8 Juni Memperingati Hari Lahir Presiden Soeharto, Sebuah Kilas Balik Pemimpin Paling Lama di RI

waktu baca 2 minutes
Minggu, 8 Jun 2025 08:53 1 Nazwa

SOSOK | TD – Hari ini, 8 Juni, menjadi momen penting untuk mengenang Presiden Soeharto, sosok yang memiliki peran sentral dalam sejarah Indonesia. Lahir di Dusun Kemusuk, Yogyakarta, pada tahun 1921, Soeharto memulai kariernya dari latar belakang militer sebelum akhirnya menjabat sebagai Presiden kedua Republik Indonesia. Masa pemerintahannya yang berlangsung lebih dari tiga dekade, dari 1967 hingga 1998, menjadikannya pemimpin dengan masa jabatan terpanjang dalam sejarah negara ini.

Era kepemimpinan Soeharto dikenal dengan sebutan Orde Baru, yang muncul setelah gejolak politik besar pada tahun 1965. Di bawah kepemimpinannya, Indonesia berfokus pada stabilitas politik dan pembangunan ekonomi. Melalui berbagai program pembangunan lima tahun yang dikenal sebagai Repelita, negara ini berhasil mencapai kemajuan signifikan di bidang infrastruktur, pertanian, dan swasembada pangan. Berkat upayanya, Soeharto sering dijuluki “Bapak Pembangunan.”

Namun, perjalanan panjang Soeharto sebagai pemimpin tidak lepas dari kontroversi. Kritik terhadap kebijakan yang membatasi kebebasan pers, sentralisasi kekuasaan, serta pelanggaran hak asasi manusia mulai muncul seiring berjalannya waktu, terutama pada tahun-tahun terakhir pemerintahannya. Isu korupsi yang melibatkan kroni dan keluarganya juga menjadi sorotan publik.

Pada tahun 1998, ketika Indonesia menghadapi krisis moneter yang parah dan gelombang demonstrasi mahasiswa menuntut reformasi, Soeharto akhirnya mengundurkan diri. Keputusan ini menjadi tonggak penting dalam sejarah politik Indonesia, membuka jalan bagi era reformasi yang membawa perubahan besar dalam sistem pemerintahan dan kehidupan sosial masyarakat.

Kini, di usia 104 tahun sejak kelahirannya, Soeharto tetap menjadi sosok dengan warisan yang kompleks. Ia dikenang oleh sebagian orang sebagai pemimpin yang membawa kemajuan pembangunan, tetapi juga menjadi subjek kritik karena praktik kekuasaan yang otoriter. Memperingati hari lahirnya bukan hanya sekadar mengenang masa lalu, tetapi juga sebagai momen untuk refleksi dan pembelajaran dari perjalanan sejarah demi masa depan yang lebih baik. (*)

LAINNYA