatkan anak secara aktif, sehingga mereka dapat memahami nilai dari setiap barang yang mereka miliki dan bagaimana mengelolanya dengan baik.
Sebelum memulai proses decluttering, penting untuk menjelaskan kepada anak mengapa kegiatan ini diperlukan. Anak-anak mungkin tidak langsung memahami konsep ‘merapikan’ atau ‘mengurangi’, jadi penting untuk memberikan alasan yang sesuai dengan usia mereka. Kita bisa menjelaskan bahwa dengan merapikan, mereka akan lebih mudah menemukan barang yang mereka butuhkan, memiliki lebih banyak ruang untuk bermain, dan membuat lingkungan mereka lebih nyaman.
Gunakan bahasa yang mudah dimengerti dan berikan contoh konkret. Misalnya, kita bisa mengatakan, “Jika kita menyingkirkan mainan yang sudah tidak dimainkan, kita bisa lebih mudah menemukan mainan yang masih kita suka!” Ini akan membantu anak melihat manfaat dari decluttering dan membangkitkan motivasi mereka untuk berpartisipasi.
Salah satu prinsip utama Montessori adalah memberikan anak kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan sehari-hari. Decluttering bukanlah tugas yang harus dilakukan orang dewasa sendirian. Libatkan anak dalam proses ini dengan cara yang menyenangkan. Berikut beberapa langkah yang bisa diikuti:
Pilih waktu di mana anak Anda merasa segar dan siap untuk beraktivitas. Hindari waktu ketika mereka lelah atau rewel.
Jadikan decluttering sebagai permainan. Misalnya, kita bisa mengatur waktu dan melihat siapa yang bisa mengumpulkan lebih banyak mainan dalam waktu tertentu. Ini akan membuat proses lebih menarik.
Ajak anak untuk membagi barang-barang mereka ke dalam kategori. Misalnya, mainan, buku, pakaian, dan perlengkapan sekolah. Ini akan membantu mereka memahami mana yang perlu disimpan dan mana yang bisa disumbangkan atau dibuang.
Saat menentukan barang mana yang akan disimpan, tanyakan pendapat anak. Misalnya, “Apakah kamu masih memainkan mobil ini? Jika tidak, apakah kamu mau memberikannya kepada teman?” Ini akan membantu anak merasa lebih memiliki keputusan atas barang-barang mereka.
Tunjukkan bagaimana cara kita sendiri dalam merapikan barang. Anak-anak belajar melalui contoh, jadi tunjukkan cara kita menilai barang-barang dan mengapa kita memutuskan untuk menyimpannya atau menyingkirkannya.
Setelah decluttering selesai, langkah berikutnya adalah menciptakan sistem penyimpanan yang efisien. Ini penting agar anak dapat dengan mudah mengembalikan barang-barang mereka setelah digunakan. Beberapa tips untuk menciptakan sistem penyimpanan yang baik adalah:
Gunakan wadah transparan atau label yang jelas pada setiap kotak penyimpanan. Dengan begitu, anak dapat melihat dengan jelas isi wadah tersebut dan lebih mudah mengembalikannya ke tempat yang tepat.
Tempatkan barang-barang yang sering digunakan pada tingkat yang mudah dijangkau oleh anak. Ini akan memberdayakan mereka untuk mengambil dan mengembalikan barang dengan mandiri.
Jangan biarkan anak memiliki terlalu banyak pilihan dalam satu waktu. Misalnya, jika mereka memiliki 20 boneka, coba kurangi menjadi 5 atau 6 yang paling mereka sukai. Ini akan membuat proses bermain lebih terfokus dan mengurangi kekacauan.
Buatlah rutinitas berkala untuk menata ulang barang. Misalnya, setiap bulan, ajak anak untuk kembali melihat barang-barang mereka dan memutuskan mana yang masih mereka perlukan. Ini juga akan membantu mereka terbiasa dengan kebiasaan decluttering.
Setelah sistem penyimpanan terbentuk, penting untuk membangun kebiasaan kemandirian pada anak. Kemandirian bukan hanya tentang merapikan barang, tetapi juga tentang rasa tanggung jawab terhadap lingkungan mereka. Berikut adalah beberapa cara untuk membangun kebiasaan ini:
Misalnya, setelah bermain, ingatkan anak untuk mengembalikan mainan ke tempatnya. Kita bisa menggunakan kalimat seperti, “Setelah kita bermain, kita harus menjaga agar ruang ini tetap rapi, ya!”
Ciptakan rutinitas harian yang melibatkan merapikan. Misalnya, setelah sarapan, ajak anak untuk membantu menata meja, atau setelah bermain, ingatkan mereka untuk membereskan mainan.
Tidak perlu dengan hadiah besar, tetapi pujian sederhana saat anak berhasil merapikan ruang mereka bisa menjadi motivasi yang besar. Kita bisa berkata, “Wow, kamu sudah merapikan semua mainan! Ruang ini jadi terlihat sangat rapi!”
Pastikan bahwa lingkungan di sekitar anak mendukung mereka untuk merapikan. Jika barang-barang mereka mudah diakses dan ada tempat yang jelas untuk menyimpannya, mereka akan lebih cenderung untuk menjaga kebersihan.
Terakhir, salah satu kunci dari decluttering ala Montessori adalah menumbuhkan rasa kepemilikan pada anak. Ketika anak merasa memiliki ruang dan barang-barang mereka, mereka cenderung lebih menghargai dan merawatnya. Beberapa cara untuk menumbuhkan rasa kepemilikan ini antara lain:
Ajak anak untuk berbicara tentang barang-barang mereka. Tanyakan kepada mereka kenapa mereka menyukai barang tertentu atau kenangan apa yang mereka miliki terkait barang tersebut.
Saat decluttering, biarkan anak membuat pilihan. Ini adalah kesempatan bagi mereka untuk belajar tentang nilai-nilai seperti berbagi dan rasa syukur terhadap apa yang mereka miliki.
Ajak anak untuk merancang atau menentukan bagaimana mereka ingin mengatur ruang mereka. Ini bisa melibatkan pemilihan warna, tata letak, atau dekorasi yang mereka sukai.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip Montessori dalam decluttering, kita tidak hanya membantu anak belajar bagaimana menata barang, tetapi juga mengajarkan mereka kemandirian, tanggung jawab, dan penghargaan terhadap lingkungan. Proses ini akan memperkuat rasa percaya diri anak dan membantu mereka menjadi lebih mandiri dalam merawat barang-barang mereka. Dengan begitu, mereka tidak hanya belajar untuk hidup dalam ruang yang rapi, tetapi juga membawa keterampilan berharga ini ke dalam kehidupan sehari-hari mereka. (Nazwa/Pat)