Waspada Virus HMPV dan Langkah Antisipasi di Indonesia

waktu baca 5 menit
Jumat, 3 Jan 2025 20:35 0 50 Patricia Pawestri

KESEHATAN | TDHuman Metapneumovirus (HMPV) sebenarnya merupakan virus pernapasan yang umum ditemukan di seluruh dunia. Serangan virus ini menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagian bawah dan atas. Kelompok yang paling rentan terhadap serangan HMPV adalah anak-anak dan lansia.

Meskipun umumnya menyebabkan penyakit ringan, peningkatan kasus HMPV yang signifikan baru-baru ini dilaporkan di China. Lonjakan kasus di Negeri Bambu tersebut telah memicu kekhawatiran global, termasuk di Indonesia.

Melalui artikel ini, penulis menginformasikan secara detail tentang HMPV, penyebarannya di China, dan langkah-langkah antisipasi yang perlu diambil di Indonesia.

 

Karakteristik HMPV dan Gejalanya

HMPV termasuk dalam keluarga Paramyxoviridae, berkerabat dengan virus parainfluenza dan virus campak. Virus ini dapat menular melalui droplet pernapasan, seperti batuk dan bersin. Masa inkubasi HMPV berkisar antara 2 hingga 6 hari, artinya gejala dapat muncul 2 hingga 6 hari setelah terpapar virus.

Gejala HMPV bervariasi tergantung pada usia dan kondisi kesehatan individu, namun umumnya meliputi:

• Gejala ringan.

Pilek, batuk kering atau berdahak, hidung tersumbat atau berair, sakit tenggorokan, sakit kepala ringan, dan demam rendah. Gejala ini seringkali mirip dengan flu biasa.

• Gejala sedang hingga berat.

Pada bayi, anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem imun yang lemah, HMPV dapat menyebabkan bronkiolitis (peradangan saluran udara kecil di paru-paru) dan pneumonia (infeksi paru-paru). Gejala yang lebih berat dapat meliputi batuk berat, kesulitan bernapas (sesak napas), demam tinggi, wheezing (bunyi siulan saat bernapas), dan retraksi (penurunan dinding dada saat bernapas). Pada kasus yang parah, dapat terjadi gagal napas yang membutuhkan perawatan medis intensif.

 

Penyebaran HMPV di China

Laporan peningkatan kasus HMPV di China menunjukkan peningkatan jumlah rawat inap anak-anak yang disebabkan oleh infeksi HMPV. Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan ini masih dalam penyelidikan. Sementara, terdapat beberapa hipotesis, antara lain:

1. Pengurangan kekebalan kelompok.

Pembatasan mobilitas dan penerapan protokol kesehatan ketat selama pandemi COVID-19 mungkin telah mengurangi paparan terhadap berbagai virus pernapasan, termasuk HMPV. Namun hal ini justru berpotensi mengurangi kekebalan kelompok terhadap serangan HMPV. Akibatnya, ketika kebijakan pembatasan terlalu longgar, maka pasti terjadi peningkatan kasus infeksi.

2. Mutasi virus.

Kemungkinan adanya mutasi virus HMPV yang meningkatkan kemampuan penularan atau virulensi juga perlu menjadi pertimbangan. Penelitian lebih lanjut penting untuk mengkonfirmasi hipotesis ini.

3. Faktor lingkungan.

Kondisi lingkungan, seperti perubahan cuaca dan polusi udara, juga dapat mempengaruhi penyebaran virus pernapasan.

4. Keterbatasan akses layanan kesehatan.

Sistem layanan kesehatan yang kewalahan akibat lonjakan kasus penyakit lain juga dapat berkontribusi pada peningkatan keparahan. Sehingga angka kematian dapat meninggi akibat HMPV.

Meskipun data akurat mengenai tingkat kematian akibat HMPV di China masih terbatas, peningkatan jumlah rawat inap, terutama pada anak-anak, menunjukkan perlunya kewaspadaan. Situasi ini menjadi peringatan bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia, untuk mempersiapkan diri menghadapi potensi peningkatan kasus HMPV.

 

Langkah Antisipasi di Indonesia

Mengingat potensi penyebaran HMPV di Indonesia, langkah-langkah antisipasi yang komprehensif perlu segera implementasi. Langkah-langkah ini mencakup:

• Penguatan surveilans.

Kementerian Kesehatan RI perlu meningkatkan sistem surveilans untuk mendeteksi dini dan memantau penyebaran HMPV di Indonesia. Hal ini meliputi peningkatan pengawasan di fasilitas pelayanan kesehatan, terutama rumah sakit anak dan pusat kesehatan masyarakat (puskesmas), serta pengujian laboratorium yang cepat dan akurat.

• Peningkatan kapasitas pelayanan kesehatan.

Fasilitas kesehatan perlu mempersiapkan diri untuk menghadapi potensi peningkatan kasus HMPV. Termasuk menyediakan tempat tidur, peralatan medis, dan tenaga medis yang terlatih untuk menangani pasien dengan gejala pernapasan berat. Peningkatan kapasitas perawatan intensif anak juga sangat penting.

• Sosialisasi dan edukasi masyarakat.

Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai gejala, pencegahan, dan penatalaksanaan HMPV sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan. Informasi yang akurat dan mudah dipahami perlu disebarluaskan melalui berbagai media.

• Peningkatan kebersihan dan sanitasi.

Menjaga kebersihan tangan, lingkungan, dan ventilasi ruangan yang baik merupakan langkah penting untuk mencegah penyebaran HMPV. Edukasi mengenai pentingnya mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta etika batuk dan bersin, perlu terus digalakkan.

• Vaksinasi.

Meskipun saat ini belum ada vaksin khusus untuk HMPV, vaksinasi influenza dan penyakit pernapasan lainnya dapat membantu mengurangi keparahan infeksi saluran pernapasan. Vaksinasi ini juga dapat mengurangi beban pada sistem kesehatan. Sehingga meningkatkan cakupan vaksinasi influenza, terutama pada kelompok berisiko tinggi, sudah seharusnya menjadi program kebijakan pemerintah.

• Penelitian dan pengembangan.

Penelitian lebih lanjut mengenai karakteristik HMPV di Indonesia, termasuk pola penyebaran, virulensi, dan efektivitas pengobatan, sangat penting. Ini bertujuan membantu pengembangan strategi pencegahan dan penatalaksanaan kesehatan yang lebih efektif.

• Kerja sama internasional.

Kerja sama dengan organisasi kesehatan internasional dan negara-negara lain yang telah menghadapi peningkatan kasus HMPV dapat membantu Indonesia mendapatkan informasi dan pengalaman yang berharga dalam menghadapi potensi peningkatan kasus di dalam negeri. Pertukaran informasi dan pelatihan khusus sangat penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan.

Itu dia penjelasan mengenai HMPV. Peningkatan kasus HMPV di China tentunya menjadi peringatan bagi Indonesia untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi potensi peningkatan kasus HMPV di dalam negeri. Implementasi langkah-langkah antisipasi yang komprehensif, meliputi peningkatan surveilans, kapasitas pelayanan kesehatan, sosialisasi dan edukasi masyarakat, serta penelitian dan pengembangan, sangat krusial untuk melindungi masyarakat Indonesia dari dampak buruk HMPV.

Selain itu, kerja sama antar lembaga dan koordinasi yang baik antara pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat sangat penting untuk keberhasilan upaya pencegahan dan penanggulangan HMPV. Kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan juga merupakan faktor kunci dalam menekan penyebaran virus ini. (Nazwa/Pat)

LAINNYA