Munculnya Anglerfish di Perairan Dangkal: Alasan di Balik Fenomena Langka Ini

waktu baca 6 minutes
Senin, 17 Feb 2025 09:07 0 Patricia Pawestri

SAINS | TD – Anglerfish, dengan penampilannya yang unik dan menyeramkan, selama ini dikenal sebagai penghuni samudra dalam yang misterius. Kehidupan mereka yang tersembunyi di kedalaman ribuan meter membuat interaksi dengan manusia menjadi sangat langka. Namun, belum lama ini, muncul laporan berupa munculnya penampakan anglerfish di perairan dangkal, dan kabar ini berhasil menghebohkan jagat maya.

Penampakan langka ini terjadi di perairan dangkal sekitar Tenirife, Kepulauan Canary, dan fenomena ini berlangsung pada awal Februari 2025. Fenomena ini telah membingungkan para ilmuwan dan memicu pertanyaan mendalam tentang perubahan lingkungan laut dan perilaku makhluk laut dalam yang unik ini. Artikel ini akan membahas beberapa kemungkinan alasan di balik perpindahan habitat yang tidak biasa ini. Serta menelusuri faktor-faktor lingkungan, perilaku, dan dampaknya terhadap ekosistem laut.

Empat Kemungkinan Alasan Munculnya Anglerfish di Perairan Dangkal

  1. Perubahan Suhu Permukaan Laut dan Arus Laut

Perubahan iklim global telah menyebabkan peningkatan suhu permukaan laut secara signifikan. Peningkatan suhu ini tidak hanya mempengaruhi kehidupan di permukaan, tetapi juga berdampak pada lapisan air yang lebih dalam. Arus laut yang terpengaruh oleh pemanasan global dapat mengalami perubahan pola dan kecepatan. Ini mengakibatkan terdorongnya makhluk laut dalam, termasuk anglerfish, ke perairan yang lebih dangkal. Anglerfish yang terbiasa hidup dalam suhu dingin yang konstan di kedalaman, mungkin terbawa oleh arus yang berubah dan terdampar di lingkungan yang tidak ideal bagi mereka.

Tidak hanya perubahan suhu, tetapi juga perubahan salinitas dan kandungan oksigen terlarut di perairan dapat mempengaruhi migrasi anglerfish. Perubahan-perubahan ini menciptakan kondisi yang tidak menguntungkan di habitat asli mereka, memaksa mereka untuk mencari daerah dengan kondisi yang lebih sesuai untuk bertahan hidup. Hal ini dapat menjelaskan mengapa anglerfish, yang merupakan makhluk yang sangat adaptif di kedalaman laut, tampak muncul di perairan dangkal yang memiliki kondisi lingkungan yang berbeda secara signifikan. Namun, kemampuan adaptasi mereka mungkin terbatas pada rentang suhu dan tekanan tertentu.

Proses upwelling, yaitu naiknya air dingin dari kedalaman ke permukaan, juga dapat berperan dalam membawa anglerfish ke perairan dangkal. Meskipun proses ini merupakan fenomena alamiah, perubahan iklim dapat meningkatkan frekuensi dan intensitas upwelling, menyebabkan lebih banyak makhluk laut dalam, termasuk anglerfish, terbawa ke permukaan. Penelitian lebih lanjut dapat memberikan informasi yang tepat guna memahami hubungan kompleks antara perubahan iklim, upwelling, dan migrasi anglerfish.

Jadi, perubahan suhu permukaan laut dan arus laut sebagai akibat perubahan iklim merupakan faktor utama yang sangat mungkin mendorong anglerfish untuk muncul di perairan dangkal. Interaksi kompleks antara suhu, salinitas, oksigen, dan arus laut menciptakan tekanan lingkungan yang memaksa anglerfish untuk mencari habitat baru yang lebih sesuai, meskipun habitat tersebut berada di luar jangkauan habitat alami mereka.

  1. Perubahan Populasi Mangsa dan Persaingan

Anglerfish dikenal sebagai ‘predator ambush’ atau pemangsa yang menunggu mangsa mendekat sebelum menyergapnya secepat kilat. Perubahan dalam populasi mangsa di kedalaman laut, mungkin karena polusi atau penangkapan ikan yang berlebihan, dapat memaksa anglerfish untuk mencari sumber makanan baru di perairan dangkal. Penipisan populasi mangsa di habitat asalnya bisa menjadi pemicu utama migrasi mereka ke daerah perairan yang lebih dekat ke permukaan, tempat mereka mungkin menemukan alternatif sumber makanan meskipun tidak ideal.

Selain perubahan populasi mangsa, persaingan antar spesies juga bisa menjadi faktor pendorong. Peningkatan populasi predator lain di kedalaman laut dapat menyingkirkan anglerfish dari habitat aslinya, memaksa mereka untuk mencari tempat berlindung dan sumber makanan di perairan dangkal. Meskipun perairan dangkal memiliki risiko yang lebih tinggi karena paparan predator lain dan kurangnya perlindungan, tekanan persaingan di kedalaman laut bisa lebih berat.

Perubahan ekosistem laut, seperti pertumbuhan alga yang berlebihan atau penurunan populasi spesies kunci, dapat memengaruhi rantai makanan dan menyebabkan perubahan distribusi mangsa. Anglerfish, sebagai predator puncak, akan sangat sensitif terhadap perubahan ini dan mungkin dipaksa untuk beradaptasi dengan mencari mangsa di area yang sebelumnya tidak mereka huni. Ini bisa menjelaskan adanya anglerfish di perairan dangkal yang berbeda dengan persediaan makanan yang lebih beragam.

