WHO Peringatkan Kemungkinan Epidemi Campak

waktu baca 2 minutes
Selasa, 30 Jan 2024 23:33 0 Patricia Pawestri

KESEHATAN | TD – Salah satu penyakit yang terus dipantau oleh WHO adalah campak. Penyakit yang pernah menjadi wabah di tahun 1846 (Kepulauan Faroe) dan 1848 (Hawaii) ini dikhawatirkan akan menjadi epidemi.

Campak pernah menjadi salah satu penyakit yang paling ditakuti selain cacar. Campak disebut sebagai measles, sedangkan cacar sebagai smallpox dalam bahasa Inggris. Dan untuk menanggulanginya, WHO telah menggiatkan vaksin serta imunisasi.

Meskipun tidak dapat menuntaskan keberadaan campak, paling tidak vaksin telah menurunkan angka kematian akibat campak. Pada tahun 2000, korban meninggal akibat campak tercatat 761.000 di seluruh dunia. Dan, berkat vaksinasi, angka tersebut dapat ditekan hingga 128.000 korban pada 2021.

Sebelumnya, wabah campak terjadi setiap dua atau tiga tahun. WHO mencatat kematian akibat campak mencapai angka 2,6 juta per tahun pada saat itu.

Setelah pandemi Covid-19, WHO kembali memperingatkan seluruh dunia akan penyakit-penyakit yang telah lama menjadi momok. WHO mengkhawatirkan ketiadaan pemantauan akan penyakit-penyakit tersebut akan mengakibatkan kemunculan yang berlipat ganda dan tak terduga.

Pada media sosial resminya, WHO memperingatkan sejumlah gejala awal dari penyakit campak, sebagai berikut:

1. Pilek yang cair dan mengalir dari hidung.
2. Batuk.
3. Mata yang kemerahan dan berair.
4. Terdapat bintik-bintik kecil dan berwarna putih di pipi.
5. Demam tinggi.

Gejala tersebut akan muncul setelah 10 hingga 12 hari sejak kontaminasi virus. Dan keempat gejala itu akan terus berlanjut hingga 7-10 hari.

Perkembangan gejala campak akan terlihat lebih serius berupa ruam merah di seluruh tubuh yang muncul pada 7 hingga 18 hari setelah terpapar virus.

Akibat yang lebih buruk dapat terjadi akibat komplikasi virus ini, antara lain timbulnya kebutaan, infeksi telinga, diare berat disertai kekurangan cairan, penyakit pernapasan akut, dan infeksi otak bernama ensefalitis.

Dalam penanganannya, korban penyakit campak hanya akan mendapat obat untuk menghilangkan gejala dan mencegah komplikasi. Misalnya penggunaan antibiotik dan pemberian vitamin A dosis ganda.

Sementara, untuk mematikan virus penyebab campak yang berada dalam tubuh manusia, WHO menulis dalam situs resminya bahwa belum ada obat bagi campak.

Perlu diperhatikan, penularan penyakit campak dapat terjadi bila seseorang menghirup udara dari napas penderita, terkena sekresinya, maupun berkontak langsung dengannya.

Karenanya, tetap dianjurkan untuk memakai masker di tempat umum, rajin mencuci tangan dengan sabun, dan menjauhi orang atau situasi yang mungkin telah terpapar campak. (Pat)

 

LAINNYA