KOTA TANGERANG | TD — Bencana kebakaran lembaga pemasyarakatan (Lapas) Kelas 1 Tangerang yang menewaskan 44 orang narapidana disorot pegiat kebencanaan Suparlan.
Alumni magister Fisipol Universitas Gajah Mada yang pernah memperdalam pengetahuan kebencanaan di Belanda dengan konsentrasi kajian dampak lingkungan hidup (environmentantal impact assesment) tersebut menegaskan perlunya perawatan berkala jaringan listrik pada gedung-gedung milik pemerintahan, terlebih gedung lapas yang dihuni ribuan orang.
“Juga perlu di audit oleh pihak eksternal. Kalau jaringan listrik bisa menggunakan skema review berkala berskala instalasi listriknya,” kata pegiat di Yayasan Sheep Indonesia itu kepada TangerangDaily, Jumat (10/9/2021).
Kebakaran Blok C2 Lapas Kelas 1 Tangerang yang terjadi Rabu, 8 September 2021 dinihari diduga karena dipicu korsleting listrik. Instalasi listrik Lapas Kelas 1 Tangerang terakhir diremajakan tahun 1972.
Suparlan menegaskan, pemerintah harus berperan aktif menjaga ketangguhan masyarakat dari ancaman bencana, salah satunya bencana kebakaran.
“Kalau dalam konteks ketangguhan kota, maka perlu ada perawatan khusus terhadap insfrastruktur biru dan hijau termasuk di dalamnya adalah bangunan-bangunan publik. Lapas salah satu aset atau bangunan publik milik pemerintah. menurutku mengidentifikasi ulang,” terangnya.
Menghindari peristiwa serupa kembali terjadi, audit kondisi bangunan-bangunan pubik, kata pria yang pernah menjabat Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Yogyakarta itu perlu segera dilakukan.
“Pada tingkat pemerintahan kota maka perlu menyusun indeks ketahanan kota (IKD) agar dapat mengetahui tingkat kerentanan bencananya. Semakin rendah nilainya semakin rentan atau tinggi risikonya,” terangnya.
Kebakaran Lapas Kelas 1 Tangerang diduga Suparlan karena tidak ada perawatan berkala pada instalasi listriknya.
“Maka perlu segera di audit,” pungkasnya.