EKBIS | TD — Pasar kripto kembali gonjang-ganjing! Bitcoin yang sempat menembus $112.000 di Q2 2025 tiba-tiba ambruk 12% dalam seminggu, menyeret seluruh altcoin ke dalam koreksi tajam. Darimana asal badai ini dan bagaimana kita harus menyikapinya? Berikut analisanya.
Pada bulan Juni 2025 ini, pasar kripto kembali dilanda kepanikan besar dan menjadi topik hangat di media sosial. Bitcoin yang sempat mencatatkan ATH baru di atas \$112.000 pada kuartal kedua 2025 secara tiba-tiba kembali terjun ke bawah hingga \$99.000 hanya dalam waktu sebulan. Semua altcoin kini ikut tenggelam bahkan terperosok lebih dalam. Banyak trader yang bertaruh di pasar futures terpaksa melakukan stop loss darurat dan tidak sedikit yang terkena likuidasi massal. Lalu, apa yang sebenarnya sedang terjadi saat ini? Mengapa momentum bullish yang begitu solid bisa runtuh dalam waktu yang relatif singkat?
Untuk menjawab pertanyaan ini, kita harus menelusuri lima faktor penyebab utama, yaitu: geopolitik, likuidasi leverage, koreksi teknikal, dinamika makroekonomi, dan sentimen pasar.
Geopolitik kini menjadi katalis dominan terhadap volatilitas pasar kripto. Ketegangan militer antara Iran dan Israel, serta keterlibatan tidak langsung Amerika Serikat, menciptakan atmosfer global yang sangat risk-off. Investor institusi dan ritel secara bersamaan mulai melepaskan aset berisiko tinggi, termasuk kripto. Modal beralih ke aset yang dianggap lebih aman seperti emas, dolar AS, dan obligasi pemerintah. Dalam situasi ini, Bitcoin bukan lagi dianggap sebagai safe haven tetapi sebaliknya, BTC disamakan dengan saham industri yang bersifat fluktuatif, spekulatif, dan berisiko tinggi.
Saat harga BTC mulai turun dari \$106.000 ke \$103.000, terjadi long-liquidation cascade: gelombang likuidasi posisi long berleverage tinggi di seluruh bursa derivatif. Menurut data dari CoinGlass, nilai total likuidasi dalam waktu 24 jam melebihi \$450 juta, sebagian besar berasal dari posisi long pada Bitcoin dan altcoin besar seperti ETH, SOL, dan ADA. Ini menjadi semacam efek domino algoritmik, yaitu saat posisi besar terlikuidasi, harga terus ditekan turun, memicu likuidasi lainnya. Di sinilah leverage yang awalnya dianggap memperbesar keuntungan malah berubah menjadi bencana dan membentuk jebakan kolektif.
Kenaikan kapitalisasi pasar dari \$2,3 triliun ke \$3,5 triliun dalam waktu yang hanya dua bulan telah membentuk struktur harga yang rentan terhadap reversal jangka menengah. Banyak indikator teknikal seperti RSI harian, MACD mingguan, dan Stochastic oscillator telah menunjukkan divergensi negatif sejak awal Juni. Dalam kerangka chart, BTC membentuk pola rising wedge yang melebar dan breakout ke bawah dari pola ini yang menandakan potensi koreksi struktural. Maka penurunan ini bukan sekadar noise melainkan bagian dari rotasi harga yang wajar setelah fase euforia.
Kondisi makro turut membentuk narasi bearish jangka pendek. Beberapa hal penting yang memicu tekanan tambahan:
– Tarif dagang baru AS–Tiongkok
– Data inflasi AS yang tetap tinggi → memperkecil kemungkinan pemotongan suku bunga The Fed
– Penguatan indeks dolar AS (DXY)
– Ketidakpastian arah ekonomi global akibat perang teknologi dan energi
Semua ini menciptakan tekanan eksternal terhadap aset-aset spekulatif di mana pasar kripto adalah yang paling sensitif.
Indikator Fear & Greed Index untuk kripto turun drastis dari 78 (Extreme Greed) menjadi 39 (Fear) dalam waktu kurang dari seminggu. Ini menandakan bahwa rotasi psikologis pasar bergerak cepat dari optimisme ekstrem menuju kepanikan. Beberapa media besar seperti CNBC dan Bloomberg bahkan mulai menampilkan narasi seperti: “Apakah Bitcoin akan kembali ke \$80.000?” Narasi-narasi seperti ini menjadi bahan bakar bagi tekanan teknikal yang sudah ada. Dalam kondisi pasar yang sangat likuid, narasi bisa menjadi pemicu aksi nyata.
Pertanyaan penting: Apakah ini akhir dari pasar bull? Ataukah hanya koreksi sehat?
Dari sudut pandang struktural:
– Selama Bitcoin bertahan di atas \$89.000–\$92.000, struktur bull masih intact.
– Jika BTC breakdown hingga di bawah \$85.000, maka fase distribusi akan berubah menjadi bearish cycle penuh.
Namun satu hal penting: pasar kripto tidak bergerak linier. Setiap crash memiliki dua wajah, yaitu: kehancuran jangka pendek dan peluang jangka panjang.
Market Crash ini mengajarkan kita bahwa pasar kripto yang meski penuh potensi namun tetap tunduk pada hukum fundamental, yaitu: likuiditas, ketakutan, makroekonomi, dan kondisi geopolitik global adalah indikator “tak terlihat” yang mempengaruhi grafik harga. Bagi para trader, maka inilah saatnya untuk meninggalkan gaya euforia dan kembali kepada disiplin manajemen trading yang terstruktur. Bagi investor kripto jangka panjang, maka inilah momen terbaik untuk melakukan akumulasi aset di harga diskon. Serta tidak lupa bagi kita semua yang perlu diperhatikan adalah bahwa volatilitas seharusnya bukanlah musuh, melainkan sebuah arena pertempuran sportif yang akan dimenangkan oleh investor dan trader yang menerapkan disiplin strategi yang sistematis dan terukur serta ditunjang dengan manajemen risiko yang ketat.
Penulis: Sugeng Prasetyo
Analis Kripto Independen
Disclaimer: Artikel ini hanya merupakan salah satu referensi dalam dunia kripto dan tidak dimaksudkan sebagai saran investasi. Investasi dalam aset kripto memiliki risiko tinggi dan dapat mengakibatkan kerugian yang signifikan. Sebelum membuat keputusan investasi, sangat disarankan untuk berkonsultasi dengan pakar keuangan terpercaya atau profesional yang berpengalaman. Pastikan untuk melakukan riset menyeluruh dan mempertimbangkan situasi keuangan pribadi Anda sebelum berinvestasi. (*)