Bahaya Kesehatan dan Ancaman Ekosistem dari Industri Nikel Maluku Utara

waktu baca 3 minutes
Senin, 9 Jun 2025 14:08 0 Patricia Pawestri

LINGKUNGAN | TD – Ancaman terhadap rusaknya ekosistem dan bahaya yang mengancam kesehatan manusia telah nyata timbul dari pencemaran yang terjadi di sekitar lokasi industri nikel. Hal ini menjadi data yang tak bisa dielakkan di Maluku Utara. Hasil analisa yang mencemaskan ini terungkap dari penelitian oleh Nexus3 Foundation bersama Universitas Tadulako.

Usaha pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat sangat patut dipertanyakan. Pasalnya, harapan pemerintah yang tinggi atas industri nikel untuk mengoptimalkan keuntungan perekonomian nasional dan mendukung industri teknologi ramah lingkungan justru berimbas sebaliknya. Kerugian berupa berbagai ancaman kesehatan bagi para penduduk tidak main-main. Pun keselamatan lingkungan dari berbagai macam limbah berbahaya. Limbah industri nikel berupa logam berat dapat berbentuk padatan, cair, debu, maupun gas dapat mengancam makhluk dan ekosistem.

Kanal Indonesia Baru di YouTube pada 7 Juni lalu mengungkapkan hal ini. Penelitian di Teluk Weda yang berada di Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara menyingkap kenyataan buruk dari industri pengolahan nikel. Pada wilayah di sekitar industri nikel milik PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP), cemaran logam berat terbukti terdapat di dalam darah para penduduk, pekerja, dan ikan yang ada di perairan sekitarnya.

Penelitian tersebut mengatakan bahwa 47 persen penduduk setempat terancam kesehatannya karena tingginya kadar merkuri dalam aliran darah mereka. Data ini merupakan hasil analisa terhadap 46 partisipan. Merkuri merupakan logam berat yang bersifat toksik terhadap saraf, merusak organ pencernaan serta organ-organ lainnya.

Tidak hanya merkuri, temuan arsenik dalam darah para responden tersebut juga di atas ambang aman. Dan, risikonya, kanker lebih mudah timbul. Juga kemungkinan penyakit kronis lainnya seperti kardiovaskular, gangguan gula darah dan hormonal, serta menurunkan perkembangan otak pada anak-anak.

Selain merkuri dan arsenik, para peneliti juga menemukan cemaran berbagai logam berat lainnya. Timbal, talium, nikel, kadmium, tetap dapat berkembang menjadi ancaman kesehatan, meskipun saat ini ada di dalam darah dengan jumlah kecil.

Logam beracun arsenik juga ada dalam tubuh ikan-ikan yang ada di perairan Teluk Weda. Penelitian mengungkapkan pertambahan kadar arsenik saat ini melonjak hingga 20 kali daripada temuan LIPI tahun 2007. Kadar logam di dalam ikan-ikan inilah yang menjadi penyebab para warga semakin tinggi tercemar logam limbah industri nikel, setelah mengkonsumsinya.

Analisa para peneliti tersebut juga mengungkapkan bahwa dampak negatif dari cemaran limbah industri tersebut muncul, salah satunya, karena bahan pembangunan perluasan area industri tersebut menggunakan materi dari limbah peleburan batu bara, nikel, serta limbah berbahaya lainnya.

Ditambah lagi, partikel limbah industri nikel tidak hanya padatan atau cairan. Tetapi juga berbentuk debu dan gas. Debu atau partikel mikro dapat melayang ke mana saja dan terhirup oleh para pekerja maupun penduduk. Risikonya, gangguan ginjal dan pernapasan dapat mengancam nyawa.

Hasil penelitian tersebut dapat menjadi rujukan utama dalam menanggulangi masalah kesehatan para warga di wilayah tersebut. Tim peneliti pun merekomendasikan empat langkah utama. Pertama evaluasi terus menerus terhadap kualitas air dan komoditas laut di kawasan setempat. Kedua, evaluasi ketat mengenai kualitas udara. Dan, ketiga, perlakuan ambang batas kandungan logam berat dari limbah pertambangan. Terakhir, menempuh jalur hukum untuk menegakkan keadilan dari pelanggaran-pelanggaran aturan pertambangan, terutama mengenai keamanan lingkungan. (Pat)

 

 

LAINNYA