Penerapan 8 Prinsip Pembelajaran Mendalam (Deep Learning)

waktu baca 4 minutes
Rabu, 12 Mar 2025 14:57 0 Redaksi

OPINI | TD — Pembelajaran mendalam adalah pendekatan yang dapat meningkatkan keterlibatan dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah berencana menerapkan pembelajaran mendalam (deep learning) pada tahun ajaran 2025/2026. Artikel ini membahas alternatif penerapan pembelajaran mendalam dengan 8 prinsip dan model Gradual Release of Responsibility (GRR), dengan fokus pada mata pelajaran matematika, khususnya materi aritmetika sosial.

1. Tujuan Pembelajaran dan Kriteria Keberhasilan

Tujuan Pembelajaran: Siswa dapat memahami konsep dasar aritmetika sosial (diskon, keuntungan, bunga sederhana, dan persentase) serta mengaplikasikannya dalam situasi dunia nyata, seperti perhitungan belanja atau pinjaman.

Kriteria Keberhasilan: Siswa dapat menyelesaikan soal aritmetika sosial dengan benar, menjelaskan langkah-langkah perhitungan, dan memecahkan masalah dunia nyata menggunakan konsep tersebut.

2. Konten dan Produk yang Menarik

Masalah Dunia Nyata: Guru menyajikan masalah yang melibatkan aritmetika sosial, seperti perhitungan harga diskon, bunga pinjaman, atau keuntungan bisnis.

Contoh: “Jika kamu membeli sepeda seharga Rp1.200.000 dengan diskon 15%, berapa harga setelah diskon? Jika mengajukan pinjaman Rp5.000.000 dengan bunga 10% per tahun selama 2 tahun, berapa total bunga yang harus dibayar?” Konten ini relevan dengan kehidupan sehari-hari siswa, sehingga meningkatkan minat belajar.

3. Budaya Kolaboratif

Kerja Kelompok: Siswa dibagi dalam kelompok kecil untuk menyelesaikan soal kompleks bersama. Mereka bekerja sama menghitung harga setelah diskon, bunga pinjaman, atau keuntungan usaha.

Contoh:

  • Kelompok 1: Menyelesaikan soal diskon dan pajak.
  • Kelompok 2: Menghitung bunga sederhana untuk pinjaman.

Setiap kelompok mendiskusikan solusi, berbagi strategi, dan memberikan umpan balik. Pembagian kelompok juga dapat menerapkan pembelajaran terdiferensiasi.

4. Pemberdayaan Siswa

Pilihan dalam Penyelesaian Masalah: Siswa diberi pilihan dalam mempresentasikan hasil kerja, menggunakan kalkulator, spreadsheet, atau aplikasi mobile. Ini meningkatkan literasi digital siswa.

Siswa dapat memilih untuk menulis laporan, membuat presentasi visual, atau video tutorial yang menjelaskan cara menghitung bunga atau diskon, memberikan mereka rasa kepemilikan atas proses pembelajaran.

5. Pengajaran yang Terencana

Strategi GRR (Gradual Release of Responsibility): Pendekatan ini memindahkan tanggung jawab belajar dari guru ke siswa secara bertahap melalui tahapan “Saya Lakukan”, “Kita Lakukan Bersama”, “Kamu Lakukan Bersama”, dan “Kamu Lakukan Sendiri”.

  • “I Do” (Guru Menunjukkan): Guru menjelaskan konsep aritmetika sosial dan memberikan contoh soal.
  • “We Do” (Guru dan Siswa Bekerja Bersama): Siswa bersama guru menyelesaikan soal.
  • “You Do It Together” (Siswa Bekerja Kelompok): Siswa bekerja dalam kelompok dengan sedikit bimbingan.
  • “You Do It Alone” (Siswa Bekerja Mandiri): Siswa menyelesaikan soal secara mandiri.

6. Alat dan Sumber Ajar

Alat Digital dan Sumber Ajar: Guru menyediakan alat bantu seperti kalkulator online atau aplikasi untuk perhitungan diskon, bunga, dan persentase.

Sumber Ajar: Siswa dapat mengakses artikel atau video tentang penerapan aritmetika sosial dalam bisnis, seperti perhitungan pajak atau keuntungan usaha.

7. Fokus pada Literasi

Pembelajaran Literasi: Siswa diminta menulis laporan atau mendiskusikan cara menyelesaikan soal aritmetika sosial. Mereka harus menjelaskan cara menghitung diskon, bunga, atau keuntungan serta penerapannya dalam kehidupan nyata.

Misalnya, setelah menyelesaikan soal tentang bunga pinjaman, siswa diminta menulis laporan tentang cara menghitung bunga dan pentingnya memperhatikan bunga saat meminjam uang.

8. Umpan Balik untuk Pembelajaran

Umpan Balik Berkelanjutan: Guru memberikan umpan balik formatif sepanjang proses. Di tahap “We Do”, umpan balik langsung diberikan saat siswa bekerja bersama. Setelah “You Do It Together”, guru mengoreksi pekerjaan siswa dan memberikan masukan.

Umpan balik juga dapat berasal dari teman sebaya dalam kelompok kerja, memperkaya pemahaman mereka terhadap konsep aritmetika sosial.

Dengan pendekatan ini, siswa tidak hanya mempelajari konsep aritmetika sosial secara teori, tetapi juga dapat mengaplikasikannya dalam situasi kehidupan nyata. Prinsip pembelajaran mendalam ini membuat mereka lebih terlibat dan merasa pembelajaran matematika itu relevan serta bermanfaat.

Sebagai penutup, semoga tulisan ini menjadi inspirasi bagi para guru di Indonesia untuk menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran mendalam dalam proses pembelajaran mereka. Dengan menggabungkan pendekatan yang relevan dan kontekstual, seperti yang dijelaskan dalam contoh pembelajaran aritmetika sosial, kita dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih bermakna bagi siswa. Pembelajaran yang melibatkan pemecahan masalah dunia nyata, kolaborasi, dan pemberdayaan siswa akan membantu mereka tidak hanya menguasai materi, tetapi juga mengembangkan keterampilan penting untuk kehidupan mereka. Semoga para pendidik di Indonesia terus berinovasi dan memberikan dampak positif bagi perkembangan peserta didik, sehingga mereka dapat menjadi individu yang siap menghadapi tantangan masa depan dengan keterampilan dan pengetahuan yang kokoh.

Penulis: Doyahudin, Pengurus LP Ma’arif NU Kab. Tangerang dan Pengurus Departemen Pendidikan ICMI Orda Kab. Tangerang. (*)

""
""
""
LAINNYA