Ribet atau Tidak, Sih, Gaya Hidup Zero Waste itu?

waktu baca 2 menit
Rabu, 22 Nov 2023 09:37 0 61 Patricia Pawestri

LINGKUNGAN | TD – Terdapat berbagai reaksi masyarakat terhadap gaya hidup zero waste yang akhir-akhir ini sering didengungkan para penggiat lingkungan.

Gaya hidup yang berprinsip ‘nol sampah’ tersebut tidak jarang menuai reaksi pesimis. Misalnya adanya pendapat bahwa tidak mungkin seseorang dapat hidup tanpa menghasilkan sisa atau sampah. Apalagi bila kegiatan mengkonsumsi atau makan saja selalu menghasilkan sisa atau sampah.

Beberapa lagi mengungkapkan pesimisnya dengan mengatakan bahwa gaya hidup zero waste cenderung repot, bahkan tidak efisien. Misalnya, anak-anak muda yang kurang menyukai keharusan untuk membawa tempat makan sendiri ketika membeli makanan karena menganggap hal tersebut tidak praktis. Padahal, dengan membawa tempat makan sendiri dapat mengurangi sampah plastik.

Pemakaian plastik sendiri, bagi banyak restoran atau warung makan, menjadi penting untuk menghindari adanya kontaminasi kotoran atau kuman. Apalagi bila yang dilayani adalah pesanan antar, kemasan plastik dianggap wajib untuk memastikan makanan sampai ke konsumen dengan kualitas yang terjaga.

Tantangan lainnya dalam gaya hidup zero waste adalah sifat konsumtif terhadap fashion. Produk baju, sepatu, dan tas terkini akan terus mendorong orang untuk membelinya, meskipun barang-barang tersebut tidak diperlukan.

Seseorang yang menerapkan prinsip zero waste justru harus mengakhiri sikap tersebut, dan mulai menggunakan hanya pakaian-pakaian atau sepatu dan tas lamanya yang masih layak.

Orang-orang yang mampu menerapkan gaya hidup zero waste seperti inilah yang akan membantu memperbaiki krisis iklim yang terjadi saat ini. Karena dengan minimnya jumlah sampah yang ia hasilkan, maka pencemaran lingkungan yang berasal dari gas metana dan lainnya yang memicu efek rumah kaca atau pemanasan global, dapat dihentikan lajunya.

Yang paling penting, adalah melakukan secara terus menerus prinsip zero waste karena sadar hal ini sangat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang-orang di sekitarnya. Jadi, bukan hanya sekedar ikut-ikutan atau takut ketinggalan alias FOMO (fear of missing out). (Pat)

LAINNYA