KABUPATEN TANGERANG | TD — Menindaklanjuti keluhan perubahan warna dan rasa pada air sumur warga yang tinggal di sekitar pabrik Mayora Indah Jayanti, Kepala Desa Gembong, Nurjen akan menguji sampel air warga.
“Kami akan uji sampel air sumur warga ke laboratorium independen,” kata Nurjen di kantornya, Jumat 1 Oktober 2021.
Menurut Nurjen, uji laboratorium sangat penting dilakukan untuk memastikan apakah sumur warga sudah tercemar dan apakah perubahan warna dan rasa air sumur itu disebabkan pencemaran limbah pabrik Mayora.
“Ini dapat menjawab keresahan warga dan memastikan penyebab perubahan air itu,” ucapnya.
Nurjen mengaku untuk keluhan air sumur belum menerima laporan dari warga. Namun, dia akan segera melakukan pengecekan langsung dengan mendatangi rumah warga terdampak.
“Kami juga akan melakukan pendataan untuk warga-warga terdampak,” kata dia.
Dia memastikan tak ada industri lain yang beroperasi di sekitar lokasi rumah warga yang mengeluhkan sumur airnya diduga tercemar selain Mayora. “Dan sebagian besar pabrik Mayora berada di desa Gembong,” ujarnya.
Warga di sejumlah kampung di Kecamatan Jayanti dan Balaraja, Kabupaten Tangerang mengaku air sumur mereka mulai berubah warna dan rasa sejak Pabrik Mayora beroperasi sekitar 2017 lalu.
“Pokoknya setelah Mayora beroperasi saja, air sumur menjadi keruh kekuningan dan berbau,” ujar Siti Arnaningsih, warga kampung Kramat, desa Sumur Bandung, Kecamatan Jayanti saat ditemui di rumahnya, Selasa 28 September 2021.
Rumah Siti hanya berjarak beberapa meter dari bangunan utama PT Mayora Jayanti. Antara rumah Siti dan produsen makanan dan minuman itu hanya dibatasi satu bangunan dan tembok beton setinggi tiga meter.
Untuk mengakali agar air tidak terlalu kotor, Arna dan keluargnya menampung dan menyaring air di bak penampungan.”Tapi air tetap keruh dan jika dipakai mencuci baju putih lama kelamaan baju akan berubah kuning kecoklatan.”
Karena khawatir air itu berbahaya jika dikonsumsi, Arna dan keluarga terpaksa membeli air mineral untuk kebutuhan minum. “Kami sudah tiga kali membuat sumur bor, hasilnya sama saja airnya gak enak,” ujarnya.
Warga kampung Gembong Jatake, Desa Gembong, Kecamatan Balaraja juga mengaku air sumur mereka mulai berubah warna dan rasa setelah pabrik makanan itu beroperasi. “Karena pabrik yang paling dekat dengan kampung kami ya Mayora,” kata Husna, 40 tahun.
Kampung Gembong Jatake, berjarak sekitar 10 meter dari bangunan utama PT Mayora, hanya dipisahkan tembok beton setinggi tiga meter dan saluran air yang juga dijadikan saluran pembuangan limbah cair perusahaan.
Warga kampung ini juga mengeluhkan perubahan warna dan rasa pada air sumur mereka. “Kalau dulu airnya jernih, bening, segar seperti air mineral. Sekarang keruh dan kekuningan,” ujar Ahmad Almufti.
Selain keruh, kata Ahmad, air sumur mereka berubah rasa dan volume airnya menjadi sedikit. “Rasanya gak enak aja untuk diminum dan airnya tidak sebanyak dulu,” ucapnya.
Menanggapi keluhan warga ini, Manajer Area PT Mayora Jayanti, Mukhlis mengatakan sampai saat ini belum pernah mendapatkan laporan dari warga sekitar. “Belum ada perwakilan warga yang melaporkan,” ujarnya saat dihubungi Rabu 29 September 2021.
Mukhlis berjanji akan melakukan pengecekan. “Nanti kami cek.” (Faraaz/Rom)