Cryoablation, Metode Baru Dalam Mengatasi Aritmia Jantung

waktu baca 2 menit
Rabu, 25 Sep 2024 12:22 0 87 Patricia Pawestri

KESEHATAN| TD – Aritmia jantung adalah gangguan yang mencakup ketidaknormalan dalam ritme detak jantung. Seperti ritme detak yang terlalu cepat (takikardia), ataupun ritme detak yang terlalu lambat (bradikardia).

Kondisi ini dapat mengganggu fungsi jantung dalam memompa darah ke seluruh tubuh untuk memasok oksigen dan nutrisi ke seluruh organ dan jaringan tubuh.

Aritmia memiliki banyak jenis. Salah satunya adalah Atrial Fibrilasi (AF), yang kini sedang menjadi fokus perhatian para tenaga medis.

AF sendiri adalah irama jantung yang tidak beraturan sehingga sering menyebabkan atrium atau ruang atas jantung berkontraksi secara tidak normal. Jenis aritmia yang satu ini menjadi salah satu faktor munculnya penyakit jantung dan stroke yang terjadi ketika atrium jantung berdenyut secara cepat dan tidak beraturan.

Atrial fibrilasi juga dinilai sangat berbahaya karena dapat meningkatkan risiko kematian 1 sampai 3 kali lipat, dan meningkatkan risiko terjadinya stroke sebanyak 5 kali lipat.

Namun, berkat kemajuan teknologi medis kini terdapat banyak metode diagnostik dan perawatan untuk mengelola aritmia dengan lebih baik.

Salah satunya yaitu cryoablation, yang merupakan teknik perawatan terbaru. Pada teknik ini, perlakuan pemberian suhu sangat rendah berguna untuk membekukan jaringan jantung yang menyebabkan gangguan ritme.

Perawatan yang satu ini di mulai dari pemberian anestesi lokal serta sedasi ringan untuk memastikan kenyamanan pasien. Lalu, kateter dimasukkan melalui pembuluh darah dan diarahkan ke jantung menggunakan teknologi pencitraan canggih.

Seorang dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, Sp.JP(K), menjelaskan bahwa energi dingin yang diterapkan melalu kateter berfungsi untuk membekukan area target, sehingga menghentikan sinyal abnormal yang menjadi penyebab aritmia.

Cryoablation juga dinilai memiliki keunggulan signifikan sebagai teknik perawatan yang minim invasif dibandingkan dengan teknik ablasi konvensional. Karena cryoablation memiliki risiko lebih sedikit pada terjadinya kerusakan di jaringan sehat, dan juga memiliki tingkat risiko komplikasi yang lebih rendah.

Prosedur cryoablation dikatakan efektif dan membutuhkan waktu pemulihan yang lebih singkat daripada metode lainnya, yakni sekitar 1 hingga 3 hari saja.

Namun, tidak semua pasien aritmia cocok menggunakan metode cryoablation. Metode ini lebih sering di gunakan oleh penderita aritmia jenis Atrial Fibrilasi dan takikardia supraventikular. Sehingga, saat pemilihan prosedur harus didasari penilaian medis yang lebih cermat.

Sama seperti tindakan lainnya, cryoablation juga memiliki risiko tersendiri. Misalnya kemungkinan terjadinya komplikasi, pendarahan pada area masuknya kateter, dan kerusakan pada jaringan jantung.

Selain itu, efek dari perawatan metode cryoablation cukup bervariasi, sehingga dapat membuat pasien memerlukan beberapa terapi tambahan.

(Penulis: Nazwa/Editor: Patricia)

LAINNYA