Ketika Chat Tidak Dibaca: Sebuah Refleksi Tentang Prioritas dalam Hubungan

waktu baca 5 menit
Selasa, 4 Feb 2025 14:24 0 68 Patricia Pawestri

KESEHATAN | TDDi era digital saat ini, komunikasi menjadi semakin mudah dengan berbagai platform media sosial yang memungkinkan kita untuk terhubung dengan siapa saja, kapan saja, dan di mana saja. Namun, dengan kemudahan tersebut, muncul pula tantangan dalam hubungan, salah satunya adalah ketika seseorang merasa diabaikan meskipun ia mencoba untuk berkomunikasi.

Cerita ini menggambarkan perasaan seseorang yang sering mengirim pesan kepada orang yang ia dekati, namun tidak mendapat balasan. Orang tersebut selalu online di media sosial, sering mengunggah story, tetapi chat yang dikirimkan tidak dibaca atau dibalas. Pada akhirnya, ia menyadari bahwa bukan karena orang tersebut sibuk, melainkan karena ia bukanlah prioritas dalam hidup orang tersebut.

Ketika Chat Tak Dibaca: Perasaan yang Mulai Muncul

Setiap orang tentu pernah mengalami situasi di mana mereka mengirimkan pesan kepada seseorang, berharap mendapatkan balasan. Namun, pesan itu tak kunjung dibaca, bahkan tidak ada tanda-tanda bahwa orang tersebut meluangkan waktu untuk melihatnya. Dalam banyak kasus, perasaan tidak dihargai mulai tumbuh. Ini adalah salah satu momen yang paling membingungkan dalam hubungan. Kita bertanya-tanya, “Apakah pesan saya tidak penting?” atau “Apakah saya tidak cukup menarik untuk mendapat perhatian?”

Pada awalnya, banyak yang berusaha untuk berpikir positif. Mungkin orang tersebut sibuk, sedang ada pekerjaan atau kegiatan yang memerlukan perhatian lebih. Namun, saat melihat orang tersebut tetap aktif di media sosial, unggah story, dan berinteraksi dengan orang lain, perasaan ragu mulai muncul. Mengapa saya tidak mendapat perhatian yang sama?

Media Sosial yang Menjadi Kenyataan

Media sosial adalah cermin kehidupan modern. Seseorang yang sering mengunggah story, memposting foto, atau bahkan memberi komentar pada unggahan orang lain, seakan memberi gambaran bahwa mereka selalu aktif. Terkadang, kita merasa bingung melihat orang yang kita dekati tampak begitu “sibuk” di media sosial, tetapi saat kita mengirim pesan pribadi, mereka tidak memberikan respons.

Bukan hanya soal ketidakhadiran dalam chat, tetapi lebih pada perasaan kita yang mulai merasa terpinggirkan. Mengapa seseorang yang selalu online tidak merespons pesan yang kita kirim? Terkadang, postingan atau story di media sosial bisa menjadi petunjuk penting dalam menganalisis situasi ini. Ketika kita melihat bahwa orang yang kita dekati aktif berbagi momen dengan orang lain, atau bahkan berkomunikasi dengan teman-teman lain, rasa tidak diperhatikan semakin menguat.

Awalnya Berpikir Mereka Sibuk

Saat pertama kali mengalami situasi ini, kita sering kali memberi banyak alasan untuk membenarkan ketidakhadiran seseorang dalam kehidupan kita. Mungkin orang tersebut memang sedang sibuk, baik dengan pekerjaan, keluarga, atau masalah pribadi lainnya. Namun, jika alasan-alasan tersebut terus berulang tanpa ada perubahan, perasaan tidak dihargai semakin sulit dihindari.

Pikiran positif mungkin sempat datang, namun saat waktu berlalu, semakin jelas bahwa orang tersebut tidak memberi ruang untuk kita dalam hidupnya. Kita mencoba untuk memberi pengertian, berpikir bahwa jika orang tersebut benar-benar penting, mereka pasti akan meluangkan waktu untuk merespons. Sayangnya, kenyataannya berbeda.

