Fadella Kalinda Abdul. (Foto: Dok. Pribadi)OPINI | TD – Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah memberikan dampak yang signifikan pada cara orang tua berkomunikasi dengan anak-anak mereka. Sebelumnya, komunikasi antara orang tua dan anak cenderung dilakukan secara langsung melalui percakapan tatap muka. Namun, dengan adanya perkembangan telepon genggam, aplikasi pesan instan, dan media sosial, cara komunikasi ini mengalami pergeseran yang mencolok.
Penggunaan telepon genggam telah menjadi pilihan utama dalam komunikasi orang tua-anak. Dulu, orang tua harus menunggu anak pulang ke rumah atau menghubungi mereka melalui telepon rumah. Namun, sekarang dengan adanya telepon genggam, orang tua dapat dengan mudah menghubungi anak mereka kapan saja dan di mana saja. Pesan singkat, panggilan telepon, dan fitur video call memungkinkan orang tua dan anak berkomunikasi secara instan, bahkan jika mereka berada di lokasi yang jauh.
Aplikasi pesan instan seperti WhatsApp, Line, atau Messenger telah menjadi sarana komunikasi yang sangat populer bagi orang tua dan anak. Melalui aplikasi ini, mereka dapat berbagi pesan teks, gambar, video, dan bahkan melakukan panggilan suara atau video secara gratis. Aplikasi pesan instan memberikan kemudahan dan kecepatan dalam berkomunikasi, sehingga orang tua dan anak dapat tetap terhubung dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Media sosial juga memainkan peran penting dalam perubahan komunikasi orang tua dengan anak-anak. Platform seperti Facebook, Instagram, dan Twitter memungkinkan orang tua dan anak untuk berbagi momen penting dalam kehidupan mereka. Orang tua dapat memposting foto anak-anak mereka, mengungkapkan kebanggaan dan kasih sayang mereka, dan bahkan terhubung dengan keluarga dan teman-teman yang jauh. Ini memberikan orang tua kesempatan untuk tetap terlibatdalam kehidupan anak-anak mereka dan memperkuat ikatan keluarga meskipun jarak memisahkan mereka.Namun, penggunaan teknologi komunikasi ini juga membawa dampak negatif.
Orang tua dan anak-anak dapat terjebak dalam ketergantungan terhadap telepon genggam dan media sosial. Penggunaan yang berlebihan dapat mengganggu waktu berkualitas yang dihabiskan bersama dan mengurangi interaksi langsung di antara mereka. Selain itu, terlalu banyak terpapar pada konten digital dapat memengaruhi komunikasi yang sehat dan berkualitas antara orang tua dan anak.
Komunikasi elektronik ini juga membawa tantangan baru dalam hal privasi dan keamanan. Anak-anak seringkali terbuka terhadap risiko cyberbullying, kejahatan online, atau eksploitasi digital lainnya. Orang tua perlu menyadari ancaman ini dan terlibat aktif dalam mendidik anak-anak tentang penggunaan yang aman dan bertanggung jawab terhadap teknologi komunikasi.
Perkembangan teknologi komunikasi telah mengubah lanskap komunikasi antara orang tua dan anak. Penggunaan telepon genggam, aplikasi pesan instan, dan media sosial memberikan kemudahan, kecepatan, dan keterhubungan yang lebih besar antara mereka. Namun, juga penting untuk menyadari tantangan dan dampak negatif yang muncul, serta membangun keseimbangan yang sehat dalam penggunaan teknologi komunikasi agar dapat memperkuat hubungan dan interaksi positif antara orang tua dan anak.
Komunikasi elektronik ini juga membawa tantangan baru dalam hal privasi dan keamanan. Anak-anak seringkali terbuka terhadap risiko cyberbullying, kejahatan online, atau eksploitasi digital lainnya. Orang tua perlu menyadari ancaman ini dan terlibat aktif dalam mendidik anak-anak tentang penggunaan yang aman dan bertanggung jawab terhadap teknologi komunikasi.
Pengaruh teknologi terhadap komunikasi orang tua terhadap anak telah membawa perubahan yang signifikan. Teknologi digital seperti perangkat seluler, media sosial, dan aplikasi pesan instan telah memberikan kemudahan akses dan kecepatan komunikasi antara orang tua dan anak. Orang tua sekarang dapat dengan mudah mengirim pesan teks, panggilan video, atau membagikan momen melalui media sosial, yang memungkinkan mereka tetap terhubung dan terlibat dalam kehidupan anak-anak mereka.
Penggunaan teknologi dalam komunikasi orang tua-anak juga telah mempengaruhi interaksi sehari-hari antara mereka. Studi menunjukkan bahwa penggunaan teknologi digital dapat meningkatkan frekuensi komunikasi antara orang tua dan anak. Pesan teks dan panggilan video memungkinkan orang tua dan anak berkomunikasi secara instan, terlepas dari jarak geografis yang memisahkan mereka. Hal ini dapat memperkuat rasa kebersamaan dan ikatan emosional antara orang tua dan anak.
