KABUPATEN TANGERANG | TD — Anggota DPRD Kabupaten Tangerang Sri Panggung Lestari menilai, anggaran pemberdayaan perempuan di Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPPA) masih belum maksimal.
Dia menyampaikan hal itu usai menjadi narasumber di podcast DPRD Kabupaten Tangerang, belum lama ini.
Untuk itu, menurut legislator perempuan yang juga Ketua DPD PAN Kabupaten Tangerang ini, anggaran pemberdayaan perempuan perlu ditambah agar berbagai kegiatan terprogram menyangkut afirmasi gender di wilayahnya bisa optimal.
“Perlu didorong di Badan Anggaran, harus ditambah anggaran untuk pemberdayaan perempuan. Hal ini agar pemberdayaan perempuan bisa lebih optimal lagi,” ujar Sri Panggung.
Namun di sisi lain, dia mengaku kalau pihaknya pun tetap menyoroti kinerja Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak yang dinilai masih harus terus ditingkatkan.
Pasalnya, organisasi perangkat daerah tersebut belum menyentuh substansi pemberdayaan perempuan. “Semisal kasus kekerasan anak dan pelecehan seksual yang acap kali masih muncul. Ke depan kasus seperti itu harus mendapat perhatian serius, tentu harus dibarengi dengan penganggaran,” terangnya.
Menyoal kesetaraan gender di Kabupaten Tangerang dalam berbagai sektor kehidupan, menurut dia, masih ada diskriminasi terhadap kalangan perempuan, walaupun tidak seperti era Kartini.
Dicontohkan, keterwakilan perempuan di DPRD Kabupaten Tangerang juga belum mencapai 30 prosen. Meski demikian terdapat peningkatan menggembirakan, dimana semula hanya 7 dari 50 anggota pada Pemilu 2019 bertambah menjadi 11 dari 55 anggota pada Pemilu 2024.
“Kaum perempuan terkesan masih menjadi nomor dua jika dibandingkan dengan laki-laki. Tentu ini menjadi perhatian kita bersama, kaum perempuan dengan segala kemampuannya sesungguhnya dapat menghapus sekat yang bersifat diskriminatif, karena kaum perempuan di era sekarang memiliki peluang yang sama untuk bersaing dalam berbagai bidang maupun profesi,” katanya.
Walaupun Sri Panggung juga tak memungkiri masalah diskriminasi gender di daerahnya belum sepenuhnya hilang. Penyebabnya antara lain karena faktor pendidikan dan faktor keluarga.
“Karenanya pendidikan perempuan harus betul-betul diperhatikan. Baik pendidikan formal maupun informal,” pungkasnya. (Jay/Red)