KESEHATAN | TD – Kadmium merupakan logam berat yang dapat membahayakan kesehatan manusia. Nexus3 Foundation menyebutkan kadmium sebagai salah satu logam berbahaya yang ditemukan dalam darah para warga yang tinggal di area industri nikel Teluk Weda, Maluku Utara.
Kadmium merupakan logam lunak berwarna putih kebiruan yang muncul dari sisa-sisa pengolahan berbagai mineral. Misalnya, seng, batu bara, dan nikel. Ia biasa digunakan sebagai pelapis logam lainnya dalam reaksi fisika karena tak mudah mengalami oksidasi (karat). Logam alloy juga menggunakan kadmium dalam campurannya. Kadmium sangat berguna di industri cat dan PVC. Dalam industri baterai listrik, kadmium merupakan salah satu logam kunci selain nikel. Ia juga menjadi bahan penting untuk mengendalikan neutron nuklir.
Meskipun memiliki berbagai manfaat, logam kadmium tetap memiliki dampak buruk untuk kesehatan. Serbuk kadmium mudah terbakar dan menguap. Masuknya uap ini ke dalam pernapasan manusia dapat mengakibatkan pneumonitis kemikal, edema paru, dengan gejala demam asam logam mendahuluinya, serta berujung pada kematian.
Paparan kadmium dalam darah manusia, seperti yang terjadi pada warga di sekitar wilayah industri nikel Teluk Weda, dapat terjadi karena kontaminasi kadmium dari limbah industri menyebar hingga ke air dan tanah di luar kompleks industri. Sehingga tanaman dan hewan di tempat tersebut menyerap kadmium dan menyimpannya di dalam jaringan organ mereka.
Kemudian, warga mengonsumsi tanaman dan hewan tersebut sehingga terjadi penumpukan kadmium di dalam dirinya. Mineral kadmium tidak mudah terurai, perlu waktu hingga 10 atau 30 tahun untuk melarutkan dan mengekskresikannya dalam metabolisme.
Dan, bila zat ini terakumulasi cukup banyak dalam tubuh manusia, maka dapat menimbulkan masalah di sistem pernapasan, ginjal rusak, tulang yang mudah retak, dan mempertinggi risiko kanker. Tulang retak pada seseorang yang mempunyai akumulasi kadmium, dapat terjadi meski hanya karena batuk.
Berikut ini beberapa gejala karena keracunan kadmium:
1. Dalam tingkat yang ringan, gejalanya muncul cukup samar. Namun, akumulasi yang semakin tinggi dapat memperjelasnya.
2. Saluran napas yang teriritasi. Misalnya sesak napas dan terbatuk-batuk.
3. Kelelahan yang teramat sangat.
4. Terasa sakit pada otot.
5. Kerapuhan tulang.
6. Diare, mual, muntah, dan sakit pencernaan bila ada kadmium yang tertelan.
7. Anemia yang parah.
Contoh kasus keracunan kadmium ini terjadi pada area di sekitar kompleks industri tambang di Sungai Jinzu, Jepang, sebelum Perang Dunia II pecah. Kadmium yang berasal dari limbah tambang tersebut mencemari persawahan padi milik warga di bantaran sungai yang terletak di bawah daerah industri. Sehingga para warga yang mengonsumsi nasi dari padi di daerah tersebut keracunan.
Beberapa penyakit yang muncul kemudian yaitu ginjal menjadi abnormal, penyakit itai-itai, ekskresi protein dan glukosa yang berlebihan melalui urine. Ekskresi berlebih ini merupakan akibat dari ginjal yang tak mampu menyerap berbagai zat yang penting untuk metabolisme tubuh. Kondisi ginjal abnormal ini disebut Fanconi-like syndrome.
Demikianlah bahaya kadmium untuk kesehatan. Logam beracun yang merupakan cemaran dari limbah industri nikel ini dapat mengancam kesehatan tubuh manusia, terutama dalam sistem pernapasan. Untuk menghindarinya, sangat penting bagi pemerintah menetapkan kebijakan dan regulasi yang tepat beserta evaluasi rutin dan ketat terhadap pelaksanaannya. Karena kesehatan masyarakat tak kalah penting dari pendapatan negara atas usaha industri hilirisasi apapun. (Pat)