Pengaruh teknologi juga memiliki dampak negatif terhadap komunikasi orang tua-anak. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan teknologi dapat mengganggu interaksi langsung antara orang tua dan anak. Terlalu banyak waktu yang dihabiskan di depan layar dapat mengurangi waktu berkualitas bersama dan menghambat perkembangan keterampilan sosial anak. Selain itu, paparan anak-anak terhadap konten yang tidak sesuai atau berbahaya di internet juga menjadi perhatian yang serius bagi orang tua.
Perubahan teknologi juga telah memengaruhi cara orang tua dan anak berkomunikasi secara emosional. Penggunaan pesan teks dan media sosial sering kali tidak mampu menggambarkan nuansa emosi dengan baik seperti komunikasi langsung tatap muka. Hal ini dapat mengurangi pemahaman emosi antara orang tua dan anak serta menghambat perkembangan keterampilan komunikasi yang efektif. Oleh karena itu, orang tua perlu memahami bahwa komunikasi yang efektif melibatkan pendengaran aktif, empati, dan pemahaman yang mendalam, yang sering kali lebih sulit dilakukan melalui teknologi digital.
Di era digital saat ini, komunikasi antara orang tua dan anak menghadapi berbagai tantangan. Orang tua seringkali kesulitan memahami teknologi yang digunakan oleh anak mereka dalam berkomunikasi, sementara anak-anak dapat tertutup dalam dunia digital dan mengabaikan komunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Tantangan-tantangan ini memengaruhi hubungan emosional antara orang tua dan anak, dan dapat memberikan dampak negatif pada perkembangan sosial dan emosional mereka.
Salah satu tantangan komunikasi terbesar di era digital adalah adanya jarak fisik yang tercipta antara orang tua dan anak. Anak-anak sering menghabiskan waktu yang lama untuk beraktivitas di dunia maya seperti bermain game online, menonton video, dan berinteraksi dengan teman-teman mereka melalui media sosial. Hal ini dapat mengurangi waktu yang dihabiskan bersama keluarga dan mengurangi interaksi sosial di kehidupan nyata, yang sangat penting bagi perkembangan anak-anak.
Selain itu, komunikasi yang dilakukan melalui teknologi mungkin tidak selalu efektif dalam membangun hubungan anatar orang tua dan anak. Pesan yang dikirim melalui aplikasi pesan teks atau media sosial mungkin tidak selalu dapat mengirimkan nuansa dan emosi dari komunikasi tatap muka. Ini kadang membuat pesan yang dikirimkan oleh orang tua tidak tersampaikan sepenuhnya atau salah dimengerti oleh anak mereka.
Namun, komunikasi dengan teknologi juga dapat memberikan manfaat bagi hubungan antara orang tua dan anak jika digunakan secara baik. Platform komunikasi digital dapat menjadi cara yang efektif untuk memperkuat hubungan dan memudahkan komunikasi antara orang tua dan anak yang jauh secara geografis. Ini mencakup panggilan video dan aplikasi pesan yang memungkinkan orang tua dan anak untuk berkomunikasi secara interaktif dan real-time.
Untuk mengatasi tantangan yang dihadapi dalam komunikasi orang tua dan anak di era digital, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan. Pertama, orang tua harus mengambil inisiatif.
Perubahan komunikasi orang tua terhadap anak di era digital memiliki dampak yang signifikan pada hubungan orang tua-anak. Penggunaan teknologi digital, seperti perangkat seluler, media sosial, dan aplikasi pesan instan, telah mengubah cara orang tua berinteraksi dengan anak-anak mereka. Penelitian menunjukkan bahwa perubahan ini dapat meningkatkan konektivitas dan keintiman antara orang tua dan anak. Orang tua dapat dengan mudah mengirim pesan teks, panggilan video, atau membagikan momen melalui media sosial, yang secara efektif meningkatkan komunikasi sehari-hari antara mereka.
Perubahan komunikasi orang tua-anak di era digital juga membawa dampak negatif. Penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berlebihan teknologi dapat mengurangi waktu interaksi langsung antara orang tua dan anak. Anak-anak yang terlalu banyak terpaku pada perangkat digital cenderung mengalami gangguan dalam kualitas hubungan dengan orang tua. Selain itu, paparan anak-anak terhadap konten yang tidak sesuai di internet juga menjadi perhatian yang serius bagi orang tua.
Dampak lain dari perubahan komunikasi orang tua-anak di era digital adalah perubahan dalam pola komunikasi dan ekspresi emosi. Pesan teks dan media sosial seringkali tidak mampu menggambarkan nuansa emosi dengan baik seperti komunikasi langsung tatap muka. Hal ini dapat mengurangi pemahaman emosi antara orang tua dan anak serta mengganggu perkembangan keterampilan sosial anak.
