TIPS | TD – Seringkali dalam memasak, orang mengganti bahan santan dalam suatu menu dengan susu yang dianggap lebih sehat. Santan sering diidentikkan dengan kolesterol tinggi, sedangkan susu tidak.
Padahal selain rasa yang unik dan berbeda dari santan dan susu, ternyata santan tidak mengandung kolesterol, sedangkan susu memiliki kandungan lemak jenuh tersebut.
Hal ini diungkapkan oleh Rita Ramayulis, pakar gizi dan kesehatan, dalam akun media sosialnya. Rita juga mengatakan bahwa susu tidak dapat menggantikan santan karena kandungan lemak, protein, vitaminnya akan rusak bila diberi perlakuan sama dengan santan ketika dimasak.
Untuk menjaga kandungan gizinya, susu tidak boleh dipanaskan dengan suhu tinggi, atau lebih dari 2-3 menit, dan tidak boleh dipanaskan berulang.
Alih-alih, daripada mengganti santan dengan susu, Rita menganjurkan untuk mengubah cara penggunaan santan. Pertama, santan hanya digunakan dalam jumlah secukupnya. Misalnya dengan mengukur konsumsi penggunaan santan. Biasanya, dalam satu takaran saji, santan hanya diperlukan sebanyak sepertiga gelas atau sekitar 50 ml.
Rita juga menganjurkan mengonsumsi masakan bersantan bersama sayuran tinggi serat rendah kalori. Misalnya selada, kol, ketimun, atau tomat.
Ia juga mengatakan lebih baik menggunakan santan encer ketika memasak. Bila dirasa ingin menaikkan tingkat kekentalan, kemiri dapat digunakan sebagai alternatif.
Masakan bersantan yang akan disajikan lebih dari satu hari juga hendaknya dibagi menurut porsi hariannya. Porsi yang akan disajikan besok dapat disimpan dalam suhu dingin.
Dalam penyajian masakan bersantan yang disimpan dalam suhu dingin, cukup dengan menghangatkan saja dan tidak perlu memanaskannya dengan suhu tinggi.
Demikian tips-tips dalam mengolah atau menggunakan santan dalam masakan. (Pat)