Istimewanya Pakaian Adat Suku Baduy Dalam yang Mengandung Makna Khusus

waktu baca 2 menit
Senin, 5 Jun 2023 12:39 0 1895 Patricia Pawestri

TANGERANG | TD – Suku Baduy dikenal sebagai salah satu suku yang masih memegang kuat dan menjaga keaslian adat dan tradisinya. Salah satu keaslian yang berhasil dijaga adalah pakaian adat Suku Baduy Dalam yang dipakai sebagai pakaian sehari-hari.

Pakaian adat Suku Baduy Dalam selalu dibuat dari bahan tenun kasar yang diproses sendiri oleh masyarakat Baduy. Dalam pembuatan pakaian adat, Suku Baduy selalu berpantang memakai kancing, ritsleting, dan asesoris lainnya.

Karena Suku Baduy Dalamberusaha menjauhkan diri dari sentuhan segala macam mesin, bahkan pakaiannya dijahit hanya menggunakan jahitan tangan saja.

Pada dasarnya, pakaian adat Suku Baduy dibedakan menjadi dua jenis. Yakni pakaian adat Suku Baduy Dalam, dan pakaian adat Suku Baduy Luar.

Pakaian adat Suku Baduy Dalam dapat dilihat pada tiga buah desa utama yang dianggap sebagai daerah tempat tinggal Suku Baduy Dalam. Desa tersebut adalah Cibeo, Cikertawana, dan Cikeusik.

Suku Baduy Dalam dikenal sebagai suku asli yang dengan keras melarang pengaruh apa pun masuk ke dalam daerah mereka. Termasuk pengaruh budaya tren berpakaian dari luar Baduy dan teknologi mesin jahit. Oleh karenanya, pakaian Suku Baduy Dalam dibuat hanya dengan jahitan tangan.

Pakaian adat Suku Baduy Dalam identik dengan dua warna saja, yakni putih dan hitam. Warna hitam dalam pakaian adat Suku Baduy Dalam melambangkan kesetiaan, ketabahan, dan keteguhan. Sedangkan warna putihnya berarti kesederhanaan, kebersihan, dan kesucian.

Para lelaki Suku Baduy Dalam menggunakan pelengkap berupa ikat kepala atau telekung dengan warna putih. Ikat kepala putih ini merupakan sikap hormat mereka kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Selain ikat kepala, para lelaki Suku Dalam Baduy juga memakai baju pangsi berwarna putih atau hitam yang tidak memiliki kantong maupun kerah. Sebagai bawahan, para lelaki tersebut memakai kain tenun lurik hitam yang dililitkan di pinggang sebagai sarung hingga ke bagian lutut.

Baju pangsi tersebut merupakan lambang dari rasa malu dan sopan santun masyarakat Baduy dalam bergaul.

Sedangkan bagi para perempuan Suku Baduy Dalam, pakaian yang dikenakan hanyalah kain atau sarung berwarna hitam yang dililitkan ke tubuh pemakainya. Kain atau sarung ini menutup seluruh tubuh dari dada hingga tumit.

Perbedaan status bagi perempuan Suku Baduy Dalam yang sudah menikah dengan yang belum tampak penggunaan kain lilit tersebut. Para perempuan yang sudah menikah akan membiarkan dadanya lebih terbuka, berkebalikan dengan yang belum menikah.

""
""
""
LAINNYA