Pewarna Makanan: Dari Sintetis ke Alami

waktu baca 3 menit
Senin, 2 Des 2024 10:16 0 69 Redaksi

OPINI | TD — Pewarna sintetis mewarnai banyak produk makanan dan minuman kita, memberikan warna-warna cerah yang menarik, khususnya bagi anak-anak. Namun, di balik kecerahannya, penggunaan pewarna sintetis menimbulkan kekhawatiran serius terkait dampak kesehatan jangka panjang. Lalu bagaimana alternatif untuk pewarna makanan dan minuman?

Pewarna Sintetis dan Kekhawatiran Kesehatan

Warna-warna cerah pada makanan dan minuman, terutama yang disukai oleh anak-anak, sering kali berasal dari pewarna sintetik. Meskipun pewarna ini mudah diakses, murah, serta mampu memberikan warna yang stabil dan bervariasi, penggunaannya menimbulkan kekhawatiran yang serius. Penelitian menunjukkan bahwa asupan jangka panjang dari pewarna sintetik dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti iritasi pada saluran pencernaan, keracunan, mutasi genetik, kanker, penurunan kadar hemoglobin, dan reaksi alergi (Yandri et al., 2024; Adriani & Zarwinda, 2019). Penggunaan pewarna sintetik yang tidak sesuai dengan standar keamanan pangan (misalnya, yang bukan food grade) meningkatkan risiko-risiko ini.

Alternatif Aman: Pewarna Alami

Dengan demikian, beralih kepada alternatif yang lebih aman, yaitu pewarna alami, menjadi sangat penting. Pewarna makanan alami berasal dari sumber hayati seperti tumbuhan, hewan, dan mineral (Muslichah, 2023). Salah satu sumber yang melimpah dan mudah ditemukan di Indonesia adalah buah naga merah (Hylocereus polyrhizus).

Manfaat Antosianin dari Buah Naga Merah

Warna merah keunguan dari buah naga merah disebabkan oleh antosianin, yaitu pigmen alami yang termasuk dalam kelompok flavonoid dan larut dalam air (Kunnaryo & Wikandari, 2021). Sifat ini menjadikan antosianin sangat sesuai sebagai pewarna alami dalam industri makanan dan minuman. Selain berfungsi sebagai pewarna, antosianin juga memiliki banyak manfaat kesehatan, seperti sebagai antioksidan, antimikroba, antidiabetes, serta berperan dalam pencegahan penyakit jantung dan kardiovaskular (Perdani, 2023; Ifadah et al., 2021). Senyawa ini juga berpotensi bertindak sebagai anti-inflamasi, meningkatkan daya penglihatan, antimutagenik, dan antikarsinogenik, serta membantu menjaga kesehatan hati dan menurunkan tekanan darah serta kadar gula darah (Jusuf et al., 2008).

Pentingnya Pewarna Alami untuk Lingkungan

Menggunakan pewarna alami dari tumbuhan, seperti buah naga merah, tidak hanya mengurangi ketergantungan pada bahan kimia sintetis, tetapi juga berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan. Kekhawatiran tentang dampak kesehatan dari pewarna sintetis semakin mendorong pergeseran menuju pendekatan yang lebih alami dan berkelanjutan dalam industri makanan.

Daftar Pustaka

  1. Adriani, A., & Zarwinda, I. (2019). Pendidikan untuk Masyarakat Tentang Bahaya Pewarna Melalui Publikasi Hasil Analisis Kualitatif Pewarna Sintetis dalam Saus. Jurnal Serambi Ilmu, 20(2), 217-237.
  2. Ifadah, R. A., Wiratara, P. R. W., & Afgani, C. A. (2021). Ulasan Ilmiah: Antosianin dan Manfaatnya untuk Kesehatan. Jurnal Teknologi Pengolahan Pertanian, 3(2), 11-21.
  3. Jusuf, M., Rahayuningsih, S. A., & Ginting, E. (2008). Ubi jalar ungu. Warta Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 30, 13-14.
  4. Kunnaryo, H. J. B., & Wikandari, P. R. (2021). Antosianin dalam Produksi Fermentasi dan Perannya sebagai Antioksidan. Journal of Chemistry, 10(1), 24-36.
  5. Muslichah, S. (2023). Kajian Kandungan kimia dan Aktivitas Farmakologi Pewarna Alami. Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 2(8), 3339-3347.
  6. Perdani, A. W. (2023). Mini Review: Ekstraksi Antosianin sebagai Pewarna Makanan dengan Bantuan Ultrasonik dan Purifikasi dengan Sephadex. Prosiding Pendidikan Teknik Boga Busana FT UNY, 18(1), 1-6.
  7. Yandri, Y., Hadi, S., Suhartati, T., Qudus, H. I., Dwi, S., & Yuwono. (2024). Penyuluhan Penggunaan Pewarna Sintetis dalam Makanan bagi Ibu-ibu PKK dan Masyarakat di Desa Wates, Kecamatan Bumi Ratu Nuban, Lampung Tengah. Jurnal Pusat Pengabdian Kepada Masyarakat, 8(1), 195-202.

Penulis: Rahmawati, Mahasiswa Jurusan Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, (*)

LAINNYA