KESEHATAN | TD – Dalam dunia kedokteran, anestesi merupakan satu bidang khusus untuk mengurangi rasa sakit akibat tindakan bedah. Dan, sejarah anestesi memiliki perjalanan yang sangat panjang dari masa masyarakat kuno hingga modern.
Sejarah Awal Anestesi
Pada awalnya, zat-zat adiktif atau sari dari tumbuhan tertentu merupakan penolong untuk meringankan rasa sakit yang timbul akibat tindakan medis di zaman kuno. Misalnya opium. Pada peradaban Yunani dan Mesir kuno, serta Romawi, ekstrak tumbuhan mandragora (Mandragora officinarum atau mandrake) dan belladonna (Atropa bella dona) juga termasuk bahan pembius.
Dalam penggunaannya, bahan-bahan alami tersebut menolong meskipun tidak dapat selalu diandalkan. Pada banyak kasus, pembiusan tidak selalu manjur, sehingga pembedahan terasa sangat menyakitkan. Bahkan, pasien dapat menderita trauma panjang atau meninggal karena rasa sakit yang tak teratasi.
Beberapa contoh dari kasus bedah yang sangat menyakitkan, misalnya amputasi yang harus dilakukan dengan sangat cepat untuk mengurangi rasa sakit yang amat sangat pada pasien. Operasi yang memerlukan penyayatan hingga ke lapisan kulit terdalam pun terasa tak tertahankan sehingga pasien kerap berteriak sangat keras, bahkan pingsan.
Namun, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, penemuan beberapa zat kimia memberikan harapan yang lebih baik. Pada abad ke-19, nitrous oksida, atau sering disebut ‘gas tertawa’, menjadi pereda sakit yang cukup menolong. Gas ini bermanfaat pada pembedahan dan pengobatan gigi.
Selanjutnya, eter dan kloroform menjadi penemuan yang sangat penting. Kedua senyawa tersebut merupakan bahan pembius yang mumpuni dan dapar bertahan dalam waktu cukup lama.
Penemuan gas-gas bius tersebut, terutama eter, merupakan titik balik di dunia medis. Anestesi yang merupakan cabang dari ilmu kedokteran menjadi bidang yang semakin diminati dan berkembang pesat. Di seluruh dunia, pengobatan yang memerlukan pembedahan pun semakin mudah untuk dilakukan.
William Morton, Dokter Gigi yang Membuka Era Baru Anestesi
Salah satu dokter yang berkontribusi besar pada ilmu anestesi adalah William Morton. Morton menemukan bahwa eter dapat diandalkan sebagai penghilang rasa sakit pada tahun 1846.
Awalnya, Morton mengikuti demonstrasi penggunaan gas tertawa dalam praktik kedokteran gigi dari salah seorang rekannya. Namun, sayangnya pertunjukan tersebut gagal. Pasien tetap merasakan sakit ketika dokter melakukan tindakan perawatan. Morton kemudian beralih pada rekannya yang lain untuk mencoba pengaruh dari eter dietil. Ia kemudian mengujinya sendiri pada hewan, dan kemudian pada dirinya. Ia mendapati bahwa penggunaan gas eter tersebut dapat membuat kesadaran pasien menghilang dalam waktu yang dapat terukur. Dan, ia pun meyakini penggunaannya cukup aman dan tidak berbahaya.
Demonstrasi pertama Morton dalam menggunakan pembius eter sebagai persiapan tim dokter untuk melakukan operasi tumor rahang dari seorang pasien di Rumah Sakit Umum Massachusetts. Keberhasilan operasi ini kemudian menjadi berita yang tersebar cepat di kalangan medis.
Pembuktian akan keampuhan eter sebagai obat anestesi tersebut membuka lembaran baru dalam sejarah kedokteran, khususnya anestesi dan bedah. Hal ini memungkinkan pembedahan, atau operasi, dilakukan oleh dokter dengan lebih tenang dan teliti. Pasien pun tertolong dari rasa sakit yang bisa sangat menyiksa. Sehingga keberhasilan pembedahan, atau pengobatan melalui operasi, menjadi lebih tinggi.
Dari keberhasilannya membuka era baru dalam dunia medis tersebut, William Morton pun menerima julukan sebagai Bapak Anestesi Modern.
Demikianlah sejarah anestesi dan peran besar William Morton dalam membuka era baru bagi anestesi modern. Pembedahan dan anestesi merupakan dua bidang penting yang tak terpisahkan dalam dunia medis. Keberhasilan keduanya memungkinkan berbagai penyakit lainnya mempunyai harapan lebih besar untuk sembuh. (Pat)