KESEHATAN | TD – Badan Gizi Nasional (BGN) baru-baru ini mengusulkan penggunaan belalang sebagai menu makan bergizi gratis untuk para siswa di beberapa daerah. Usulan ini muncul di tengah isu serius terkait gizi dan ketahanan pangan yang menjadi tantangan banyak pemerintah daerah. Dalam konteks tersebut, belalang merupakan sumber protein yang kaya dan ramah lingkungan, sehingga dapat menjadi alternatif bagi penyediaan makanan bergizi bagi anak-anak.
Belalang, sebagai serangga, mengandung protein yang lebih tinggi daripada dengan sumber protein hewani lainnya, seperti daging sapi atau ayam. Menurut berbagai penelitian dari beberapa lembaga, belalang terbukti bergizi tinggi karena mengandung sekitar 60-80% protein. Belalang juga kaya akan vitamin B12, zat besi, dan asam lemak omega-3. Selain itu, belalang juga memiliki jejak karbon yang lebih rendah dalam proses produksinya daripada budidaya ternak konvensional, yang menjadi pertimbangan penting di era perubahan iklim ini.
Dalam pernyataan resmi BGN, pihaknya menekankan bahwa penerapan belalang sebagai menu makanan bergizi dapat membantu mengatasi masalah kekurangan gizi yang masih menjadi isu vital di kalangan siswa, terutama di daerah-daerah terpencil. Banyak anak-anak di Indonesia yang mengalami stunting akibat kurangnya asupan gizi yang memadai. Dengan memanfaatkan belalang, tidak hanya kebutuhan gizi siswa dapat terpenuhi, tetapi juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan potensi pangan lokal yang selama ini terabaikan.
Tanggapan Pro dan Kontra Penggunaan Belalang Sebagai Asupan Protein Makan Bergizi Gratis
Namun, usulan ini tidak lepas dari pro dan kontra di masyarakat. Beberapa ahli gizi dan kesehatan menyambut baik inisiatif ini sebagai langkah konkret untuk diversifikasi sumber protein. Dr. Siti Aminah, seorang ahli gizi dari Universitas Indonesia, menyatakan bahwa belalang memiliki profil gizi yang sangat baik dan bisa menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan protein anak-anak. “Selain itu, mengonsumsi serangga juga berpotensi mendukung pertanian berkelanjutan dan mengurangi tekanan terhadap sumber daya pakan konvensional,” ujarnya.
Di sisi lain, ada juga pandangan skeptis dari sebagian masyarakat yang masih merasa ragu dengan ide mengonsumsi serangga. Prof. Bambang Supriyadi, seorang ahli budaya dan antropologi dari Universitas Gadjah Mada, menjelaskan bahwa meskipun belalang merupakan makanan yang umum di beberapa negara Asia dan Afrika, adaptasi budaya di Indonesia terhadap konsumsi serangga masih memerlukan waktu. “Kita perlu pendekatan yang lebih edukatif untuk mengubah stigma negatif terhadap konsumsi serangga. Sosialisasi tentang manfaat gizi belalang serta cara penyajiannya yang menarik bisa menjadi kunci keberhasilan inisiatif ini,” ungkapnya.
Dalam rangka mendukung usulan ini, BGN berencana mengadakan program pelatihan bagi guru dan orang tua tentang cara mengolah belalang menjadi hidangan yang menarik dan bergizi. Selain itu, mereka juga berencana menggandeng berbagai lembaga terkait, termasuk Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan, guna mengedukasi masyarakat serta memperkenalkan belalang sebagai bagian dari pola makan sehat anak-anak.
Sejumlah sekolah di daerah yang memiliki akses lebih baik terhadap belalang juga akan menjadi pilot project untuk menerapkan menu baru ini. Akan tetapi, tantangan dalam hal ketersediaan dan distribusi belalang yang aman untuk konsumsi masih perlu diperhatikan. BGN berkolaborasi dengan peternak lokal untuk memastikan bahwa penggunaan belalang sebagai bahan makanan dalam program makan bergizi gratis selalu melalui proses penanganan yang higienis dan sesuai standar kesehatan.
Peluang Bertambahnya Pendapatan Masyarakat
Ke depan, BGN berharap bahwa melalui program ini, tidak hanya kebutuhan gizi siswa yang terpenuhi, tetapi juga dapat membuka peluang usaha baru bagi masyarakat dalam budidaya belalang. Dengan potensi pasar yang terbuka, pemerintah berharap dapat meningkatkan pendapatan bagi peternak lokal sekaligus menciptakan lapangan kerja baru.
Sementara itu, peran masyarakat dalam memberikan dukungan dan menjadi bagian dari perubahan positif ini pun menjadi sangat penting. Melalui pola pikir yang terbuka dan penerimaan terhadap inovasi dalam konsumsi pangan, belalang dapat menjadi salah satu solusi untuk mencapai ketahanan pangan dan gizi di Indonesia. Seiring dengan itu, langkah-langkah edukasi dan sosialisasi yang intensif sangat penting untuk mengubah persepsi masyarakat. Sehingga belalang mendapat penerimaan dari masyarakat luas untuk menjadi bagian dari menu sehari-hari yang sehat dan bergizi. (Nazwa/Pat)