Anggota DPRD Kota Tangerang vs Rekan Bisnis: Saling Lapor

waktu baca 3 menit
Jumat, 24 Sep 2021 15:18 0 76 Redaksi TD

KOTA TANGERANG | TD — Anggota DPRD Kota Tangerang Epa Emilia dan rekan bisnisnya Jopie Amri sama-sama melapor menjadi korban penganiayaan ke Polres Metro Tangerang.

Jopie melapor 19 September dan sehari kemudian Epa melayangkan laporan yang sama.

Berikut pengakuan keduanya dengan versi yang berbeda :

JOPIE AMRI

Jopie mengaku mengalami tindakan kekerasan verbal dan nonverbal dari Epa dan rekannya Pabuadi yang mendatangi rumahnya pada 20 September malam. Menurut dia, Epa dan Pabuadi langsung marah-marah ketika tiba di rumahnya. “Epa langsung memarahi dan memukuli saya, mencaci maki saya tiada hentinya,” kata Jopie, Jumat, 24 September 2021.

Ketika Epa hendak merampas ponselnya Jopie berusaha mempertahankan. Namun, saat itu Epa terus memberondonginya dengan pukulan hingga Jopie terpojok ke sudut ruangan.

Saat terpojok, kata Jopie, Pabuadi melayangkan tonjokan ke pipinya menendangnya. “Yang membuat saya ketakutan dia mengacungkan senjata api ke wajah saya. Dan karyawan saya berteriak jangan pak.”

Selanjutnya, kata Jopie, Pabuadi memukulkan senjata api itu ke kepala bagian kirinya. “Luka dan mengeluarkan banyak darah. Dijahit sampai tujuh jahitan.”

Menurut Jopie, kejadian itu disaksikan langsung oleh seorang tamu dan dua karyawannya. Tak sampai disitu, Epa masih terus mengumbar amarahnya dengan membawa pipa paralon. “Pipa itu akan ditancapkan ke mata saya,” kata Jopie.

Jopie baru tahu kemarahan Epa dan Pabuadi itu dipicu oleh pekerjaan interior di rumah Epa yang tidak kunjung selesai. “Kalau masalah interior itu saya hanya diminta mencarikan dan tidak sama sekali menerima uang. Justru saya membantu hingga Rp50 juta dari uang saya pribadi,” kata Jopie.

 

EPA EMILIA

Dugaan penganiayaan ini terjadi saat  Epa didampingi stafnya Pabuadi mendatangi kediaman Jopie untuk mempertanyakan  interior rumahnya.

Epa menanyakan kelanjutan pekerjaan interior rumahnya yang dijanjikan Jopie akan selesai pada Bulan Mei. Namun hingga September pekerjaan interior di rumah Epa tak kunjung dikerjakan. “Padahal saya sudah membayar 90 persen dari kontrak Rp225 juta sejak Februari lalu,” kata Epa.

Kepada Jopie Epa mempertanyakan uangnya yang telah dibayarkan dan bagaimana kelanjutan proyek interior itu. Namun, Jopie tidak memberikan jawaban yang memuaskan Epa. Selanjutnya, Epa mencoba merampas ponsel Jopie dengan maksud menahan agar Jopie tidak kabur.

Dan terjadilah rebutan ponsel. Menurut Epa, Jopie marah lalu memelintir tangannya, membenturkan kepalanya ke dahi Epa. Kejadian itu disaksikan tiga karyawan Jopie dan Pabuadi.

Pabuadi yang melihat Epa dianiaya langsung mendekati Jopie dan mengetok kepalanya dengan air softgun. “Tindakan Pambuadi itu untuk menyelamatkan saya,” kata Epa.

Aksi saling lapor ini dipicu oleh sengketa bisnis. Kejadian ini bermula ketika Epa meminta tolong kepada Jopie untuk mencarikan tempat pembuat interior. Lalu Epa memberikan uang senilai Rp225 juta.

Selanjutnya Jopie mendapatkan tempat pembuatan interior dan melakukan kesepakatan dengan membayarkan Rp175 juta. Kemudian Jopie membayarkan uang sebesar Rp150 juta ke pekerja interior. Dengan alasan jika pekerjaan selesai akan dibayar penuh sisanya Rp25 juta. Namun, interior itu tidak terpasang hingga September ini. (Faraaz/Rom)

LAINNYA