Waspadai Dampak Negatif Zat Sintetis Pada Produk Pangan

waktu baca 4 minutes
Minggu, 15 Jun 2025 08:37 0 Patricia Pawestri

KESEHATAN | TD -Industri makanan dan minuman modern pada saat ini terus mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan produk-produk baru yang semakin banyak bermunculan. Untuk memenuhi tuntutan pasar akan permintaan yang tinggi maka banyak pelaku industri pangan yang menambahkan berbagai zat sintetis pada produk pangan yang mereka hasilkan. Tujuan dari penambahan zat sintetis ini cukup beragam, yaitu untuk memperkuat cita rasa, memperpanjang masa simpan, mempercantik tampilan (supaya terlihat lebih menarik), atau menstabilkan komposisi.

Namun kehadiran zat-zat ini bukan tanpa konsekuensi serta perlu mendapatkan perhatian khusus dari segi kesehatan. Kehadiran zat sintetis pada produk pangan ini memang cukup efektif dalam menekan biaya produksi dan memiliki nilai keuntungan ekonomis bagi industri. Namun bagi konsumen luas, hal ini memerlukan kehati-hatian dalam pola konsumsinya.

1️⃣ Jenis-Jenis Zat Sintetis pada Produk Pangan yang Umum Digunakan

Beberapa zat sintetis yang kerap ditemukan dalam produk makanan dan minuman antara lain:

  • Pemanis buatan: Menggantikan gula alami, contohnya : aspartam, sakarin, dan sukralosa.
  • Pewarna sintetis: Memberikan tampilan warna yang menarik untuk meningkatkan daya tarik visual.
  • Penguat rasa: Seperti monosodium glutamat (MSG) yang memperkuat cita rasa.
  • Perisa sintetis: Menghasilkan aroma dan rasa buatan sebagai pengganti komponen alami.
  • Pengawet: Memperlambat kerusakan dan memperpanjang umur simpan.
  • Penstabil dan pengemulsi: Menjaga tekstur, konsistensi, serta kestabilan produk selama penyimpanan.

Semua zat tersebut berperan dalam meningkatkan kualitas teknis produk tetapi dapat membawa dampak risiko apabila dikonsumsi secara berlebihan atau dalam jangka waktu panjang.

2️⃣ Regulasi Resmi dan Pengawasan Peredaran Zat Sintetis

Di Indonesia penggunaan zat sintetis dalam produk pangan diatur secara ketat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), yang menetapkan:

  • Jenis zat aditif yang diizinkan dan dilarang.
  • Batas maksimum penggunaan sesuai jenis bahan. Misalnya, kadar maksimal tertentu yang dinyatakan dalam satuan miligram pada bahan makanan.
  • Standar pengemasan, label komposisi, serta kewajiban mencantumkan tanggal kadaluarsa.

Ketentuan ini bertujuan untuk melindungi konsumen dari risiko paparan bahan kimia sintetis yang berlebihan yang bisa membahayakan kesehatan, terutama jika dikonsumsi dalam kadar besar atau jangka panjang.

3️⃣ Sertifikasi Halal: Perlindungan Tambahan Bagi Konsumen Muslim

Selain aspek kesehatan, aspek kehalalan juga menjadi bagian penting dalam sistem pangan Indonesia. Melalui pengawasan dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI), kualifikasi produk pangan akan dinilai dari:

  • Kehalalan bahan baku dan sumber bahan sintetis.
  • Kepatuhan proses produksi terhadap prinsip syariat.
  • Kebersihan dan pengelolaan bahan dari hulu hingga hilir.

Dengan adanya sertifikasi halal maka konsumen yang beragama muslim memiliki jaminan bahwa produk yang dikonsumsi tidak mengandung unsur yang haram.

4️⃣ Lembaga yang Mengawasi Keamanan Pangan

Beberapa lembaga resmi yang berperan dalam menjaga keamanan dan kualitas pangan di Indonesia antara lain:

  • BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan): Mengatur izin edar, pengujian bahan, dan pengawasan distribusi.
  • BPKN (Badan Perlindungan Konsumen Nasional): Melindungi hak-hak konsumen secara umum.
  • BPJPH (Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal): Mengatur aspek halal secara formal.
  • Kementerian Kesehatan, Pertanian, dan Perdagangan: Menguatkan pengawasan lintas sektor.

Melalui koordinasi antar lembaga, pemerintah berupaya memastikan bahwa setiap produk pangan yang beredar akan terjamin keamanannya, bermutu, dan layak dikonsumsi.

5️⃣ Cara Cerdas Konsumsi Produk yang Mengandung Bahan Sintetis

Meski zat sintetis pada produk pangan telah melalui pengawasan lembaga resmi, namun konsumen tetap perlu bersikap cermati dan hati-hati. Beberapa prinsip sederhana yang dapat diterapkan antara lain:

  • Batasi frekuensi konsumsi: Meski diperbolehkan, konsumsi zat sintetik yang berlebihan tetap beresiko bagi kesehatan.
  • Pilih produk yang tidak mengandung zat sintetis jika tersedia: Makanan berbahan alami cenderung lebih baik untuk jangka panjang dan tanpa resiko.
  • Baca label komposisi: Ketahui bahan-bahan yang terkandung di dalam produk sebelum dikonsumsi.
  • Periksa tanggal kadaluarsa: Pastikan produk masih aman untuk dikonsumsi.
  • Kenali ambang toleransi tubuh: Tubuh dapat menetralkan zat sintetis dalam jumlah kecil, namun akumulasi jangka panjang dapat menimbulkan masalah kesehatan.
  • Edukasi keluarga: Ajarkan pentingnya membaca label dan memahami komposisi pangan sejak dini.

Penutup

Zat sintetis pada produk pangan memang tidak sepenuhnya aman jika dikonsumsi secara terus menerus dalam jangka panjang.

Meskipun memberikan manfaat teknis  dan ekonomis dalam industri pangan modern, tapi penggunaannya tetap menuntut keseimbangan antara manfaat produksi dan dampak kesehatan.
Pengawasan regulasi, transparansi produsen dan kesadaran konsumen menjadi kunci utama dalam menjaga keseimbangan tersebut. Pada akhirnya keputusan yang bijak tetap berada di tangan konsumen untuk menjaga kesehatan diri sendiri dan keluarga.

Penulis: Sugeng Prasetyo
Editor: Patricia

Sumber Referensi :

  1. https://jdih.pom.go.id
  2. http://www.fao.org/fao-who-codexalimentarius
  3. https://www.hsph.harvard.edu/nutritionsource/artificial-sweeteners/
  4. https://www.efsa.europa.eu/en/topics/topic/food-additives
  5. https://www.fao.org/indonesia/our-work/food-safety-and-nutrition

 

LAINNYA