Perubahan komunikasi orang tua terhadap anak di era digital memiliki dampak yang kompleks. Meskipun ada manfaat dalam meningkatkan konektivitas dan komunikasi sehari-hari, perubahan ini juga dapat mengurangi waktu interaksi langsung, menghadirkan risiko paparan anak terhadap konten yang tidak sesuai, dan mempengaruhi ekspresi emosi dan keterampilan sosial anak. Oleh karena itu, orang tua perlu menyadari dampak-dampak ini dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga keseimbangan yang sehat antara penggunaan teknologi dan interaksi langsung dengan anak-anak mereka.
Peran orang tua dalam mendampingi anak-anak di era digital sangatlah penting. orang tua perlu menjadi teladan yang baik bagi anak-anak dalam penggunaan teknologi. Mereka harus mengatur waktu penggunaan perangkat elektronik mereka sendiri dan memperlihatkan penggunaan yang seimbang dan bertanggung jawab. Dengan menjadi contoh yang baik, orang tua dapat mengajarkan anak-anak untuk menggunakan teknologi secara bijaksana dan memperhatikan batasan yang ada.
Orang tua memiliki peran penting dalam mengawasi dan mengontrol akses anak-anak terhadap konten online. Mereka perlu memahami risiko dan bahaya yang dapat terjadi di dunia digital dan memberikan arahan kepada anak-anak dalam menggunakan media sosial, browsing internet, atau berinteraksi secara online. Orang tua dapat menginstal aplikasi pengawasan atau menggunakan fitur kontrol yang disediakan oleh platform digital untuk melindungi anak-anak dari konten yang tidak pantas atau berbahaya.
Orang tua perlu membina komunikasi yang terbuka dengan anak-anak tentang penggunaan teknologi dan media sosial. Mereka harus memberikan pemahaman yang jelas mengenai keamanan online, privasi, dan pentingnya membangun hubungan manusiawi di dunia digital. Dengan berdialog secara terbuka, orang tua dapat memperkuat pemahaman anak-anak tentang etika digital, perlindungan diri, serta mengajarkan mereka untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka di dunia maya.
Orang tua perlu melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan digital anak-anak mereka. Mereka dapat bermain bersama anak-anak menggunakan aplikasi atau permainan yang aman, mengajarkan mereka keterampilan teknologi yang berguna, atau memperkenalkan mereka pada sumber daya pendidikan yang berkualitas di dunia digital. Dengan terlibat langsung, orang tua dapat menjalin hubungan yang kuat dengan anak-anak mereka dan membangun kepercayaan serta pengertian yang lebih dalam tentang penggunaan teknologi.
Peran orang tua dalam mendampingi anak-anak di era digital meliputi menjadi teladan, mengawasi akses dan konten, membina komunikasi yang terbuka, serta terlibat aktif dalam kehidupan digital anak-anak. Dengan pendekatan ini, orang tua dapat membantu anak-anak mengembangkan pemahaman yang sehat dan bertanggung jawab tentang teknologi, menjaga keamanan mereka di dunia digital, serta membangun hubungan yang kuat dalam keluarga.
Informasi yang terjadi di media digital dapat menjadi sumber informasi dan menj adi bagi an yang dapat diimplementasikan dalam pola komunikasi keluarga. Menurut Mc Leod dan Chaffe, terdapat tiga poin utama digunakannya informasi, yaitu adanya kesepakatan, ketepatan dan kesesuaian. Berdasar pengalaman yang dimiliki setiap informan, masing-masing informan memiliki sudut pandang yang beragam mengenai media parenting yang ideal sehingga tepat untuk dipraktekan di dalam keluarga.
Informan 1, RF misalnya yang menitikberatkan pada poin kesesuaian konten informasi edukasi dengan pola komunikasi yang dijalani dalam keluarga. Bagi RF Tampilan audio visual akan lebih menarik untuk dibaca daripada hanya yang sekedar teks saja. Ia memberikan contoh saat akan membahas tentang tips, maka akan lebih nyaman dilihat dalam bentuk video tutorial, atau disajikan dengan bahasa yang ringan atau menghibur sehingga pembacanya menikmati proses penerimaan informasi edukasinya.
Informan 2 (AN) menyatakan bahwa dalam mengkonsumsi konten edukasi di web theasianparent ketepatan menjadi hal utama yang dilihat selama ini. BagiAN, apa yang ia konsumsi dari web theasianparent sudah lengkap dan sesuai karena baginya sumber yang jelas juga menjadi hal yang penting dalam pemrosesan informasi.
Penulis: Fadella Kalinda Abdul, Mahasiswa Semester 3 Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanudin Banten. (*)