OPINI | TD — Jelang Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2024, nama Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) mulai banyak diperbincangkan publik, mulai dari pembicaraan di warung-warung kopi hingga diskusi dan pembahasan di media massa.
Tapi harapan publik sejatinya hanya satu, yaitu agar calon Pemimpin Indonesia mendatang harus menguatkan niat dan tekad untuk menjadikan negeri ini lebih maju, lebih demokratis, dan lebih berkeadilan sosial sebagaimana menjadi cita-cita para pendiri bangsa.
Para Capres dan Cawapres juga harus ingat akan keberlanjutan negeri ini serta masa depan generasi mendatang sebagaimana ungkapan penulis dan motivator terkemuka asal Inggris, Simon Sinek yang mengatakan, Leadership is not about the next election, it’s about the next generation.
Maka, menurut penulis buku best seller Start With Why (2009), Leaders Eat Last (2014), dan The Infinite Game (2019) itu, para calon pemimpin bangsa harus berkontestasi dan berkompetisi dengan sportif, sehat, dan saling menghormati.
Konsekuensinya, dalam konteks Pemilu di Indonesia, pesta demokrasi untuk memilih pemimpin yang baik itu harus dilaksanakan secara jujur dan adil sesuai amanat Konstitusi. Kalah dan menang dalam sebuah kompetisi adalah hal yang biasa, dan pihak-pihak terkait harus berjiwa besar menerima apapun hasilnya nanti.
Lebih dari itu, perlu dicatat bahwa pemimpin yang baik adalah figur politik yang sungguh-sungguh memperjuangkan aspirasi rakyat serta mampu mengatasi persoalan multidimensi bangsa, mulai dari persoalan hukum, sosial, dan ekonomi, sampai kepada merancang bangun sebuah tatanan moral di kalangan elit politik untuk kebaikan dan kemajuan bangsa ke depan.
Kerinduan akan seorang pemimpin yang berkarakter dan benar-benar berorientasi pada kepentingan rakyat sepertinya menjadi obat mujarab yang dibutuhkan untuk memperbaiki perilaku para elit politik dan tatanan moral saat ini. Pemimpin yang memiliki karakter dan berintegritas adalah figur pemimpin yang didambakan oleh seluruh rakyat Indonesia.
Dalam konteks Pilpres di Indonesia yang akan dilaksanakan tahun depan, saat ini sudah muncul beberapa nama kandidat Capres, sedangkan siapa nama bakal Cawapres yang akan dimunculkan nampaknya masih perlu waktu. Adapun pendaftaran Capres dan Cawapres 2024 baru akan dibuka Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Oktober 2023.
Kandidat Capres Ganjar Pranowo yang diusung oleh PDIP dan PPP misalnya, saat ini masih menunggu siapa bakal Cawapresnya. Safari politik yg dilakukan seluruh Pimpinan Parpol akan menentukan siapa nama final bakal Cawapres yang akan mereka usung.
PDIP dan PPP secara resmi telah mendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai kandidat Capres 2024. Selain memiliki elektabilitas tinggi, Ganjar dinilai sebagai sosok paling pas untuk melanjutkan kerja-kerja Presiden Joko Widodo.
Ganjar merupakan figur yang hampir selalu menempati posisi teratas Capres dalam beberapa lembaga survei mainstream belakangan ini. Ganjar bersaing kuat dengan Prabowo Subianto (Ketua Umum Partai Gerindra) dan Anies Baswedan (mantan Gubernur DKI Jakarta).
Tiga nama figur politik tersebut merupakan sosok yang didukung dalam Pilpres 2024, dan kalau melihat data-data statistik hasil survei, Ganjar untuk sementara merupakan figur yang meraih elektabilitas tertinggi.
Namun semua bisa berubah sampai hari penetapan Capres dan Cawapres nanti, dan kemenangan Ganjar, Prabowo ataupun Anies kemungkinan besar akan sangat tergantung siapa Cawapresnya. Cawapres dimaksud adalah tentu seorang tokoh nasional dengan elektabilitas tinggi.
PPP yang baru mendeklarasikan mendukung Ganjar Pranowo sebagai kandidat Capres, sampai saat ini belum mengumumkan siapa bakal Cawapres yang akan diusungnya.
Berdasarkan berbagai analisa politik, PPP mempunyai dua kandidat Cawapres yang akan diusung, yaitu Erick Thohir (Menteri BUMN) dan Sandiaga Salahuddin Uno (Menparekraf). Tetapi kandidat Capres dan Cawapres yang diusung saat ini sampai waktu penetapan Capres dan Cawapres definitif masih bisa berubah.
Seorang kandidat Capres maupun Cawapres bisa turun elektabilitasnya, misalnya jika ditemukan kekurangan, kelemahan, atau tergelincirnya yang bersangkutan dalam satu kasus, atau peta pasangannya berubah berdasarkan evaluasi Parpol masing-masing.
Bisa saja Ganjar berpasangan dengan Prabowo atau dengan Sandiaga Uno atau Erick Thohir atau dengan Mahfud MD (Menko Polhukam), dan bisa juga dengan nama lain. Bahkan bisa saja Prabowo tetap jadi Capres berpasangan dengan Eric Thohir atau dengan Airlangga Hartarto (Ketua Umum Partai Golkar).
Tidak tertutup kemungkinan juga Prabowo berpasangan dengan Mahfud MD atau dengan Muhaimin Iskandar (Cak Imin – Ketua Umum PKB), atau bahkan mungkin dengan Puan Maharani (Ketua DPR).
Di sisi lain, Anies Baswedan mungkin bisa berpasangannya dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY- Ketua Umum Partai Demokrat), Ridwan Kamil (Gubernur Jawa Barat), atau bahkan dengan Khofifah Indar Parawansa (Gubernur Jawa Timur).
Saat ini para kandidat Capres sedang melakukan identifikasi dan mengumpulkan “peluru” serta saling melakukan pencitraan dan promosi sosial dengan berbagai cara dan strategi.
Semoga pesta demokrasi di Indonesia berjalan aman dan damai dalam mewujudkan kepemimpinan nasional yang sesuai harapan rakyat di tahun 2024.
Penulis : Drs. H. Anhar Achmad, S.H., M.H., M.M, mantan Direksi Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia (LPP- RRI) yang kini aktif sebagai Pengacara dan Pengamat Politik. (Red)