7 Adab Memuliakan Tamu yang Diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW agar Umat Islam Menerima Berkah Allah

waktu baca 3 menit
Minggu, 28 Apr 2024 12:43 0 144 Patricia Pawestri

RELIGI | TD – Melalui berbagai hadis riwayat, kita mengetahui salah satu kebiasaan Nabi Muhammad SAW yaitu memuliakan tamu. Telah menjadi keyakinan dalam Islam mengenai berbagai keutamaan dan manfaat yang akan diperoleh seorang pemilik rumah dengan memuliakan tamu yang datang kepadanya.

Adapun untuk mengikuti jejak Rasulullah SAW ini, umat Islam perlu mengetahui apa saja aturan (adab), etika, atau tata caranya. Seperti berikut ini:

1. Menjawab salam.

Salam, termasuk jawaban atasnya merupakan sunnah Rasulullah SAW dan juga kewajiban bagi setiap umat Islam. Salam hanyalah satu dari lima kewajiban umat Islam bagi sesamanya. Seperti tercantum dalam Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim:

“Hak seorang muslim terhadap muslim lainnya ada lima, yaitu menjawab salam, menjenguk orang sakit, mengiringi jemazah, memenuhi undangan, dan mendoakan orang bersin.”

Kewajiban mengenai salam ini juga terkandung dalam Kitab Surat an-Nisaa (4): 86, yang berbunyi:

“Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan tersebut dengan yang lebih baik darinya, atau balaslah penghormatan tersebut (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu.”

2. Memberi sambutan dengan ramah dan wajah yang menyenangkan.

Sikap yang ramah yang disertai wajah yang tersenyum untuk menyenangkan tamu merupakan ekspresi bahwa kita menerima mereka dengan ikhlas dan gembira.

Mengenai sikap yang ramah dan menyenangkan ini, sabda Nabi Muhammad SAW tercatat dalam Hadis Riwayat Muslim:

“Janganlah kamu meremehkan sedikitpun perbuatan makruf walaupun sekadar menyambut saudaramu dengan wajah berseri-seri.”

3. Menjabat tangan tamu.

Berjabatan tangan sebenarnya merupakan tradisi Islam dan merupakan salah satu sunnah. Nabi Muhammad SAW pernah memberikan penjelasan mengenai hikmah yang sangat besar dalam berjabatan tangan, terangkum dalam Hadis Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad:

“Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian berjabat tangan, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.”

4. Menanyakan identitas tamu yang masih asing.

Mengetahui tentang siapa yang bertamu ke rumah kita tentu penting untuk menghindari hal buruk yang mungkin terjadi. Dalam Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim pun terdapat kisah seorang sahabat, yang ketika bertamu ke rumah Nabi Muhammad SAW, selalu ditanya tentang siapakah dia saat mengetuk pintu.

5. Menyajikan hidangan yang baik.

Salah satu yang harus diperhatikan sebagai tuan rumah yang sedang kedatangan tamu adalah kesediaan menyajikan makanan dan minuman yang dapat meringankan kelelahan tamu.

Berusahalah sesegera mungkin untuk menyajikan hidangan tersebut. Dahulukanlah sajian buah sebelum jenis hidangan lainnya. Dan jangan terburu-buru mengemas/menyimpan kembali hidangan jika tamu belum benar-benar selesai menikmatinya. Tetapi, tuan rumah juga harus memperhatikan supaya hidangan yang tersaji tidak berlebihan untuk menghindari mubazir.

6. Tidak membebani tamu dengan urusan dapur.

Tuan rumah yang baik tidak boleh membebani tamu untuk, misalnya, membersihkan sendiri piranti yang digunakannya selama bertamu. Tujuannya agar tamu tidak terbeban atau merasa kurang nyaman. Bahkan, bila tamu bersikeras untuk membersihkan gelas atau piring yang telah ia gunakan, maka tuan rumah haruslah melarang hal itu.

7. Mengantar kepergian tamu yang hendak pulang dengan wajah yang menyenangkan.

Wajah yang tetap menyenangkan seperti pada awal menerima tamu, merupakan tanda bahwa tamu benar-benar diterima oleh tuan rumah. Kesan yang menyenangkan ini juga akan tertinggal dalam hati tamu sehingga akan memudahkan kedua pihak dalam urusan di masa depan.

Demikian tujuh adab memuliakan tamu yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW untuk seluruh umat Islam yang dapat mendatangkan berkah Allah Swt. (Pat)

LAINNYA