Menerima Kenyataan: Bukan Sibuk, Tapi Bukan Prioritas

Pada suatu titik, kita akan mulai menyadari bahwa bukan karena orang yang kita dekati sibuk, tetapi lebih pada kenyataan bahwa kita bukanlah prioritas bagi mereka. Seseorang yang benar-benar tertarik atau peduli dengan kita pasti akan menemukan waktu untuk berkomunikasi, meskipun mereka sibuk. Komunikasi adalah bentuk perhatian, dan perhatian adalah tanda kepedulian. Jika kita tidak mendapat respons yang kita harapkan, itu bisa jadi indikasi bahwa kita tidak seberarti itu dalam hidup mereka.

Penerimaan ini memang tidak mudah. Ada perasaan kecewa, bahkan luka, ketika menyadari bahwa kita tidak memiliki tempat yang cukup penting bagi orang yang kita harapkan untuk dekat. Kita mungkin merasa bahwa kita telah memberikan perhatian, waktu, dan usaha yang cukup, tetapi ternyata itu tidak dihargai. Perasaan ini bisa sangat mengganggu, terutama jika kita terjebak dalam siklus harapan yang tidak pernah terwujud.

Refleksi Diri dan Menghargai Diri Sendiri

Setelah menyadari kenyataan tersebut, langkah selanjutnya adalah refleksi diri. Mengapa kita merasa sakit ketika diabaikan? Apa yang kita cari dalam komunikasi ini? Apakah kita memberi terlalu banyak perhatian pada seseorang yang tidak memberikan perhatian yang sama? Ini adalah saat yang tepat untuk berhenti sejenak dan memikirkan nilai diri kita sendiri.

Kita harus belajar untuk menghargai diri sendiri lebih dulu. Sering kali, kita terlalu fokus pada bagaimana orang lain memandang kita, sehingga kita lupa untuk memprioritaskan kebahagiaan dan kesejahteraan diri sendiri. Ini adalah saatnya untuk memahami bahwa kita berhak untuk merasa dihargai. Jika seseorang tidak memberi perhatian yang layak, itu bukanlah cerminan dari siapa kita, melainkan cerminan dari pilihan mereka.

Menerima dan Melangkah Maju

Menerima kenyataan bahwa kita bukan prioritas bagi seseorang mungkin sangat sulit, tetapi itu adalah langkah pertama untuk melangkah maju. Ketika kita menyadari bahwa ada orang yang tidak memberikan perhatian yang kita harapkan, itu membuka ruang bagi orang-orang lain yang lebih menghargai kita. Menerima bahwa hubungan ini tidak akan berkembang menjadi sesuatu yang kita inginkan adalah bagian dari proses penyembuhan.

Penting untuk mengingat bahwa setiap orang berhak untuk merasa dihargai. Komunikasi yang sehat memerlukan usaha dari kedua belah pihak. Jika seseorang hanya memberi sedikit perhatian, mungkin sudah saatnya untuk mempertimbangkan kembali apakah hubungan ini benar-benar sepadan.

Kesimpulan

Kisah ini mengingatkan kita bahwa dalam hubungan apa pun, baik itu pertemanan, pacaran, atau hubungan lainnya, prioritas adalah kunci utama. Ketika seseorang yang kita dekati tidak memberi perhatian yang sama, kita harus menerima kenyataan bahwa mereka mungkin tidak melihat kita sebagai prioritas. Hal ini bisa menyakitkan, tetapi pada akhirnya, itu adalah pelajaran berharga dalam memahami nilai diri kita dan mengenali hubungan yang sejati.

Sebagai individu, kita berhak untuk dihargai, dihormati, dan mendapatkan perhatian yang sama. Jika seseorang tidak memberikan itu, kita harus belajar untuk melepaskan dan mencari hubungan yang lebih sehat dan saling mendukung. Karena pada akhirnya, kita semua pantas untuk merasa penting dalam hidup seseorang, begitu pula sebaliknya.

Penulis: Muhamad Hijar Ardiansah, Mahasiswa KPI UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon.

""
""
""
LAINNYA