Para peserta Pelatihan Kewirausahaan Perempuan bersama Anggota DPRD Provinsi Banten H. Ahmad Imron dan narasumber DP3AKKB menunjukkan antusiasme tinggi. Kegiatan di Cisoka ini bertujuan untuk membuka akses pelatihan dan meningkatkan kepercayaan diri ibu-ibu dalam berwirausaha, khususnya di bidang tata boga. (Foto: Ist)TANGERANG | TD — Kampung Ranca Manggu di Desa Selapajang, Kecamatan Cisoka, Kabupaten Tangerang, tampak lebih hidup pada Sabtu pagi, 22 November 2025. Di salah satu aula kecil milik warga, puluhan perempuan berkumpul dengan antusias. Mereka datang bukan sekadar menghadiri kegiatan rutin desa, melainkan mengikuti Pelatihan Kewirausahaan Perempuan yang digagas oleh Anggota DPRD Provinsi Banten sekaligus kader Partai Kebangkitan Bangsa, H. Ahmad Imron.
Bagi sebagian peserta, pelatihan ini menjadi kesempatan pertama mereka melihat langsung bagaimana ide kecil dari dapur rumah bisa diolah menjadi peluang usaha. Senyum-senyum malu namun bersemangat menyambut instruksi para narasumber, termasuk dari DP3AKKB Provinsi Banten, Enok Jubaedah, yang hari itu hadir memberikan materi dan demonstrasi.
Tema pelatihan sederhana tapi sangat dekat dengan keseharian: tata boga. Para peserta dilatih membuat dua olahan populer—dimsum dan naget. Menu ini dipilih bukan hanya karena digemari banyak keluarga, tetapi juga karena memiliki potensi pasar yang luas dengan modal yang relatif terjangkau.

Para peserta di Kampung Ranca Manggu, Cisoka, serius namun santai saat berkolaborasi mengolah adonan untuk dimsum dan nugget dalam Pelatihan Kewirausahaan Perempuan. Dari keterampilan dapur, menuju kemandirian ekonomi keluarga. (Foto: Ist)
Di atas meja, kukusan panas mengepul. Adonan ayam, tepung, dan bumbu-bumbu diracik dengan telaten. Suasana hangat terasa ketika para ibu saling membantu membentuk kulit dimsum atau memotong adonan nugget yang sudah dipadatkan. Meski sebagian dari mereka terbiasa memasak di rumah, praktek kewirausahaan memberi perspektif baru: bagaimana menjual, menghitung biaya produksi, dan mempromosikan produk.
Dalam sesi diskusi, H. Ahmad Imron menyampaikan bahwa pemberdayaan ekonomi perempuan merupakan salah satu kunci menggerakkan ekonomi keluarga dan desa.
“Perempuan memiliki potensi besar, tapi sering terkendala akses pelatihan dan kepercayaan diri. Melalui kegiatan seperti ini, kami ingin membuka ruang bagi ibu-ibu untuk melihat bahwa kemampuan yang mereka punya bisa menjadi sumber penghasilan,” ujar Imron.
Ia menambahkan, dorongan terhadap UMKM perempuan bukan sekadar program sesaat, melainkan bagian dari strategi pembangunan ekonomi mikro yang lebih inklusif di Banten. Pelatihan tata boga, menurutnya, adalah pintu masuk untuk memperkuat ekonomi rumah tangga sekaligus menumbuhkan jejaring usaha berbasis komunitas.
Sementara itu, narasumber dari DP3AKKB, Enok Jubaedah, menekankan pentingnya keberlanjutan. Ia mengingatkan para peserta bahwa keterampilan memasak hanyalah langkah awal; yang tak kalah penting adalah konsistensi, pengemasan produk, serta mengenali kebutuhan pasar.
Pelatihan ditutup dengan sesi mencicipi hasil masakan. Tawa dan obrolan ringan mengisi ruangan ketika dimsum hangat dibagikan. Bagi para perempuan di Ranca Manggu, kegiatan itu bukan hanya soal belajar resep baru. Lebih dari itu, hari itu mereka pulang membawa keyakinan—bahwa keterampilan yang mereka miliki bisa memberi masa depan yang lebih cerah, baik untuk diri sendiri maupun keluarga.
Pelatihan sederhana, tetapi benih perubahan sudah ditanam. Dari dapur-dapur rumah di Ranca Manggu, potensi usaha kecil mulai berdenyut. (*)