Intinya, tekanan ekologi seperti perubahan populasi mangsa dan persaingan antar spesies di laut dalam dapat memaksa anglerfish untuk mencari alternatif sumber makanan dan habitat di perairan dangkal, meskipun lingkungan baru tersebut menghadirkan tantangan yang signifikan bagi kelangsungan hidup mereka.

  1. Gangguan Habitat dan Pencemaran Laut

Pencemaran laut, baik berupa limbah kimia maupun sampah plastik, dapat secara signifikan mengubah lingkungan di habitat alami anglerfish. Polusi dapat menyebabkan kerusakan habitat, mengurangi ketersediaan oksigen terlarut, dan mencemari rantai makanan, sehingga mengancam kelangsungan hidup anglerfish. Dalam upaya untuk bertahan hidup, mereka mungkin terpaksa bermigrasi ke perairan yang tampak lebih bersih, meskipun perairan tersebut berada di kedalaman yang lebih dangkal dan lebih rentan terhadap gangguan.

Aktivitas manusia di laut, seperti penambangan dan eksplorasi minyak lepas pantai, dapat mengganggu ekosistem laut dalam dan merusak habitat anglerfish. Kebisingan dari aktivitas tersebut dapat mengganggu kemampuan anglerfish untuk berkomunikasi dan berburu. Sementara, kerusakan habitat secara fisik dapat menghilangkan tempat berlindung dan sumber makanan yang vital. Dampak kumulatif dari gangguan habitat dapat memaksa anglerfish untuk mencari daerah lain yang kurang terganggu. Bahkan jika daerah tersebut kurang ideal dari segi kedalaman dan kondisi lingkungan.

Penambahan nutrien dari aktivitas pertanian dan perkotaan dapat menyebabkan eutrofikasi, yaitu pertumbuhan alga yang berlebihan. Eutrofikasi dapat mengurangi oksigen terlarut dan menghasilkan zona mati di laut. Inilah yang memaksa makhluk laut seperti anglerfish untuk mencari daerah dengan oksigen yang cukup. Kondisi ini memaksa migrasi ke daerah perairan dangkal yang lebih kaya oksigen. Meskipun mempunyai risiko paparan predator dan kondisi lingkungan yang berbeda lebih tinggi.

Singkatnya, berbagai bentuk gangguan habitat dan pencemaran laut, yang sebagian besar bersumber dari aktivitas manusia, dapat mengganggu keseimbangan ekosistem laut dalam. Dan, inilah yang memaksa anglerfish untuk bermigrasi ke perairan dangkal sebagai upaya untuk bertahan hidup dalam menghadapi kondisi lingkungan yang memburuk.

  1. Faktor-faktor Biologis dan Perilaku

Selain faktor lingkungan, faktor biologis dan perilaku anglerfish sendiri juga dapat berkontribusi pada kemunculannya di perairan dangkal. Misalnya, perubahan siklus reproduksi atau perilaku migrasi yang belum dipahami sepenuhnya dapat menyebabkan mereka muncul di area yang tidak biasa. Studi lebih lanjut diperlukan untuk memahami aspek perilaku ini.

Kemungkinan, terdapat variasi genetik dalam populasi anglerfish yang memungkinkan beberapa individu untuk lebih toleran terhadap kondisi perairan dangkal. Individu-individu ini mungkin memiliki kemampuan fisiologis yang lebih baik untuk beradaptasi dengan perubahan suhu, tekanan, dan ketersediaan oksigen di perairan dangkal. Penelitian genetik dapat membantu mengungkap variasi genetik ini dan perannya dalam migrasi anglerfish.

Perilaku alami anglerfish, seperti migrasi untuk mencari pasangan atau mencari area pemijahan, bisa menyebabkan mereka tersesat atau terdorong ke perairan dangkal. Perilaku ini mungkin diperkuat oleh faktor-faktor lingkungan yang telah dibahas sebelumnya, seperti perubahan arus laut dan gangguan habitat. Memahami perilaku migrasi mereka secara menyeluruh akan memberikan perspektif yang lebih lengkap tentang kemunculan mereka di perairan dangkal.

Secara keseluruhan, faktor-faktor biologis dan perilaku yang belum sepenuhnya dipahami, bersama dengan pengaruh faktor lingkungan, berkontribusi pada kemunculan anglerfish di perairan dangkal. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengungkap kompleksitas perilaku dan fisiologi anglerfish sehingga kita dapat lebih memahami fenomena ini.

Sebagai kesimpulan, munculnya anglerfish di perairan dangkal merupakan fenomena yang kompleks dan mengkhawatirkan. Meskipun masih banyak yang perlu dipelajari, bukti menunjukkan bahwa perubahan iklim, gangguan habitat, perubahan populasi mangsa, dan faktor-faktor biologis berperan dalam mendorong migrasi ini. Fenomena ini menyoroti dampak signifikan aktivitas manusia terhadap ekosistem laut. Dan, juga perlunya upaya konservasi yang lebih besar untuk melindungi kehidupan laut yang unik dan rentan. Pemantauan yang berkelanjutan dan penelitian lebih lanjut sangat penting untuk memahami sepenuhnya dinamika migrasi anglerfish. Hal ini juga merupakan bagian dalam pengembangan strategi konservasi yang efektif. (Nazwa/Pat)

""
""
""
LAINNYA